Semua Bab Menjadi Istri Rahasia CEO Dingin: Bab 111 - Bab 120

335 Bab

111. Apakah Dikhianati?

Setelah itu, si pengemudi kembali melajukan mobilnya.Saat insiden itu terjadi, Habiba menutup mata Qansa dengan telapak tangannya. Qansa diam dan menurut saja tanpa pemberontakan meski hampir semua mukanya ditutup.Tidak baik anak- anak melihat makian dan hujatan orang dewasa."Kau tidak apa- apa?" tanya Ezra sambil membantu Habiba dan Qansa berdiri.Habiba baru sadar, bahwa ternyata tadi malaikat maut hampir saja menjemputnya jika saja Ezra tidak cepat menolongnya, menyambar dan menarik tubuhnya ke samping hingga jatuh bersamaan. Semua gara- gara perhatiannya terlalu fokus pada Emran hingga ia lupa kalau ia sedang menyeberangi jalan lebar. Dan sekarang, mana Emran? Pria itu sudah pergi, mobilnya pun sudah tak ada. "Apa yang kau cari?" tanya Ezra ikutan mencari- cari diantara keramaian lalu lalang."Eh emm... Tidak ada. Ayo kita makan."Ezra mengambil alih tubuh kecil Qansa, menggendongnya masuk ke restoran.Sepanjang digendong, Qansa menjarak wajahnya dengan wajah Ezra, dia terus
Baca selengkapnya

112. Kekesalan Husein

"Tolong, temui papa," pinta Inez memohon. "Papa sangat membutuhkanmu.""Ya, aku tahu. Sejak kapan papa tidak membutuhkan aku? Sejak dulu selalu butuh, tapi pura- pura tidak butuh." Husein menyambar handuk kecil dengan sentakan kuat kemudian melenggang keluar dan duduk di kursi tunggu.Inez menyusul duduk di sisi kakaknya. "Mama sakit.""Cari dokter. Jangan cari aku! Aku tidak bisa mengobati. Aku hanya paham racikan obat saja." Husein mengelap keringat dengan usapan kasar. "Mas, mama ingin bertemu.""Seharusnya sejak awal mama tahu resikonya akan begini. Saat kesehatan mama menurun, beliau tentu ingin melihat anak- anaknya berkumpul kan? Asal kau tahu, aku mengorbankan banyak hal untuk kehidupanku hanya karena mempertahankan keegoisan mama dan papa. Kau lihat sekarang, rumah tanggaku hancur. Dan sampai hari terakhir perpisahanku dengan Habiba, wanita itu tetap berstatus sebagai istri rahasia."Inez tersenyum simpul. Melihat kekecewaan dan penyesalan Husein atas perpisahannya dengan Ha
Baca selengkapnya

113. Harus Percaya Kenyataan

Tanpa aba- aba, mereka langsung berpelukan erat sekali. Beberapa tahun tidak bertemu, membuat mereka merasa rindu sekali. Dan pertemuan ini sangat mengharukan. Kebahagiaan membuncah. "Apa kabar?" Inez melepas pelukan, membingkai pipi Habiba dengan telapak tangannya, menatap lekat dengan mata berkaca."Okey. Aku baik. Kamu?" balas Habiba tak kalah terharu. Ternyata begini rasanya bertemu sahabat lama yang sudah lama terpisah."Tidak ada yang berubah. semuanya sama saja. Aku tetap seperti dulu.""Kemarilah. Duduk!" Mereka duduk bersisian, namun sedikit memiringkan badan hingga saling menghadap. Tangan bertautan antara satu sama lainnya."Kenapa kau pergi begitu saja? Meski pun kau bercerai dari Mas Husein, bukankah kau bisa tetap bertahan di sini? Kau tidak perlu harus meninggalkan aku. Aku merindukanmu, merindukan Sakha. Semuanya." Habiba tersenyum. "Husein mengancam akan mengambil Sakha dariku. Apa dayaku saat orang yang berkuasa melakukan itu padaku. Satu- satunya jalan adalah per
Baca selengkapnya

114. Insiden di Rumah Sakit

“Dok, tolong! Ini urgent. Pasien mengalami muntah- muntah hebat setelah disuntikkan obat.”Seorang perawat memasuki ruang kerja Habiba. Panik.Habiba bergegas ambil tindakan. Hari itu, rumah sakit diehbohkan dengan kejadian aneh. Obat yang selama ini digunakan untuk rumah sakit, tiba- tiba bermasalah.Habiba sangat dibuk mengurus beberapa pasien yang ternyata mengalami hal serupa. Ada beberapa kamar yang mengalami efek yang sama. Dokter lain pun disibukkan dengan kepanikan yang sama. Semua dokter berkonsultasi, membicarakan kejadian menakutkan ini.Untung saja Habiba bergerak begitu cepat dan mengambil tindakan tepat. Dia juga meminta dokter lain untuk menangani pasien dengan penanganan yang sama seperti yang dilakukan Habiba.Kepanikan pasien dapat diatasi.“Tarik semua obat yang masuk di tanggal yang sama!” titah Habiba mengambil langkah cepat. Dia lalu memerintah salah seorang membawa sampel obat untuk dicek ke laboratorium. Hasilnya, sangat mencengangkan. Ternyata o
Baca selengkapnya

115. Siapa Penjahat Itu?

Tap.Husein meletakkan botol berisi cairan ke meja.“Bagaimana bisa terjadi?” tanya Husein mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan pandangannya bertemu dengan Habiba. Tatapan matanya terus mengedar tanpa berhenti di mata Habiba meski dia baru saja melihat mantan istrinya ada di sana.Semuanya diam. Ezra menyenggol tangan Habiba di bawah.Semuanya berharap Habiba yang angkat bicara.Melihat situasi itu, Habiba pun berkata, “Obat yang masuk adalah obat bermasalah. Kandungannya berbahaya. Ini di luar kendali kami sebagai dokter. Harus dipertanyakan kepada perusahaan obat tersebut!”“Tidak ada yang boleh membongkar kasus ini ke pasien, keluarga pasien atau siapa pun itu. ini akan merusak citra baik perusahan kita, wartawan akan dengan mudah membungkus masalah ini hingga nama rumah sakit menjadi jatuh. Meski ini bukan kesalahan intern, tetap saja kita harus waspada, rumah sakit ini akan rusak saat di luar sana terdengar berita bahwa pasien mengkonsumsi obat yang salah. Berita aka
Baca selengkapnya

116. Mencintai Habiba

"Kau harus selidiki masalah ini secepatnya, Amir. Kau harus temukan orangnya!" tegas Husein. “Ini pengkhianatan besar. Orang ini harus menerima hukuman dariku.”"Tentu. Ini sabotase besar- besaran yang jelas menjatuhkan nama baik perusahaan. Ini harus ditindak cepat."Kemudian tatapan Husein kembali mengedar ke wajah- wajah sekitar. "Jaga rahasia tentang sabotase perusahaan Fanbe Farma. Sebisa mungkin tutupilah masalah ini, jangan sampai bocor ke media sosial! Tugas kalian adalah menjaga nama baik rumah sakit. Aku rasa sampai di sini sudah cukup dimengerti," tegas Husein menekankan kalimatnya."Kami mengerti," sahut semuanya serentak.“Baik. Pertemuan cukup sampai di sini. Terima kasih.” Husein meninggalkan ruangan diikuti oleh Amir. Mereka berjalan beriringan dengan langkah- langkah tegas. Wajah dibalut kegelisahan."Husein, kembalilah ke perusahaan. Perusahaan membutuhkanmu," pinta Amir."Selamanya tidak akan pernah aku kembali.""Singkirkan keegoisanmu sedikit saja, ini demi
Baca selengkapnya

117. Kehilangan

Beberapa detik keduanya masih bertukar pandang. Masing- masing memikirkan apa yang ada di otak. Hingga sampai akhirnya seseorang datang dan menghampiri Habiba.“Ayo, pulang! Kau akan kuantar!” Ezra, lelaki itu mengangkat kunci mobilnya.Habiba terkesiap.“Permisi!” Wanita itu menganggukkan kepala ke arah Husein sebagai isyarat berpamitan.Tidak ada tanggapan dari Husein, pria itu pun bergegas pergi dan masuk ke mobil. Di dalam mobil, Husein mengawasi Habiba yang masuk ke mobil milik Ezra. Segera Husein memacu mobil melewati mobil yang dinaiki oleh Habiba. Ada yang hilang di dalam hatinya, entah apa. Husein memacu mobilnya menuju ke kafe. Dia hanya memesan minum saja, tanpa mau memesan makanan. Perutnya terasa begah, meski lapar namun lerea menghilang.Alunan musik slow terdengar syahdu. Husein tidak menikmati alunan itu. dia meneguk minum dengan hisapan kuat, lalu meletakkan gelas kecil itu ke meja dengan sentakan kuat pula.Tiba- tiba sudut bibirnya tertarik sedikit.
Baca selengkapnya

118. Kemarahan

Sakha menghambur cepat.“Hei, kejar dia! Bahaya kalau ke jalan dan tertabrak mobil!” seru Husein melihat Amir hanya diam saja.Amir melompat cepat dan mengejar Sakha.Bruk!Tubuh Sakha terjatuh, membanting lantai.“Huaaaa…” Tangisan Sakha makin kencang.“Ya ampun, anak orang!” Amir langsung meraih tubuh Sakha. Bocah itu memberontak, ingin melarikan diri.“Halooo… kau terluka dank au harus diobati. Ini berbahaya jika tidak diobati. Tenanglah. Setelah ini akan kuantar kau pulang dan bertemu dengan mamamu, okey?” bujuk Amir mencoba mengambil hati Sakha.Sewaktu menjemput Sakha tadi, dia menggunakan jursu berbohong, mengatakan pada Sakha bahwa Sakha sudah ditunggu mamanya di mobil. Lalu, begitu bocah itu berada di dalam mobil, ia langsung memberikan sosis hingga Sakha fokus makan sosis dan lupa dengan mamanya. Tangis Sakha mengecil. Tersisa sesenggukan saja. Amir membopong tubuh kecil Sakha ke dalam. Dengan sigap, dia mengambil obat dan berniat hendak mengobati di lutut Sakh
Baca selengkapnya

119. Pertemuan Mencengangkan

“Biba, bisakah ibu minta tolong?” tanya Fatona menghampiri putrinya yang sedang memasangkan baju untuk Qansha.“Apa, Bu?” tanya Habiba.Qansha berlari menjauh, mengejar bola yang menggelinding setelah selesai pakai baju, rambutnya diikat dua. Rumah cukup luas untuknya bermain. Saat ini, Habiba dan keluarga kecilnya sudah pindah rumah. Tidak menempati rumah lama. Kediaman mereka kini cukup bagus sejak Habiba bekerja sebagai dokter.Sedangkan Tomy, masih menempati rumah lama. Dia beternak ikan yang sekaligus menjadi hobi. Dia tidak mau meninggalkan rumah kesayangannya itu karena sudah terlanjur nyaman.“Tolong antarkan donat ibu ke langganan biasanya,” ucap Fatona. “Kamu kan pakai mobil, pasti gampang bawa Tupperware banyak. Soalnya di luar gerimis, kasian kalau Irzan yang bawa pakai keranjang.”“Oh. Bisa. Hari ini anak- anak libur sekolah, dan aku masuk kerja siangan. aku akan ajak anak- anak. Mau belikan mereka baju baru.”“Ya.” Fatona tersenyum senang. “Irzan akan ikut
Baca selengkapnya

120. Si Pengkhianat

Husein menelan saliva. Dunia begitu sempit hingga lagi dan lagi ia bertemu dengan Habiba. Bahkan kini Habiba tidak sedang sendiri, ada Irzan yang menemani wanita itu. Ternyata mereka benar- benar bersatu. Inilah yang sejak dulu diharapkan oleh Habiba. Pada akhirnya keinginan wanita itu terwujud juga. Seharusnya Husein tidak peduli lagi dengan Habiba, wanita itu tidak mencintai Husein. Wanita itu hanyalah masa lalunya uang ternyata sama sekali tidak menghargai pengorbanannya.Biarkan dia bebas dengan siapa pun. Yang ternyata kini Habiba pun sudah memiliki buah hati dengan lelaki sialan itu. "Qansha!" Habiba menghambur dan mengejar putrinya saat tahu Qansha berdiri di dekat Husein. Secepat kilat, Habiba menarik lengan Qansha dan menyembunyikan anaknya itu ke balik badannya."Apa yang kau lakukan dengan anak ini?" Habiba panik, takut Husein akan mengambil Qansha sama seperti saat diam- diam pria itu mengambil Sakha darinya. "Ini anakmu?" tanya Husein.Habiba masih tampak tegang. "Ja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
34
DMCA.com Protection Status