Home / CEO / Ibu, CEO Tampan itu Ayahku! / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Ibu, CEO Tampan itu Ayahku!: Chapter 161 - Chapter 170

279 Chapters

Bab 161 Ada yang Tidak Beres

Matahari terbenam, langit berangsur menggelap. Malam di kota ini selalu membuat orang merasa kesepian. Selain jalanan yang dipenuhi kelab, hampir tidak ada orang di mana pun. Benar-benar sepi.Kegelapan pun menyelimuti seluruh kota, membuat orang tidak merasakan kehangatan apa pun. Saat ini, Juanita terus menoleh ke belakang karena khawatir orang-orang di belakang menyusulnya. Dia pun terus memikirkan cara untuk mengatasi situasi ini.Untungnya, ada banyak belokan di gang kecil ini sehingga bisa menutupi gerak-geriknya. Juanita tidak perlu terlalu panik.Namun, jumlah lawan lebih banyak. Tidak peduli seberapa cepat Juanita berlari, dia tidak mungkin bisa menang dari mereka.Jadi, sebelum sempat berlari terlalu jauh, beberapa preman itu sudah hampir menyusulnya. Melihat ada yang tidak beres, Juanita mencari sebuah tempat yang cukup terpencil untuk bersembunyi."Ingga, aku punya tugas penting untukmu sekarang," ujar Juanita setelah menarik napas dalam-dalam untuk menahan ketakutannya.Ji
Read more

Bab 162 Langsung Dibunuh Saja

Juanita yang ditahan oleh kedua preman ini tidak bisa memikirkan cara apa pun. Selain kepanikan, dia tidak sempat merasakan apa pun lagi.Bagaimana sekarang? Waktu itu, Juanita juga pernah mengalami hal yang sama dan diselamatkan oleh Jacky. Namun, Juanita tahu bahwa Jacky tidak mungkin muncul di tempat seperti ini. Adapun Tommy, mereka memang sempat mengobrol di telepon barusan ....Namun, sepertinya tidak akan ada yang menduga bahwa dirinya akan bertemu bahaya di saat seperti ini. Bahkan, Juanita sendiri tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.Justru karena tidak memiliki persiapan mental, Juanita menjadi makin kebingungan sekarang. Dia pun mundur selangkah, tetapi kedua preman itu malah mendekat."Hehe, masih mau kabur?" ucap salah satu preman sembari menggosok tangannya dengan penantian. Wajahnya dipenuhi senyuman jahat saat menatap Juanita.Juanita akhirnya tidak bisa menahan ketakutannya lagi. Suaranya mulai bergetar saat berteriak, "Biar kuperingatkan dulu, jangan macam-ma
Read more

Bab 163 Khawatir sampai Hampir Gila

Tidak jauh dari sana, terdengar suara sirene polisi. Beberapa mobil yang mendekat itu pun berhenti di depan gang.Begitu melihat mobil polisi, kedua preman itu seketika termangu. Mereka tidak menyangka polisi akan datang kemari. Sebelum sempat bereaksi, para polisi pun sudah turun dari mobil."Jangan bergerak!" teriak polisi sembari mengarahkan pistolnya ke arah kedua preman. Dengan tubuh yang setengah berjongkok, mereka berjalan mendekat.Kedua preman itu segera mengangkat tangan saat melihat pistol ditodongkan ke arah mereka. Setelah itu, mereka berbalik untuk menghadap polisi.Melihat kedua preman itu telah menyerah, polisi berteriak lagi, "Tangan di atas kepala, berjongkok!"Kedua preman itu sudah takut hingga kedua kaki gemetaran. Mereka tentu tidak berani menolak, jadi hanya bisa menuruti dengan patuh.Setelah keduanya meletakkan tangan di atas kepala dan berjongkok, para polisi langsung mengepung.Sementara itu, Jingga yang melihat kedua preman itu tidak berani bergerak lagi seg
Read more

Bab 164 Datang dengan Persiapan

"Pasien sudah ditangani dengan baik. Untungnya, kebanyakan hanya luka luar. Asalkan beristirahat dan diobati dengan baik, nyawanya tidak akan berada dalam bahaya," jelas dokter sambil melepaskan maskernya.Juanita dan Jingga merasa sangat lega mendengar perkataan dokter ini. "Pasien akan dibawa ke kamar biasa, kalian sudah bisa pergi urus prosedurnya," lanjut dokter itu. Seusai berbicara, dia langsung pergi.Juanita berjongkok untuk merapikan rambut Jingga. Kemudian, dia menginstruksi, "Ingga, kamu pergi ke bangsal dulu. Aku akan menyusul setelah bayar biayanya. Jangan berkeliaran, ya?"Jingga mengangguk dengan patuh dan menimpali, "Ibu tenang saja. Aku nggak akan ke mana-mana."Jingga tahu bahwa ini bukan masalah sepele sehingga tidak akan main-main. Setelah berpesan, Juanita pun bangkit dan berjalan ke arah yang dituju dokter sebelumnya.Setelah membayar sesuai prosedur rumah sakit, Juanita baru pergi ke bangsal Hasan. Begitu dia masuk, Jingga berkata lirih karena khawatir Hasan terb
Read more

Bab 165 Pelan Sedikit

Malam itu juga, Jacky mengetuk pintu kamar hotel untuk melaporkan hasil penyelidikan. Kinerjanya cepat seperti biasa, dia tidak pernah mengecewakan Tommy.Tommy sedang duduk di sofa saat Jacky masuk. Ekspresinya tampak muram, aura yang dipancarkannya tampak dingin, sampai-sampai Jacky tak kuasa bergidik ngeri.Jacky berjalan ke hadapannya, lalu melapor, "Para preman itu belum dihajar, tapi sudah bilang mereka dibayar seseorang."Tommy mengernyit mendengarnya. Dia tidak berbicara, melainkan mengisyaratkan Jacky untuk lanjut menjelaskan. Dia tahu bahwa Jacky sudah menemukan dalangnya. Kalau tidak, pria ini tidak mungkin menemuinya dengan percaya diri.Jacky menatap Tommy dan terdiam sesaat. Kemudian, dia baru meneruskan, "Aku sudah menemukan dalangnya, yaitu instruktur Team AY."Begitu ucapan ini dilontarkan, semua akhirnya menjadi jelas. Tommy tak kuasa tergelak. Karena Jingga mendapatkan peringkat pertama, instruktur Team AY membencinya. Dia pun menyewa preman untuk memotong tangan Jin
Read more

Bab 166 Bertobat di Penjara

Tommy tertawa mendengarnya. Sorot matanya dipenuhi kebencian dan kejijikan pada si instruktur.Ketika melihat sorot mata itu, si instruktur yang awalnya merasa tenang tiba-tiba mulai takut. Dia pun berkata, "Ka ... kamu jangan sembarangan. Ka ... kamu nggak akan bisa melawanku!"Entah mengapa, Tommy tidak melontarkan sepatah kata pun, tetapi si instruktur sudah ketakutan. Dia seketika menyadari keanehan ini sehingga merasa sangat malu.'Menyebalkan sekali, bukankah pria ini hanya orang tua murid biasa? Kenapa aku malah takut?' batin si instruktur yang buru-buru memasang ekspresi lain.Hanya saja, meskipun sudah mengingatkan diri sendiri untuk tidak menunjukkan kelemahan di depan Tommy, si instruktur masih saja ketakutan.Di sisi lain, Tommy tersenyum tipis saat melihat si instruktur yang mencoba untuk memberanikan diri. Apakah pria ini mengira dia masih memiliki kesempatan untuk bertobat? Menyedihkan sekali. Sampai sekarang, instruktur ini masih tidak tahu bahwa Tommy bukanlah orang ya
Read more

Bab 167 Tidak Bisa Tidur Nyenyak

Setelah memberi pelajaran kepada instruktur itu, amarah Tommy akhirnya terlampiaskan. Sesudah mengurus semuanya, dia baru kembali ke hotel.Juanita terbangun dari tidurnya. Terlalu banyak masalah yang terjadi akhir-akhir ini, jadi membuatnya tidak bisa tenang. Dia sampai tidak bisa tidur nyenyak.Begitu bangun, Juanita merasa agak pusing. Dia pun berjalan ke samping untuk menuang air. Sesudah tenggorokannya terasa lebih nyaman, dia mulai mencari Tommy, tetapi tidak bisa menemukannya di dalam kamar.Juanita yang tidak bisa tertidur lagi, tidak tahu harus melakukan apa. Dia hanya duduk di tepi ranjang sambil memandang pemandangan malam kota.Jika itu dulu, Juanita pasti akan menikmati pemandangan indah ini. Bagaimanapun, dia jarang sesantai ini. Namun, dia benar-benar tidak bisa tenang sekarang.Tiba-tiba, pintu kamar dibuka seseorang. Jantung Juanita sontak berdebar-debar karena khawatir ada orang asing yang masuk. Dia sontak menoleh untuk memeriksa. Begitu melihat Tommy, dia pun merasa
Read more

Bab 168 Tidak akan Merindukannya

Karena Jingga tergabung dalam lingkaran esports, Juanita menjadi sangat memperhatikan berita di aspek ini. Belakangan ini, selain kemenangan tim Jingga yang menjadi topik hangat di internet, akuisisi Team AY yang dilakukan oleh Team JS juga sedang hangat diperbincangkan.Juanita sudah membaca semua komentar netizen. Dia pun menemukan bahwa ada banyak orang yang mulai membocorkan identitas dan keburukan instruktur itu di internet. Banyak yang mencela sikapnya ini."Apa yang kamu lihat? Kenapa mengerutkan dahimu?" tanya Tommy. Begitu masuk, dia sudah melihat Juanita duduk di ranjang sambil menatap layar ponsel. Ekspresinya pun tampak agak murung.Juanita memperlihatkan layar ponselnya kepada Tommy, lalu berkata, "Lihat ini."Setelah meliriknya, Tommy kira-kira mengetahui apa alasannya karena dia juga memperhatikan berita itu belakangan ini. Ternyata, banyak orang tidak menyukai instruktur itu."Kenapa?" tanya Tommy yang merasa instruktur itu memang pantas mendapatkan semua hinaan itu.Ju
Read more

Bab 169 Siapa yang Berani Membiarkannya Masuk?

Di kediaman, Jordy, Soraya, Ruben, dan lainnya telah menunggu. Mereka jarang sekali bisa makan bersama seperti ini. Tentunya, Yolanda yang sangat dimanjakan oleh Adam juga harus hadir.Semula, beberapa orang itu makan dengan tenang. Namun, tatapan Yolanda terus tertuju pada Adam. Mengapa ayahnya masih belum membahas hal penting itu?Selama ini, Yolanda selalu bersikap sombong karena disokong oleh Adam. Ketika melihat Adam hanya diam, dia pun mulai panik. Dia harus melakukan sesuatu, bagaimana kalau ayahnya ini sudah lupa?Sebenarnya, jika dipikir baik-baik, Adam tidak mungkin melupakan masalah ini. Akan tetapi, dia hanya ingin makan dengan tenang bersama keluarganya untuk sekarang. Jadi, dia mengesampingkan hal-hal tidak menyenangkan itu dulu.Setelah berpikir sesaat, Yolanda yang duduk di meja makan akhirnya berinisiatif untuk berkata, "Ayah, gimana jalan-jalanmu? Kamu senang nggak?"Adam adalah orang yang cerdas, tentu tahu tujuan Yolanda yang tiba-tiba bertanya seperti ini. Dia pun
Read more

Bab 170 Acara Pernikahan Tetap Berlanjut

Ketika melihat Tommy pergi tanpa rasa ragu sedikit pun, Adam merasa harga dirinya terinjak-injak. Dia membentak dengan kesal, "Kurang ajar sekali kamu! Beraninya kamu menentang ucapanku!"Tommy tidak terlihat menyesal ataupun ragu saat dibentak. Dia tetap meninggalkan kediaman dengan tenang."Hentikan dia!" teriak Adam sambil menggebrak meja. Saat ini, dia seperti telah kehilangan kewarasan dan wibawanya.Untungnya, hanya ada anggota keluarganya di sini. Apabila orang luar melihatnya, mereka pasti sangat terkejut.Begitu mendengar perintah Adam, beberapa pelayan kediaman terpaksa mengepung Tommy. Namun, mereka semua sontak mundur ketakutan karena tatapan Tommy.Pada akhirnya, mereka hanya bisa menyaksikan Tommy keluar. Sementara itu, Adam mencengkeram dadanya, merasa dirinya benar-benar murka karena tindakan Tommy.Sebelum pulang, Adam telah mendengar beberapa tindakan Tommy belakangan ini. Namun, dia yakin Tommy bisa berubah setelah mendengar nasihatnya nanti. Tanpa diduga, pria ini m
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
28
DMCA.com Protection Status