Home / CEO / Terperangkap Hasrat Atasan Suamiku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Terperangkap Hasrat Atasan Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120

260 Chapters

Bab 111 Bagi Susu

Mendapati pertanyaan itu Danish terdiam. Dia teringat dengan perjanjiannya dari awal dengan Isha. Rasanya, Danish belum sanggup menjalankan perjanjian itu. Namun, dia tidak boleh ingkar janji.“Tunggu Isha minta saja.” Danish belum mau mengatakan apa-apa terkait dengan pembebasan Abra. Dia masih ingin fokus pada kandungan Isha dulu.Dino yang mengerti apa yang dikatakan Danish langsung mengangguk. Dia hanya akan menjalankan perintah Danish saja. Jadi dia akan menunggu.“Aku sudah selesai. Itu beberapa yang aku yakin suka dengan rasanya.” Isha yang baru selesai memilih susu ibu hamil, langsung beralih pada Danish.Danish dan Dino langsung menghentikan aksinya. Mereka tidak mau Isha mendengar hal itu.Danish segera berdiri. Mengecek susu yang akan diminum Isha.“Kamu hanya menyisakan itu saja?” Danish membulatkan matanya ketika melihat Isha hanya memilih beberapa susu.“Aku hanya pilih yang rasa strawberry saja.” Isha memang merasa belakangan ini tidak suka rasa coklat, apalagi vanila.
Read more

Bab 112 Kebahagiaan Semua Orang

Mendengar pertanyaan Ina, Danish dan Dino langsung mengalihkan pandangan pada Ina. Mereka tampak terkejut ketika Ina menanyakan hal itu. Mereka saja kemarin berbisik agar tidak mengingatkan Isha tentang kebebasan Abra. Danish sedang berbahagia dengan kehamilan Isha. Tidak mau membahas tentang Abra dan kebebasannya.Isha yang mendapati pertanyaan Ina itu, tersadar dengan rencananya. Kebebasan Abra adalah alasan dirinya hamil. Jadi jika saat ini hamil. Wajar saja jika Abra akan keluar dari penjara.“Iya, nanti pasti Kak Abra akan keluar dari penjara.” Isha menjawab dengan penuh semangat.Semangat Isha itu menular pada Isha. Ina sudah tidak sabar untuk menunggu Abra keluar.Sayangnya, semangat menanti Abra keluar hanyalah milik Isha dan Ina. Danish tidak sama sekali semangat. Cenderung malas ketika mengingat jika Abra akan keluar dari penjara. Bagi Danish keluarnya Abra adalah bencana baginya.“Ayo, kita bagikan susu ibu hamil ini dulu.” Isha pun mengajak Ina untuk bergabung dengan dirin
Read more

Bab 113 Aku Ingat

Kebahagiaan Danish yang baru saja didapatkan seketika langsung sirna. Dia benar-benar kesal ketika membahas Abra. Namun, tidak bisa dipungkiri jika kehamilan Isha adalah jalan bagi Abra keluar dari penjara.“Aku akan minta Dino mengurusnya besok. Tentu saja tidak akan bisa secepat itu. Butuh waktu untuk membebaskannya.”“Iya.” Isha mengangguk pasti. Dia merasa jika tidak masalah jika Danish harus butuh waktu untuk membebaskan Abra.“Apa kamu ingat perjanjian kita. Jika pria itu keluar. Kamu tidak boleh menemui pria itu?” Danish mengingatkan Isha akan perjanjian yang dilakukannya. Dia tidak mau sampai Abra dan Isha dekat. Apalagi mereka adalah mantan suami-istri. Bisa saja hal tak terduga terjadi. Terlebih lagi, Isha masih memendam rasa pada Abra.Isha ingat akan perjanjian itu. Dulu Danish dengan tegasnya melarangnya bertemu saat hamil karena tidak mau sampai darah anaknya tercampur dengan darah Abra. Dengan kata lain, Danish takut dirinya melakukan hubungan terlarang dengan Abra.“Ak
Read more

Bab 114 Aku Yang Membayarnya

“Bukan saatnya untuk melakukan itu. Jawab dulu kenapa kamu memberikan karyawanmu tanpa izinku?” Isha mendorong tubuh Danish lagi agar dapat menjangkau wajahnya.“Aku tidak mau kamu kelelahan. Kamu bisa tenang saat tidak bisa ke toko jika ada karyawan lain. Jadi sengaja aku meminta Dino mengirim karyawan ke sini.” Danish mencoba menjelaskan hal itu.Isha tahu sekarang alasan Danish memberikan karyawan hanya untuknya.“Kamu tidak perlu membayar karyawan itu. Aku yang membayarnya.” Danish membelai lembut pipi Isha. Senyum manis menghiasi wajahnya.Isha cukup terharu dengan perhatian Danish. Demi kandungannya, dia sampai merekrut karyawan baru untuknya.“Terima kasih.” Isha langsung memeluk Danish. Entah kenapa dia jadi melow ketika mendapatkan perhatian. Mungkin itu semua karena dia yang sedang hamil.Mendapati pelukan sang istri jelas membuat Danish berbunga-bunga.“Jika kamu terus memelukku, aku yakin sesuatu di bawah sana akan bangun.” Di tengah pelukan itu, Danish mengatakan itu.Men
Read more

Bab 115 Tanda Merah

“Kamu mau makan apa?” tanya Danish. Isha memikirkan apa yang enak dimakan. Hingga akhirnya dia menemukan satu makanan. “Pasta.” Sayangnya kalimat itu diucapkan tidak hanya Isha saja. Namun, juga Danish. “Kamu tahu yang aku mau.” Isha malu ketika Danish tahu apa yang diinginkannya. Danish sudah hapal betul keinginan sang istri. Jadi dia memilih untuk menuruti. Walaupun sejujurnya dia mual melihat makanan tersebut. “Din, antar ke restoran Marlene.” Danish pun memberikan perintah pada Dino. “Baiklah.” Dino mengangguk. Kemudian melajukan mobilnya ke restoran favorit Isha. Di restoran, Isha dan Danish makan dalam satu meja, sedangkan Dino di meja lain. Kebetulan ada adik Liam yang sedang di restoran. Jadi mereka asyik mengobrol. Isha dan Danish tampak asyik menikmati makan. Isha tampak semangat makan, sedangkan Danish hanya makan beberapa menu saja. **** Isha tidak berangkat pagi untuk ke toko. Pagi tadi, dia muntah-muntah dan membuat tubuhnya lemas. Alhasil jam sepuluh dia baru b
Read more

Bab 116 Kita Lihat

'Ternyata mereka bermain api di belakangku.' Senyum tipis tertarik disudut bibir Isha. Walaupun belum melihat dengan mata kepalanya sendiri, tetapi Isha dapat menyimpulkan jika Abra dan Ina memiliki kedekatan. Tidak mungkin hanya sekadar hubungan biasa, karena sampai ada tanda merah di leher Ina. 'Kita lihat siapa yang akan terbakar api yang mereka buat?' batin Isha. Dia tidak akan tinggal diam setelah ini. "Kenapa kamu tersenyum?" Danish memerhatikan jika Isha tersenyum sendiri. "Tidak apa-apa." Isha menggeleng. Kemudian melanjutkan kembali makannya. Danish penasaran, karena mereka sedang membahas Abra. Pikiran Danish adalah Isha tersenyum karena memikirkan Abra. Namun, Danish hanya bisa pasrah. Karena sadar jika Isha begitu mencintai Abra. Buktinya sampai dia mau merelakan dirinya. Entahlah, perasaan Danish jadi bimbang. Dia jadi merasa perasaan yang mulai tumbuh tak ada gunanya. "Besok aku mau pulang dulu saja sebelum makan malam. Jadi aku bisa mandi dan bersiap." Isha mengali
Read more

Bba 117 Sadar Diri

"Apa kamu sudah terlena bertemu mereka?" tanya Danish memastikan.Isha terdiam. Jika ditanya terlena, mungkin jawabannya iya. Terkadang dia merasa keluarga Danish begitu perhatian padanya hingga membuatnya merasakan kebahagiaan yang telah lama tidak didapatkan.Danish naik ke atas tempat tidur. Merebahkan tubuhnya di samping Isha. Dia menunggu jawaban dari istrinya yang tampak lama sekali."Aku terlena, aku menikmati perhatian yang mereka berikan. Tapi, nanti saat waktunya tiba, maka aku akan menyadarkan diriku jika semua sudah berakhir." Isha merasa berat mengatakan hal itu, tetapi dia sadar jika memang hal itu akan terjadi. Semua kebahagiaan yang didapatkan sekarang, akan segera dilepaskan.Ucapan Isha itu mengisyaratkan jika dia akan kembali pada Abra. Rasanya membayangkan hal itu membuat Danish tersiksa."Bagus, jadi pilihanku tidak salah untuk mengajakmu bersama keluargaku. Karena pada akhirnya kamu sadar sendiri harus apa." Terpaksa Danish menjawab tak sesuai dengan keinginan ha
Read more

Bab 118 Bertemu Terakhir Kali

Sesuai rencana tadi pagi, Isha dan Danish pergi ke penjara. Mereka diantar oleh Dino.Sebenarnya Isha ingin menunda karena tubuhnya sedikit lemas. Namun, dia tidak mau kehilangan kesempatan. Takut juga Danish sampai berubah pikiran. Jadi Isha menguatkan dirinya untuk pergi ke penjara. Sesampainya di penjara, mereka melakukan prosedur untuk kunjungan. Kemudian mereka menunggu Abra di ruang kunjungan. Tak hanya Isha dan Danish yang masuk, tetapi ada Dino juga, ada beberapa berkas yang harus ditandatangani Abra.Mereka duduk di ruangan tersebut. Isha dan Danish duduk bersebelahan, sedangkan Dino di sisi berseberangan. Satu kursi di samping Dino kosong. Tentu saja itu akan jadi tempat duduk Abra.Sesaat kemudian Abra datang. Dia tampak terkejut melihat kedatangan Isha dengan Danish. Jika Dino saja, mungkin dia tidak akan terkejut."Wah ... mimpi apa aku semalam ada orang penting menjenguk aku. Seorang Pak Danish Morgan Fabrizio datang ke penjara." Hal pertama yang dikatakan Abra saat mel
Read more

Bab 119 Jatuh Cinta Padamu

Danish segera menghampiri Isha yang duduk di sofa. Mendapati pertanyaan itu Isha terdiam. Memikirkan apa yang harus dijawabnya. "Aku hanya merasa lega, karena Kak Abra sudah keluar. Artinya aku tidak punya hutang budi padanya lagi." "Hutang budi?" Danish merasa aneh dengan jawaban Isha itu. "Iya, aku merasa kebaikan Kak Abra selama ini adalah hutang budi yang aku harus balas. Seperti halnya kamu yang memberikan jaminan kebebasan, maka aku harus membalas dengan memberikan anak untukmu." Danish terpaku. Jika dipikir-pikir dirinya dan Abra tidak ada bedanya. Hanya memanfaatkan Isha saja. Jika Abra memanfaatkan Isha untuk kebebasannya, maka Danish memanfaatkan dengan menutut Isha punya anak. Rasanya Danish malu. Dia pun mempertanyakan, layakkah rasa cintanya itu hadir. "Setelah semua selesai. Maka aku akan bebas dari semua ini." Isha merasa kelegaan. Setelah perjanjiannya dengan Danish selesai maka, dia akan dapat memulai hidup barunya. Walaupun harus merelakan anaknya. Danish jadi
Read more

Bab 120 Kenapa Perasaanku?

Danish langsung berlari ketika melihat Isha. Menghampiri sang istri. “Kamu mau ke mana?” tanya Danish.“Mau ke kamar mandi. Kenapa kamu panik seperti itu?” Isha merasa aneh sekali dengan sikap Danish. Danish juga tidak tahu kenapa dia panik sekali. Padahal jelas Isha hanya bangun dari tempat tidur. Tidak melakukan apa-apa. Mungkin karena tadi Isha pingsan. Jadi dia panik seperti tadi. Takut terjadi apa-apa pada Isha. “Aku takut kamu kenapa-kenapa saja.” Danish menyampaikan apa yang membuat Danish panik. Isha paham betul ketakutan apa yang dirasakan Danish. Danish membantu Isha berjalan ke kamar mandi. Tak mau terjadi hal buruk pada istrinya itu. Sayangnya, Danish tidak berhenti di depan kamar mandi. Langkahnya terus sampai ke kamar mandi. Hal itu membuat Isha menghentikan langkahnya. “Kamu mau ke mana?” tanya Isha menatap sang suami. “Mengantarkan kamu ke kamar mandi.” Dengan polosnya Danish menyampaikan apa yang membuatnya ikut masuk ke kamar mandi. “Aku bisa sendiri. Kamu p
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
26
DMCA.com Protection Status