"Razie!" panggilnya marah. Sedangkan yang namanya dipanggil, berjalan begitu santai dari sana.
Zira semakin kesal dibuat olah sikap Razie, dia mengambil gayung kecil yang digunakan untuk menyiram tanaman khusus sang Mommy. Zira mengisi gayung dengan air, berlari ke arah Razie lalu menumpahkan air ke arah Razie.Syur'Langkah Razie berhenti, memutar tubuh ke arah Zira dengan menampilkan air muka kesal."Apa? Apa? Apa?" galak Zira, mengambil ancang-ancang serta memasang kuda-kuda yang sangat meyakinkan jika sewaktu waktu iblis dalam diri adiknya muncul."Kau--" Razie menggeram, mengepalkan tangan sembari menatap Zira marah."Kamu yang lebih dulu." Zira berkata dengan nada tinggi, "ouh, mau melawan hee … sini kalau berani. Zira super girl tidak akan takut dengan kambing sepertimu!" cerewet Zira saat Razie perlahan mendekatinya, meninju-ninju udara–memperlihatkan skill bela diri yang pernah ia tonton lewat animasi kungf-u panda"Kenapa kau pulang ke rumahmu, Hum?" tanya Kaesar tiba-tiba setelah mereka sampai di rumahnya. Zira menatap sekilas ke arah Kaesar, buru-buru melangkah setelah itu, "suka-sukaku lah. Orang orang tuaku," ketusnya, melangkah cepat dalam kamarnya–mengunci pintu agar Kaesar tidak bisa masuk ke dalam. "Cik, mending aku ke asrama daripada di sini," gumamnya pelan, membaringkan diri di atas ranjang. Namun, reflek mengambil posisi duduk ketika pintu kamar terbuka secara tiba-tiba–memperlihatkan Kaesar di sana. 'Perasaan udah aku kunci deh. Kenapa dia masih bisa masuk?' batin Zira, menatap cukup gugup ke arah Kaesar yang kini berjalan ke arahnya–sudah menutup pintu kamar. "Aku ingin istirahat, Kak." Zira berkata datar. "Kau belum menjawab pertanyaanku dengan benar." Zira menghela napas pelan, memilih cuek dengan kembali berbaring. "Yaudah sih. Masa bodo.""Katakan apa kesalahanku, Ma Zi."Zira berdecak pelan, "aku
"Menurutmu dia mirip denganku?" tanya Reigha tiba-tiba, mendorong tablet yang ia letakkan di atas meja ke arah Asta–di mana pada layar tablet tertera dengan jelas sebuah foto seorang gadis cantik yang sedang tersenyum manis. Putrinya!Deg'Jantung Asta reflek berdetak kencang, menatap gugup dengan tubuh gemetar ke arah foto di tablet mahal tersebut. Itu foto …-"Cu--cukup mirip dengan Tuan," jawab Asta, mulai berkeringat dingin. Banyak spekulasi yang muncul di kepalanya, tetapi dia menolak satu kenyataan. Tak mungkin sang Tuan misterius ini punya hubungan dengan gadis di foto tersebut. Tidak dan jangan sampai. Ini bencana!"Humm." Reigha berdehem singkat, menarik kembali tablet mahalnya lalu menyerahkannya pada Matheo. "Zira Dominic Azam, anak pertama sekaligus putriku satu-satunya."Deg'Kali ini jantung Asta terasa tak berdetak lagi, beberapa detik tak memompa–tertampar serta terguncang dengan pernyataan yang keluar dari mulut Sang penguasa di dunia bisnis. Asta memucat pias, mene
"Isss … tak berguna," keluh Zira ketika dia telah sampai di rumah mewah suaminya. Selama perjalanan dia terus mengomel agar para bodyguard suruhan suaminya ini agar mengantarnya ke rumah. Namun panjang lebar dia marah-marah, tetap saja para bodyguard ini membawanya pulang. "Maaf, Nyonya. Kamu hanya menjalankan perintah Tuan." "Whatever!" kesal Zira, mengibas rambut dengan angkuh–berjalan memasuki rumah, diikuti oleh para bodyguard dan kedua sahabatnya. "Rumah Pak Kaesar besar sekali oih," bisik Anna pada Gani, mendapat anggukan dari pria penakut tersebut. Sedangkan Zira, melihat Kaesar di ruang tengah–sedang duduk sembari memasang wajah datar, membuat Zira mendengkus pelan. Pria itu menatapnya tajam, sepertinya dia telah menunggu lama agar Zira pulang. Akan tetapi, siapa yang peduli? Zira masih kesal. Ah, bukan kesal tetapi marah. Namun, raut muka bete Zira seketika sirna saat melihat jika bukan hanya Kaesar yang berada di ruangan tersebut. Ada kakaknya, Xander. Ada paman terci
"Zira …," panggil Reigha, nadanya mengalun rendah, stabil serta lembut. Suara hangat seorang ayah ketika memanggil putri tercinta. Tetapi ini berbeda! Bukan sekedar nada penuh cinta. "Iya, Daddy." Zira mengurungkan niat untuk kabur, kembali menghampiri sang Daddy. Lebih tepatnya kembali duduk di sebelah sang suami–membuat pria di sebelahnya diam-diam berdecis geli. Menggemaskan! "Tampan banget, Gani!!" bisik Anna pada Gani, "Daddynya Zira super tampan oik! Speak Om-Om yang … aduhh!!""Ngucap, An." Balik Gani yang berbisik, memperingati temannya sekaligus, "ingat cerita Zira tentang Daddynya. Jangan gara-gara mabuk visual, kamu lupa tentang fakta gelap Om Reigha." Gluk'Anna seketika meneguk saliva secara kasar. Betul juga! Zira saja yang merupakan putri dari pria itu terlihat sangat takut pada Daddynya sendiri, menjaga sikap semanis mungkin. Apalagi dia! "Sial! Tapi memang tampan. Pantas saja Zira visual Dewi, emak bapaknya cantik tampan parah," bisik Gani selanjutnya, mendapat t
"Menguping itu tidak baik."Seketika itu, sekujur tubuh Zira menegang–mematung di tempat. Zira membalik tubuh, menatap seseorang; si pemilik suara bariton yang menegurnya secara halus. "Aku tidak menguping," jawab Zira cepat, mengerjabkan mata beberapa kali karena cukup gugup serta canggung. Tadi malam dia …-Kaesar tidur dengannya. Masalahnya Zira merasa jika dia telah mengatakan sesuatu pada pria ini. Rasanya itu seperti mimpi, tetapi kenapa paginya Zira sangat ingat dengan detail mengenai mimpinya? Jika tadi malam–di mana dia mengatakan perasaannya pada pria ini adalah sebuah mimpi, maka biarkanlah. Tetapi jika itu nyata, tolong buat suaminya ini amnesia. Zira malu! 'Aku kesannya seperti pengemis, tetapi ini atas nama cinta.' batin Zira, bergerak mundur dari hadapan Kaesar. "Aku hanya penasaran," lanjutnya, setelah itu segera beranjak dari sana dengan langkah terburu-buru. "Asta datang untuk dijadikan gurumu," ucap Kaesar, tersenyum geli–menatap intens ke arah sang istri yang
'Dia lagi-lagi senyum. Matanya juga … menatap layar segitunya. Seolah ada cewek cantik lagi buka baju di sana. Hais, Kak Kae lihat apa sih di ponselnya?' batin Zira. Anehnya, ketika Gani dan Anna datang ke sana, Kaesar tiba-tiba menurunkan HP lalu segera beranjak dari rooftop. Gelagat yang aneh dan mencurigakan! ***Zira menyelinap masuk dalam kamar sang suami. Mereka tidak satu kamar karena di rumah orang tua Zira, bukan rumah Kaesar. Sebenarnya, di rumah Kaesar, mereka seharunya juga tak satu kamar. Akan tetapi semenjak Kaesar melakukan hubungan suami istri dengannya, pria itu selalu tidur satu kamar dengannya. Tentunya hal tersebut menjadi rahasia mereka berdua, dan di sini mereka harus patuh pada peraturan yang dibuat oleh Daddy Zira–tidak boleh terlalu intim dan tidak satu kamar. Ceklek' Zira menutup pintu kamar Kaesar dengan hati-hati, sengaja agar tak ada yang melihat jika dia ada di dalam kamar pria ini. "Aku yakin sekali Kak Kaesar tadi memvidioku. Cik, aku harus memerik
"Keluar." Kaesar bersedekap di dada, berdiri tak jauh dari tempat persembunyian Zira–perempuan itu masih berada di balik gorden. Padahal sudah sejak lama Razie pergi dari sini. Zira keluar dari balik gorden, menundukkan kepala dan berjalan buru-buru–berniat kabur dari kamar ini. Namun, langkahnya tertahan–Kaesar mencekal pergelangan tangan Zira. "Mau kemana?" tanya Kaesar, bernada rendah dan serat–suara yang sangat seksi serta menggoda di pendengaran Zira. "Aku mau menemui Mommy. Pa--pasti Mommy telah menungguku me-- umm … untuk menyiram tanaman brokolinya," jawab Zira, melepas cekalan tangan Kaesar dari pergelangannya. "Humm." Kaesar berdehem, bersedekap sembari menatap kepergian Zira dari dalam kamar. Dia berdecis geli, menggelengkan kepala beberapa kali secara pelan. Ah, Zira sangat menggemaskan. Dia tidak sabar menyelesaikan misinya agar segera memiliki perempuan seutuhnya. Kaesar menghela napas, berjalan ke arah nakas untuk mengambil HP. Dia ingin men-cek sesuatu di sini.K
'Tadi hanya mimpi?' batinnya, masih bergejolak hebat dalam sana. Kenapa rasanya seperti nyata?! Bahkan … rasa sakit itu masih terasa jelas di dalam sana. **Karena Kaesar tak kunjung membuka pintu, Zira inisiatif untuk masuk begitu saja dalam kamar sang suami. Untungnya tak dikunci oleh Kaesar. "Pantas saja, orangnya tidur," monolog Zira, berkacak pinggang sembari menatap ke arah tanjang–di mana Kaesar tertidur dengan posisi menyamping, membelakangi pintu. Sejujurnya Zira enggan bertemu dengan suaminya, karena insiden memalukan tadi siang. Tetapi, dia terpaksa! Mommynya menyuruh Zira memanggil Kaesar untuk makan malam bersama. "Kak Kaesar, makan malam yuk," ajak Zira, berdiri tak jauh dari ranjang Kaesar. Tidak ada pergerakan! Padahal biasanya Kaesar sangat mudah untuk dibangunkan. "Kak Kae …-" Zira membalik paksa tubuh Kaesar, sekaligus untuk membangunkan Kaesar. Namun alangkah terkejutnya dia ketika melihat wajah