Semua Bab Terperangkap Hasrat Atasan Suamiku: Bab 101 - Bab 110

260 Bab

Bab 101 Makan Malam

Danish mengulas senyum manisnya. Dia ragu untuk mengatakan sebenarnya. Padahal Isha sudah berharap lebih jika dirinya yang menyiapkan semuanya.“Bukan.” Danish menggeleng. Tak mau berbohong pada Isha.“Pak Dino yang siapkan?” tanya Isha memastikan.“Iya.” Danish tertawa.Isha ikut tertawa. Tak masalah siapa yang menyiapkan. Yang jelas dia menikmati bersama Danish.“Ayo.” Danish mengulurkan tangannya. Mengajak Isha untuk ke meja yang sudah disiapkan.Isha mengikuti Danish menuju ke meja yang sudah disiapkan. Lilin-lilin yang menghiasi sekeliling mempercantik dekorasi. Meja makan pun dihiasi juga dengan lilin-lilin. Membuat suasana menjadi romantis.Danish menarikkan kursi dan mempersilakan Isha untuk duduk. Sikap manis Danish itu membuat Isha langsung tersenyum. Selama di Bali, Danish memang bersikap manis sekali.Setelah memastikan jika Isha duduk manis, Danihs segera duduk di kursi yang berseberangan dengan Isha. Baru saja mereka duduk, pemain musik mendekat. Memainkan alat musik da
Baca selengkapnya

Bab 102 Tangan Keriput

“Menurutmu aku mau apa?” Danish menyeringai. Di dalam otaknya sudah dipenuhi akal bulus.“Jangan macam-macam!” Isha memberikan peringatan pada Danish.“Hanya satu macam.” Danish menerobos masuk seraya mendorong tubuh Isha.Isha hanya pasrah ketika sang suami ikut masuk.Danish segera menyalakan air hangat di dalam bathtub. Kemudian memasukan bath foam untuk membuat busa di bathtub.Isha memilih membersihkan wajahnya sebelum mandi. Membiarkan Danish menyiapkan tempat untuk berendam.Saat busa sudah memenuhi bathtub, Danish segera membuka satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya. Kemudian masuk ke dalam bathtub. Air hangat yang menerpa tubuhnya membuat tubuhnya sedikit rileks.Isha yang sudah selesai membersihkan wajah segera berbalik. Hal pertama yang dilihatnya adalah Danish yang sudah masuk ke dalam bathtub.“Ke marilah,” pinta Danish seraya memberikan isyarat tangan.Isha ragu, tetapi percuma menolak Danish. Suaminya itu tidak akan diam saja. Sebelum Danish yang menariknya, leb
Baca selengkapnya

Bab 103 Permintaan Abra

Ina kembali ke toko setelah menjenguk Abra. Dia sebenarnya ingin segera pulang, tetapi mau bagaimana lagi, Isha memintanya untuk kembali karena ada barang yang akan datang nanti.“Kamu sudah kembali, Na?” Isha berbinar ketika melihat Ina datang. Dia sedang mengecek barang datang. Jadi cukup sibuk sekali.“Iya, sini aku bantu.” Ina pun segera membantu Isha.Mereka berdua mengerjakan pekerjaan bersama-sama. Karena dikerjakan bersama-sama tentu saja selesai lebih cepat.“Akhirnya selesai juga.” Isha mendudukkan tubuhnya di kursi. Tubuhnya cukup lelah sekali.Ina pun juga ikut duduk. Baru juga tadi dia sampai, sudah langsung disuguhi pekerjaan. Alhasil dia kelelahan sekarang.“Sha, aku sampai lupa mau bilang sesuatu.” Ina teringat dengan pesan Abra tadi.“Apa?” tanya Isha menatap Ina.“Kak Abra meminta tolong untuk menjual mobil lamanya. Dia meminta kamu pulang ke rumah kalian dan mengambil dokumennya.”Isha sadar jika yang tersisa dari Abra adalah mobil lamanya. Mobil barunya sudah disit
Baca selengkapnya

Bab 104 Kenapa Di sini?

“Ini rumah Kak Abra. Aku sudah tidak punya rumah. Karena waktu itu orang tuaku sakit, jadi aku berhutang cukup banyak. Karena itu, akhirnya aku menjual rumah itu dan menutup semua hutang.” Isha menjelaskan sambil membuka semua jendela. Isha beruntung masih ada matahari sore. Jadi masih ada cahaya masuk. Danish merasa jika Abra punya peran penting di hidup Isha. Karena itu, Isha terus berusaha untuk membebaskan Abra. Isha melihat debu yang berada di rumah. Rumah memang berdebu, tetapi di dalam masih terlihat rapi. Dia ingat betul jika sebelum pergi ke apartemen Danish, dia membersihkan rumah tersebut. Danish beralih melihat foto-foto yang terpajang di meja. Tampak foto Isha dan Abra terpajang di sana. Mulai dari foto Isha masih memakai seragam sekolah menengah. “Kamu sudah lama mengenalnya?” Danish menatap Isha. Isha menghampiri Danish yang sedang memandangi fotonya. “Iya, aku mengenalnya cukup lama.” Isha meraih satu foto dirinya dan Abra. “Sejak kecil dia selalu membantu aku. Mul
Baca selengkapnya

Bab 105 Lakukan Bersama

Pintu kamar mandi terbuka. Hal itu membuat Isha segera meletakan kembali apa yang dipegangnya. “Aku lupa bawa pakaian dalam.” Danish dengan polosnya mengatakan apa yang membuatnya keluar lagi dari kamar mandi. Padahal dia baru saja masuk. Isha mengulas senyumnya. Bisa-bisanya Danish lupa hal itu. “Aku akan ambilkan.” Isha segera berdiri. Danish yang melihat Isha berdiri, segera menutup kembali pintu kamar mandi. Isha mengambil pakaian dalam Danish di dalam lemari. Kemudian mengayunkan langkahnya untuk mengantarkan pakaian dalam ke kamar mandi. Namun, langkah Isha terhenti. Dia memilih untuk memasukkan sesuatu lebih dulu ke dalam dompetnya. Kemudian melanjutkan lagi niatnya ke kamar mandi. Isha mengetuk pintu kamar mandi. Menunggu Danish membuka kamar mandi. Walaupun Isha tahu kamar mandi tidak dikunci, tetapi dia tidak mau langsung masuk. Pintu kamar mandi terbuka. Tetapi hanya tangan Danish saja yang terlihat. Hal itu membuat Isha menyerahkan pakaian dalam ke tangan Danish. Say
Baca selengkapnya

Bab 106 Cek Saja

Melihat Isha yang kesal membuat Danish nyali Danish ciut. Entah kenapa dia merasa Isha berbeda dari biasanya. “Tentu saja boleh.” Danish akhirnya mengalah ketika istrinya mau makan pasta dan pizza lagi. Senyum Isha langsung tersungging di sudut bibirnya. Senang karena akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan. Isha tidak tahu kenapa belakangan ini dia suka makan pasta dan pizza. Padahal makanan itu sebelumnya musuhnya. Isha dulu lebih suka makan ketoprak, gado-gado, sate, dan banyak makanan tradisional. Saat sampai di toko, Isha segera turun. Wajahnya tampak berseri-seri. Apalagi membayangkan nanti pulang dari toko akan makan pasta dan pizza. Danish yang melihat sang istri terlihat bahagia, merasa begitu senang sekali, hanya bisa menggeleng heran. Tumben sekali istrinya itu bersikap seperti itu. Setelah Isha turun, Dino segera melajukan mobilnya. Meninggalkan toko Isha. “Din, kamu lihat bukan jika Isha aneh? Sudah seminggu ini dia makan pasta dan pizza setiap malam. Aku saja yang
Baca selengkapnya

Bab 107 Muntah

Isha menimbang tawaran Danish. Jika kali ini mengecek. Artinya ini sudah kelima kali dia mengecek. Rasanya, Isha belum siap untuk kecewa melihat alat tes kehamilan atau jawaban dokter jika dirinya tidak hamil. “Aku mau tunggu saja dulu.” Isha akhirnya mengambil keputusan itu. Tak mau buru-buru atau terlalu dini memeriksakan kehamilannya. Tak sanggup jika harus kecewa lagi. “Kenapa harus menunggu?” Danish merasa kecewa ketika Isha memilih menunggu dibanding dengan buru-buru mengecek, “Aku takut kecewa. Lebih baik kita tunggu lebih dari seminggu dulu. Ini baru empat hari. Jadi aku rasa pasti juga belum kelihatan.” Isha mencoba memberi pengertian pada Danish. Danish tahu seberapa kecewanya Isha ketika selalu gagal setiap mengecek kehamilan. Jadi wajar jika istrinya itu kini memilih untuk menunggu. “Baiklah, kita tunggu saja.” Akhirnya Danish pun setuju. Isha kembali menikmati makannya. Tak mau ambil pusing dengan apa yang baru saja dikatakan Danish. Isha sudah bertekad. Jika meman
Baca selengkapnya

Bab 108 Coba Cek Dulu

Isha menimbang-nimbang apa yang ditawarkan Danish. Dia sendiri juga tidak mengerti kenapa belakangan ini dia mual dan muntah terus. Padahal dia tidak pernah terlambat makan atau pun makan yang aneh-aneh yang membuat mual. “Aku baik-baik saja, sepertinya tidak masalah jika tidak ke dokter.” Isha masih tetap menolak permintaan Danish. Danish sebenarnya kecewa. Karena Isha tetap tidak mau ke dokter meskipun terus mual. Ternyata membujuk Isha benar-benar tak semudah yang dibayangkan. Raut kecewa Danish terlihat jelas. Hal itu membuat Isha langsung menyadarinya. “Bagaimana jika kita tunggu tiga hari dulu? Jika keadaanku tidak membaik, baru kita ke dokter.” Isha memang tidak mau terburu-buru. Terlebih lagi dia hanya merasa mual, pusing, dan muntah saja. Itu pun terjadi saat pagi saja. Danish menimbang apa yang ditawarkan sang istri. Menunggu tiga hari memang lama. Namun, tidak ada salahnya menunggu dibanding tidak sama sekali. “Baiklah, kita tunggu tiga hari.” Danish akhirnya setuju. I
Baca selengkapnya

Bab 109 Hasilnya

Isha masuk ke kamar mandi. Untuk sejenak dia masih terdiam memandangi alat tes kehamilan. Jantungnya berdegup kencang ketika hendak mengecek apakah kali ini hasilnya akan berbeda dengan sebelumnya. Segera Isha mengecek urine untuk mengetahui apakah dirinya hamil atau tidak. Karena sudah sering menggunakan alat tes kehamilan, dia sudah tidak lagi membaca petunjuk penggunaan. Di luar kamar mandi, Danish menunggu Isha dengan cemas. Danish begitu penasaran dengan hasil kali ini. Melihat Isha yang seperti orang hamil yang mual terus, dia memiliki keyakinan jika Isha hamil. “Aku tidak boleh berharap dulu.” Danish berusaha untuk menenangkan dirinya. Sayangnya, Isha begitu lama di kamar mandi. Hal itu membuat Danish benar-benar merasa semakin panik. “Isha.” Danish mengetuk pintu kamar mandi. Memastikan keadaan Isha baik-baik saja. Karena istrinya itu tidak kunjung keluar. Suara pintu kamar mandi terbuka. Akhirnya Danish melihat Isha keluar dari kamar mandi. Dia memerhatikan wajah Isha. B
Baca selengkapnya

Bab 110 Penantian Panjang

Dokter menggerakkan alat USG. Mengecek rahim Isha. Saat melihat layar, dokter menemukan kantung rahim yang menebal. Tampak embrio di dalam rahim sebesar kacang polong. Senyum dokter pun menghiasi wajah ketika melihat hal itu.“Selamat atas kehamilan Bu Isha.” Dokter memberikan ucapan selamat. Dokter menatap Isha dan juga Danish bergantian.Isha dan Danish berbinar. Danish yang menggenggam tangan Isha mengeratkan genggamannya. Merasa bahagia sekali karena dokter memberitahu jika Isha benar-benar hamil.“Kamu benar-benar hamil.” Danish menatap Isha.Isha berkaca-kaca. Merasa terharu karena kehamilannya benar-benar nyata. Penantian panjangnya bersama Danish benar-benar berbuah manis. Isha beralih ke layar USG. Melihat anaknya di sana. Walaupun tidak mengerti dengan cara membaca layar USG, dia cukup senang melihatnya.Dokter menyelesaikan pemeriksaan. Kemudian kembali ke kursinya.Perawat langsung membersihkan tubuh Isha. Baru setelah itu Isha turun dari ranjang pemeriksaan. Berpindah ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
26
DMCA.com Protection Status