หน้าหลัก / Romansa / Sentuhan Panas Suami Dingin / บทที่ 251 - บทที่ 260

บททั้งหมดของ Sentuhan Panas Suami Dingin : บทที่ 251 - บทที่ 260

337

(ZK) Bibir Rasa Jeruk

"Aku ingin kamu melenyapkan seseorang," ucapnya–menempelkan benda pipih di telinga, menatap penuh kemarahan pada Zira yang kini sudah berjalan beriringan dengan Gani. ***"Jadi begitu, Gan," curhat Zira pada Gani, menceritakan kejadian tadi pada sang sahabat–di mana tadi dia menguping pembicaraan sang suami dengan Asta, "apa menurutmu Kak Kae ilfeel padaku yah makanya dia tiba-tiba meminta balikan dengan Asta?" tanya Zira kemudian. Zira bukan hanya menceritakan hasil mengupingnya pada Gani, tetapi dia juga menceritakan tentang Kaesar yang mabuk. Tentunya menghilangkan bagian mabuk dan apa yang Kaesar katakan saat dia mabuk pada Zira. Hah, dia hanya mengatakan pada Gani tentang kebodohannya yang mengungkapkan perasaan pada Kaesar yang saat itu sedang mabuk. "Kurasa Pak Kae tidak sedang mengajak Asta balikan," ucap Gani menanggapi, sedang memetik jeruk–membantu para petani panen. Keduanya sedang di bagian perkebunan jeruk, tengah ikut p
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Salah Tingkah

"Damn! Apa yang kau makan? Kecut sekali!" umpat Kaesar, menyingkir dari atas tubuh Zira. Dia langsung menyambar gelas berisi air putih di atas nakas lalu meneguknya hingga habis. Shit! Kenapa bibir istrinya terasa sangat masam, seperti perasan jeruk nipis?! "Tadi aku makan jeruk," jawab Zira, masih berbaring di posisi tersebut sembari menoleh pada suaminya–memperhatikan Kaesar yang terlihat minum dalam keadaan marah. A-apa Kaesar marah padanya karena bibirnya rasa jeruk? Kaesar menoleh tajam ke arah Zira. "Hanya jeruk?" "Iya." Zira menjawab ragu, buru-buru duduk karena tidak nyaman tetap berbaring sedangkan Kaesar sudah duduk. Dia semakin muram dan murung kala mengingat sesuatu. 'Ah iya, Kak Kaesar sudah tahu jika aku suka padanya. Tapi kenapa Kak Kaesar tidak pernah menyinggungnya yah? Apa karena perasaanku tidak penting? Atau … gara-gara dia masih berharap balikan dengan mantannya.'"Sama kulitnya," tambah Zira kemudian, m
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Kombinasi yang Nikmat

Setelah hampir satu minggu di perkebunan keluarga Azam, akhirnya Zira dan seluruh peserta lainnya pulang dari sana. Zira kali ini pulang dengan suaminya. Hanya berdua! 'Untung aku sudah meyiapkan banyak jeruk mentah.' batin Zira, mengusap jeruk secara perlahan sembari diam-diam melirik suaminya yang sedang menyetir. "Sudah berapa banyak jeruk yang kau konsumsi sehari ini, Ma Zi?" tanya Kaesar dingin. "Aku tidak menghitung," jawab Zira cepat, memakan jeruk secara santai. Namun …- "Aargkkk! Uuuuih, masam sekali," pekiknya kemudian, reflek menaikkan kaki ke atas kursi–menekuknya untuk menahan tubuhnya yang merinding serta menggigil karena rasa masam jeruk. Zira bahkan menepuk-nepuk pipi, sangking kecutnya jeruk yang dia makan. "Sudah tahu masam. Kenapa masih dimakan?""Bu--bukan urusan Kak Kae!" ketus Zira, lalu bergerak seperti tersengat listrik ketika rasa masam tersebut seperti mencekik lidah dan tenggorokannya. "
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Sangat Mencurigakan

Zira menggembungkan pipi, duduk di sebuah kursi tunggu dengan raut muka kusut. Akibat insiden kecelakaan tadi–di mana Asta tertabrak oleh sepeda motor, Zira terjebak dan harus berakhir di rumah sakit. Satu hal yang membuat Zira dongkol serta panas dalam hati adalah sikap Kaesar yang sangat khawatir saat Asta tertabrak. Itu-- membuat Zira down.Kaesar menunjukkan betapa dia masih mencintai Asta. Sedangkan Zira …--'Aku masih ada tempat nggak yah?' batinnya, bertopang dagu dengan menatap murung ke arah pintu ruang rawat. Di dalam ada Asta, sudah siuman dan ditemani oleh Kaesar. 'Sebenarnya Kak Kaesar tahu nggak sih kalau aku suka sama dia? Kalau tahu, kenapa dia sama sekali nggak peduli ke aku. Semisal nggak bisa balas perasaan aku, minimal menghargaiku.' Zira menghela napas pelan, meraih HP lalu berusaha menghubungi seseorang. "Aku mundur saja," gumamnya pelan, menelan ikon hijau di layar HP. "Kamu sudah sampai, Gan?" tanya Zi
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Ketika Es Serut Meminta Restu Pada Es Balok

'Razie ngapain yah?' Zira bertanya-tanya dalam batin, memperhatikan kembarannya tersebut yang saat ini sedang berdiri di depan meja rias Zira. Razie tidak sedang bercermin, tetapi pria itu sedang mengacak-acak sesuatu di sana. Zira menyipitkan mata, memperhatikan apa yang sedang kembarannya itu lakukan di sana. Ternyata-- Razie melakukan hal yang sangat mengejutkan serta mencengangkan bagi Zira. Razie mengambil sebuah jepitan rambut miliknya kemudian mengantonginya. Setelah itu, Razie berjalan santai, berniat keluar dari kamar tersebut. "Pencuri!" pekik Zira, buru-buru keluar dari persembunyiannya, melompat dari ranjang sembari menatap nyalang ke arah Razie yang terlihat kaget. "Kau?" Razie menatap tak biasa pada sosok perempuan di depannya. Wajah datar yang biasa menghias kini terpasang dengan mimik terkejut. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja makhluk yang ia anggap paling menyebalkan di muka bumi ini muncul di sini. "Kenapa?
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Jahil

"Tapi tidak semudah itu, Kae." Seulas senyuman tipis menyungging di bibir Reigha, menatap lamat ke arah Kaesar, "kau harus bisa membuat ayahmu bertekuk lutut di hadapanmu, serahkan jantung ibu tirimu padaku dan buang jauh-jauh ibu kandungmu dari hatimu.""Yang terakhir …-" Reigha mengangkat tangan, spontan membuat Kaesar menghentikan ucapannya. Reigha memang memasang wajah datar serta tatapan tenang, tetapi Kaesar tidak bisa santai. Pria dihadapannya ini bukanlah orang yang ekspresif, hanya satu mimik muka dan itu bisa mengungkapkan banyak arti. Intinya, berhati-hatilah pada pria ini. "Zira putriku, harta berhargaku. Kau tidak bisa mendapatkannya dengan cinta yang kau punya. Kau harus membayar mahal untuk memiliki Zira-ku. Aku percaya pada cinta yang kau miliki pada Zira, tetapi aku lebih percaya pada pembuktian," ucap Reigha dingin. "Baik, Daddy. Tidak ada yang lebih berharga dibandingkan Zira bagiku," jawab Kaesar mantap, tak ada ke
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Cuek Saja Deh

"Razie!" panggilnya marah. Sedangkan yang namanya dipanggil, berjalan begitu santai dari sana. Zira semakin kesal dibuat olah sikap Razie, dia mengambil gayung kecil yang digunakan untuk menyiram tanaman khusus sang Mommy. Zira mengisi gayung dengan air, berlari ke arah Razie lalu menumpahkan air ke arah Razie. Syur'Langkah Razie berhenti, memutar tubuh ke arah Zira dengan menampilkan air muka kesal. "Apa? Apa? Apa?" galak Zira, mengambil ancang-ancang serta memasang kuda-kuda yang sangat meyakinkan jika sewaktu waktu iblis dalam diri adiknya muncul. "Kau--" Razie menggeram, mengepalkan tangan sembari menatap Zira marah. "Kamu yang lebih dulu." Zira berkata dengan nada tinggi, "ouh, mau melawan hee … sini kalau berani. Zira super girl tidak akan takut dengan kambing sepertimu!" cerewet Zira saat Razie perlahan mendekatinya, meninju-ninju udara–memperlihatkan skill bela diri yang pernah ia tonton lewat animasi kungf-u panda
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Pertemuan Menegangkan

"Kenapa kau pulang ke rumahmu, Hum?" tanya Kaesar tiba-tiba setelah mereka sampai di rumahnya. Zira menatap sekilas ke arah Kaesar, buru-buru melangkah setelah itu, "suka-sukaku lah. Orang orang tuaku," ketusnya, melangkah cepat dalam kamarnya–mengunci pintu agar Kaesar tidak bisa masuk ke dalam. "Cik, mending aku ke asrama daripada di sini," gumamnya pelan, membaringkan diri di atas ranjang. Namun, reflek mengambil posisi duduk ketika pintu kamar terbuka secara tiba-tiba–memperlihatkan Kaesar di sana. 'Perasaan udah aku kunci deh. Kenapa dia masih bisa masuk?' batin Zira, menatap cukup gugup ke arah Kaesar yang kini berjalan ke arahnya–sudah menutup pintu kamar. "Aku ingin istirahat, Kak." Zira berkata datar. "Kau belum menjawab pertanyaanku dengan benar." Zira menghela napas pelan, memilih cuek dengan kembali berbaring. "Yaudah sih. Masa bodo.""Katakan apa kesalahanku, Ma Zi."Zira berdecak pelan, "aku
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Nafsu Dunia yang Membunuh

"Menurutmu dia mirip denganku?" tanya Reigha tiba-tiba, mendorong tablet yang ia letakkan di atas meja ke arah Asta–di mana pada layar tablet tertera dengan jelas sebuah foto seorang gadis cantik yang sedang tersenyum manis. Putrinya!Deg'Jantung Asta reflek berdetak kencang, menatap gugup dengan tubuh gemetar ke arah foto di tablet mahal tersebut. Itu foto …-"Cu--cukup mirip dengan Tuan," jawab Asta, mulai berkeringat dingin. Banyak spekulasi yang muncul di kepalanya, tetapi dia menolak satu kenyataan. Tak mungkin sang Tuan misterius ini punya hubungan dengan gadis di foto tersebut. Tidak dan jangan sampai. Ini bencana!"Humm." Reigha berdehem singkat, menarik kembali tablet mahalnya lalu menyerahkannya pada Matheo. "Zira Dominic Azam, anak pertama sekaligus putriku satu-satunya."Deg'Kali ini jantung Asta terasa tak berdetak lagi, beberapa detik tak memompa–tertampar serta terguncang dengan pernyataan yang keluar dari mulut Sang penguasa di dunia bisnis. Asta memucat pias, mene
อ่านเพิ่มเติม

(ZK) Interogasi Daddy

"Isss … tak berguna," keluh Zira ketika dia telah sampai di rumah mewah suaminya. Selama perjalanan dia terus mengomel agar para bodyguard suruhan suaminya ini agar mengantarnya ke rumah. Namun panjang lebar dia marah-marah, tetap saja para bodyguard ini membawanya pulang. "Maaf, Nyonya. Kamu hanya menjalankan perintah Tuan." "Whatever!" kesal Zira, mengibas rambut dengan angkuh–berjalan memasuki rumah, diikuti oleh para bodyguard dan kedua sahabatnya. "Rumah Pak Kaesar besar sekali oih," bisik Anna pada Gani, mendapat anggukan dari pria penakut tersebut. Sedangkan Zira, melihat Kaesar di ruang tengah–sedang duduk sembari memasang wajah datar, membuat Zira mendengkus pelan. Pria itu menatapnya tajam, sepertinya dia telah menunggu lama agar Zira pulang. Akan tetapi, siapa yang peduli? Zira masih kesal. Ah, bukan kesal tetapi marah. Namun, raut muka bete Zira seketika sirna saat melihat jika bukan hanya Kaesar yang berada di ruangan tersebut. Ada kakaknya, Xander. Ada paman terci
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
2425262728
...
34
DMCA.com Protection Status