Semua Bab Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan : Bab 81 - Bab 90

155 Bab

Paman, Bagaimana Rasanya Punya Papa?

"Mama... Mama! Layla mau kasih tahu Mama! Ada Paman tampan!" "Mama... Lihat Layla!" Bocah perempuan kecil itu menarik-narik ujung bawah dress yang Valia pakai sambil terus lompat-lompat kecil, Mamanya itu kini tengah sibuk memasak, hanya bisa merespon biasa.Valia menundukkan kepalanya menatap sang putri yang heboh sendiri. "Paman siapa, Sayang? Layla jangan main jauh-jauh, di taman saja sudah cukup. Jangan pergi jauh!" seru Valia masih tidak memperhatikan putrinya. Seketika Layla cemberut, anak itu menundukkan kepalanya menatap lututnya yang terluka. "Layla tadi jatuh, terus Paman tampan yang bersihkan lutut Layla," adu anak itu lagi. "Jatuh?!" Valia memekik menatapnya, ia langsung mematikan kompor dan menekuk lututnya melihat luka di kaki Layla. "Jatuh di mana? Kenapa sampai bisa jatuh? Ayo Mama Obati." Valia langsung menggendong Layla, namun sesaat Valia terdiam karena menghirup aroma yang sangat familiar untuknya. Aroma parfume itu melekat pada tubuh Layla. Aroma maskulin
Baca selengkapnya

Mama Tidak Boleh Sakit

Setelah Layla bertanya bagaimana rasanya punya Papa, kepada seorang Aaron yang sejatinya juga sangat merindukan buah hatinya. Aaron memutuskan mengajak Layla jalan-jalan berdua di sekitar sana sampai jam sekolah habis. Mereka berdua jalan-jalan di taman kota, Layla tidak pernah sekali pun keluar dari area perumahan megah keluarganya, dan baru kali ini ia merasakan udara bebas. "Paman, itu apa?!" Layla menunjuk ke arah maskot badut kelinci di tengah taman. "Princess mau berfoto dengan dia?" tawar Aaron. Layla pun menganggukkan kepalanya. "Mau! Mau... Princess mau!" serunya. Aaron langsung menggandeng tangan mungil Layla dan mengajaknya mendekat pada maskot badut itu. "Paman, kelincinya besar!" seru Layla tersenyum lebar. "Tentu saja, Princess berdiri di sana, Paman foto dari sini, okay?!" Bocah itu mengangguk, dia langsung berposes sesukanya dan Aaron yang mengambil banyak gambar anak itu. Hingga tanpa terasa mereka menghabiskan waktu sampai beberapa jam. Hingga keduanya kini
Baca selengkapnya

Paman Tampan, Seperti Papanya Layla

"Nyonya Valia kelelahan, suhu badannya juga sangat panas. Beliau hanya demam dan pusing saja."Dokter memberikan sebuah resep obat kepada Rosalia. Dan menjelaskan semuanya, ternyata Valia sedang demam tinggi. Sedangkan Layla, anak kecil itu hanya mengintip di balik pintu. Ia sudah lelah menangis, setelah Rosalia bilang padanya kalau Mamanya akan baik-baik saja. "Layla harus apa?" lirih anak itu menoleh ke kanan dan ke kiri. "Masak Mama sakit Layla hanya diam aja?"Bocah itu mengambil tas sekolahnya, ia memakainya dan pergi keluar dari dalam rumah. Seperti biasa kalau ia selalu kabur. Layla pergi taman di dekat sungai, ia berjalan di sana dan melihat sekitar, nampaknya dia tidak akan menemukan Paman tampan yang dia nantikan saat ini. Layla duduk di tepian sungai di samping sebuah batu besar. Ia mengeluarkan buku dan pensilnya. "Heum, Layla kan tidak bisa menulis," ujarnya lagi dan sangat frustrasi, anak itu memukul-mukul kepalanya. "Huwaa... Bagaimana ini?!" Ia kembali menangis l
Baca selengkapnya

Jangan Merendahkan Putri Kesayangan Aaron!

Pagi ini Layla tidak berangkat ke sekolah, tidak ada yang merawatnya karena Mamanya sedang sakit. Layla menghabiskan waktu paginya sampai siang bersama Valia di dalam kamar di atas ranjang. Rosalia hanya datang memberikan sarapan untuk Valia dan juga Layla, sebelum wanita itu pergi ke luar kota. Dan kini, Layla merasa lapar, namun ia enggan meninggalkan Mamanya. "Mama, Layla lapar," ujar anak itu memeluk tubuh Valia yang masih lemas. "Layla ke rumah Oma ya, minta makan siang ke Oma. Mama belum bisa bangun, kepala Mama pusing," ujar Valia membalas pelukan Layla. Bibir anak itu cemberut, ia memainkan kancing piyama yang Valia pakai dan kedua mata lebarnya berkaca-kaca. "Mama, kalau ada Papa di sini, kita tidak akan seperti ini. Mama harus nyari Papa yang baru," ujar Layla mendongak menatap Valia. Mendengar keluhan sang putri, Valia hanya bisa tersenyum saja. "Papa yang baru? Memangnya Layla ingin Papa yang seperti apa, Sayang? Papanya Layla itu laki-laki yang hebat." "Hem, percu
Baca selengkapnya

Membuat Kejutan untuk Paman Tampan

"Paman, Lala boleh bawa roti ini pulang? Mama belum makan, Mama masih panas, kepalanya pusing. Boleh, tidak?" Layla memeluk dua bungkus roti yang berada di atas meja restoran itu. Aaron menganggukkan kepalanya, ia mengusap gemas pucuk kepala Layla. "Boleh, bawa saja." Aaron tersenyum tipis. "Kita beli beberapa makanan untuk Mamamu yang sakit, okay?!" "Okay Paman!" Layla langsung turun dari atas kursi, ia menggenggam jari telunjuk Aaron dan berjalan mendekati kasir. Pria tampan dengan balutan pakaian formal membawa anak kecil yang sangat mirip dengannya, tanpa membawa ibunya, mungkin beberapa orang mengira kalau Aaron adalah seorang duda. Setelah keluar dari restoran, Aaron mengajak Layla untuk berbelanja banyak barang-barang lainnya. Mereka yang kini masuk ke dalam satu toko ke toko lainnya, membeli roti, buah, sayuran, dan banyak lagi. Aaron masih sangat-sangat sakit hati saat Nadine memberikan Layla makanan binatang. "Paman, ini sudah banyak. Lala mau pulang, kasihan Mama se
Baca selengkapnya

Papa Paman Tampan

Valia mengantarkan makanan untuk Paman Tampannya Layla. Untuk kali pertama Valia keluar dari area mansion. Ia menatap pemandangan indah taman, jalanan yang sepi dan sungai buatan kecil dengan air jernih gemericik, suara burung-burung di pohon yang rimbun. "Wahh, ternyata tempat ini sangat luas dan indah, ya," lirih Valia mendongak menatap pemandangan di sekitar sana. "Mama... Ayo lari!" teriak Layla yang sudah berlari di depan sana seraya memeluk boneka kelinci miliknya. "Jangan lari, Sayang!" Valia memperhatikan putrinya yang sangat antusias. Mereka berjalan menyusuri jalanan sepi di dalam perumahan itu. Hanya ada beberapa rumah dan pepohonan yang indah di sana. "Ma, itu rumah Paman tampan di sana! Di dekat gerbang!" pekik Layla menujuk ke arah sebuah rumah yang berada di dekat gerbang masuk pekarangan besar perumahan Keluarga Jazvier. Valia dan Layla bergegas pergi ke sana. Begitu sudah sampai di rumah yang itu, di sana sangat sepi. Layla begitu antusias mengetuki pintu. "P
Baca selengkapnya

Datanglah Sebagai Papaku

"Anak-anak, surat yang Madam Vivi bagikan, tolong berikan pada orang tua kalian ya! Terutama... Layla, tolong sampaikan ke Mama dan Papamu ya!" Layla mengangguk kecil dengan perintah sang Madam. Anak itu memegang selenbar kertas di tangannya, ia terdiam dan berpikir ini semua maksudnya apa. Dia masih kecil untuk memahami apa yang tadi gurunya perintah. Layla menepuk pundak salah satu temannya. "Eumm... Leo, ini apa? Kenapa dikasihkan ke Mamanya Layla?" tanya anak itu pada Leo, teman sekaligus dia adalah Cucu penasihat keluarga Jazvier. "Ini undangan, Madam meminta agar nanti Mama dan Papamu datang ke sini, Layla! Beberapa hari lagi ada acara di sekolah! Jadi orang tua kita harus datang!" Leo menjelaskan dengan sedetail-detailnya pada Layla. "Heum, tapi kan, Layla tidak ada Papa di rumah, Papanya Laya kan sedang-" "Memangnya Papamu ke mana, Layla? Kata Oma Nadine kau tidak punya Papa, lalu siapa yang pergi bekerja? Tidak ada Layla, kau itu tidak punya Papa, Mamamu kata Oma Nadine
Baca selengkapnya

Sudah Saatnya Kita Berjumpa

"Paman mau kan, jadi Papa pura-pura buat Lala? Janji deh, Lala setelah itu tidak minta yang aneh-aneh lagi. Kalau Paman tidak mau...." Anak itu menggantung ucapannya sebelum ia menengok ke arah Sergio yang berdiri di belakang Aaron. "Paman itu juga boleh," ujarnya. Aaron mengembuskan napasnya pelan, ia membaca kertas itu dan melipatnya memasukkan ke dalam saku kemeja yang dia pakai. "Ya, Paman mau," ujar Aaron, kali ini ia menekuk lututnya di hadapan Layla, Aaron tersenyum manis menatap anak itu. Setiap kali melihat Layla yang tersenyum lebar dan bahagia seperti ini, dada Aaron terasa bergetar, anak ini mengobati rasa rindunya pada sosok Valia. "Paman tidak bohong sama Lala, kan?! Paman Tampan benar-benar mau, kan?!" pekik anak itu histeris dan heboh seperti biasa. Aaron mengangguk. "Ya, tapi dengan satu syarat!" "Apa... Apa... Apa syaratnya!" Layla lompat-lompat kecil, anak itu kesenangan. Sergio merotasikan kedua matanya. "Tuan, jangan pamrih dengan bocah," peringatnya. Ma
Baca selengkapnya

Memeluk Papaku Erat-erat

Hari ini semua teman-teman di sekolah Layla, juga para wali murid mulai berdatangan. Layla diam duduk di atas kursi yang berjajar di taman depan kelas, anak itu menunggu kedatangan Aaron. Sengaja ia tidak mengajak Mamanya karena kondisi Valia sering sakit-sakitan, Layla ingin menunjukkan pada semua temannya kalau dia punya Papa. "Layla, orang tuamu mana?" tanya seroang teman pada Layla. "Papa masih dalam perjalanan ke sini," jawab Layla tersenyum manis. "Papa? Kau mimpi ya, kau kan tidak punya Papa. Mamamu juga tidak pernah keluar, kau ini anak terlantar atau bagaimana hah?!" "Lucu sekali dia bilang katanya punya Papa. Dia kan tidak punya siapa-siapa. Ada yang bilang katamya dia anak haram!" bisik salah satu teman Layla ke teman yang lainnya. "Jangan dekati dia, jangan temani anak itu! Sini sama Mama!" Seorang wali murid menarik anak-anak mereka saat mendekati Layla. Wajah cantik Layla seketika murung, sampai akhirnya Madam Vivi yang memperhatikan anak itu merasa tersentuh. W
Baca selengkapnya

Pertemuan Penuh Cinta

"Nyonya Valia, baru saja penjaga memberitahu saya kalau Nona Layla tidak mau pulang. Nona Layla menunggu Nyonya di dekat sungai." Valia yang sejak tadi berdiri di teras menanti Layla sampai sore, ternyata anaknya malah asik bermain di sana. "Layla di sana?!" pekik Valia menatap lekat pelayan itu. "Benar Nyonya, penjaga sudah mengajaknya pulang, tapi kataya Non Layla menunggu Mama." Helaan napas panjang terdengar dari bibir Valia. Ia langsung gegas melangkah menuruni anak tangga. Valia selalu mengeluh tentang kenakalan Layla, anak itu selalu bermain di luar. Sedangkan Valia mendapatkan peraturan ketat kalau dirinya tidak boleh pergi meninggalkan gerbang mansion, karena takut tersebar kabar buruk tentang keberadaannya sebagai keluarga Jazvier yang mempunyai anak tapi belum memiliki suami. "Anak ini ada-ada saja," lirih Valia berjalan cepat keluar dari dalam gerbang mansion. Matahari sore hari membuat kemerlapan cahaya pantulan air dan sinar matahari. Ia melangkah mendekati tepian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status