Semua Bab OBSESI BARA: Bab 101 - Bab 110

166 Bab

Bab 101. Kebenaran Zidna

"Zahra? Are you okay?""Zahra?""Ah, iya? Kenapa Syam?" Asyam menghela nafas pelan, melirik Zahra yang sedari tadi melamun ke luar jendela. "Are you okay?""Ya. Seperti yang kamu lihat," jawab Laila dengan fokus kembali menatap luar jendela. Sebenarnya bagaimana ia akan baik-baik saja jika hatinya masih merasakan rasa sakit itu? Bagaimana ia baik-baik saja jika pria yang dia cintai malah dengan perempuan lain? Siapa yang baik-baik saja dengan semua itu? Siapapun akan merasakan sakit bukan? Apalagi sejak awal Arya nampak sudah menerimanya sebagai istri. Tapi apa? Semua kembali dihempaskan demikian jauh oleh pria itu. Tapi, apa ia bisa marah? Tidak. Mana bisa Laila marah pada lelaki yang dia cintai. Lagipula, tanpa ingatan apapun... memang akan susah untuk mengembalikan seperti mulanya. "Kamu tidak perlu memikirkan lelaki yang telah menyakiti kamu, Zahra. Kenapa harus memikirkan hal yang jelas membuatnya semakin sakit?" Asyam kembali bersuara. Namun tidak ada respon apapun dari Lai
Baca selengkapnya

Bab 102. Menunggu Laila

Karena Zidna meminta Arya untuk diantarkan ke pondok, membuat Arya dengan cepat mengantarkan perempuan itu.Kini mobil itu sudah terparkir di halaman yang tidak jauh dari pondok. Pondok pesantren Assalam, itulah namanya. "Dek, aku langsung pulang saja ya? Maaf engga bisa nyempetin buat bertemu sama Kang Imam. Nanti, kalau Kang Imam nanyain, bilang aja aku ada urusan," ucap Arya setelah keduanya keluar dari dalam mobil. "Memangnya Mas mau ke mana?" tanya Zidna dengan kening bertaut. "Tidak biasanya Mas langsung pergi sebelum bertemu dengan Mas Imam.""Aku khawatir sama Sharu, Dek. Rindu juga sama dia. Setelah diambil ibunya hampir satu minggu, membuat aku sangat merindukannya," jawab Arya dengan sopan. "Tapi Mas udah bicara sama pengacara itu, kan?Apa katanya?"Arya menghela nafas pelan. Itulah alasan ia ingin cepat-cepat pergi. Ia melupakan bahwa Laila tengah bersama pria lain. "Udah dibicarain. Makannya gak punya waktu untuk sekarang. Maaf ya. Dan tolong, sampaikan salam aku ke Ka
Baca selengkapnya

Bab 103. Bukan Arya

"Den, makan dulu ya? Mbok udah masakin kesukaan aden--eh maksudnya..." Suara Mbok Eka berseru saat Arya keluar dari kamar tempat salat. Keningnya mengernyit saat Mbok Eka tidak melanjutkan ucapannya. "Sembari nunggu non, aden bisa makan dulu ya. Maaf kalo nanti masakan Mbok engga enak."Arya tersenyum tipis. "Enggak Bi. Aku enggak enak kalau tuan rumahnya engga ada. Laila juga belum pulang."Wajah Mbok Eka nampak sendu. Berpikir bahwa di depannya ini jelas tuan rumah. Tapi, bagaimana caranya agar dia mengatakan itu kepada Arya? KrruuyukkkSuara dari perut Arya menggema. Membuat suasana mendadak hening dan... "Ppffftt..." Mbok Eka tidak bisa lagi menahan tawanya. Tawanya lepas bersamaan Arya yang menunduk malu. Benar-benar situasi yang memalukan! Perutnya malah berbunyi begitu keras. "Kalau non Laila tahu tamunya menahan lapar, nanti dia marah sama Mbok. Bisa-bisa Mbok dipecat sama non Laila. Jadi, aden makan saja ya? Jangan malu kok, anggap aja ini rumah aden sendiri," ucap Mbok E
Baca selengkapnya

Bab 104. Mulai Bersemi

"Kalau aku bukan Bara? Melainkan Arya? Bagaimana" tanya Arya kemudian. "Apa bedanya? Sama-sama satu jiwa dan satu tubuh kok. Yang membedakannya... Mas Bara itu lebih seksi. Sedang Mas Arya itu... seperti putri malu, sekali kena sentuh--""Oh, jadi mulai membanding-bandingkan?" Arya memotong ucapan Laila. Membuat sang empu segera menggeleng. "Bukan gitu, hanya saja...""Kamu mau aku kayak gimana?" tanya Arya langsung, membuat Laila berkedip untuk beberapa saat. "Memangnya bisa?"Arya mengangguk. "Katakan saja?""Ehm... Laila maunya kamu itu memiliki cinta luar biasa seperti Mas Bara. Yang selalu bercanda, romantis, suka cium duluan, dan... tentu nampak seksi apabila sedang berdua. Namun juga, Laila mau kamu seperti Mas Arya yang pengertian, memiliki sikap lemah lembut dan tentu memiliki sabar walau hanya setipis tisu dibagi dua.""Aku akan berusaha menjadi seperti itu. Tapi, apa kamu juga akan menuruti apa yang aku mau?""Memangnya, apa yang Mas mau?""Aku cuman mau kamu enggak berh
Baca selengkapnya

Bab 105. Buka Baju

"Bukan cemburu lagi, tapi kesel sama Mas Aryanya!"Arya terkekeh. "Ya udah. Jangan marah atuh, Mas kan lakuin itu emang enggak sadar.""Maksud Mas?" "Ya... Mas kadang suka gitu, La. Kalau lihat orang yang Mas kenal dan dia terluka, Mas enggak bisa diam saja. Sebisa mungkin Mas bakal nolongin. Pun sama halnya dengan perkara lain. Kadang Mas emang enggak sadar kalau di hadapkan dengan perasaan yang Mas sendiri enggak tahu apa itu. Sama kamu juga Mas kadang suka enggak sadar.""Enggak sadar? Itu berarti perkataan barusan? Mas enggak sadar juga?" Nada kesal Laila mulai memuncak. Suara yang nampak menahan kesal Laila tujukan saat Arya berkata tidak sadarkan diri. Yang benar saja? Mana ada hal seperti itu bisa dijadikan alasan? "Perkataan yang mana?" tanya Arya tanpa melirik Laila. "Mas?!" Benar saja. Laila mulai kesal dengan mendentingkan sendoknya di atas piring. "Yang benar saja? Yang tadi? Saat kamu mengatakan bahwa aku adalah istri kamu. Kamu sadar kan?""Eum... "Jawaban Arya ber
Baca selengkapnya

Bab 106. Mencoba Untuk Ingat

"Kalau Mas mau...""Mana ada lelaki yang enggak mau kalau ditawari?" Arya terkekeh, yang malah membuat Laila semakin dibuat merinding. Geli. Sudah lama pula ia tidak seperti ini. Lagipula ia juga berani seperti ini karena Arya adalah Bara, suaminya... jika begini, masih tidak apa-apa kan? Tidak berdosa kan? Atau memang dia berdosa? Sekalipun dengan suami sendiri? Katakan pada Laila sekarang, apa ia berdosa atau tidak? Hanya karena ingatan Arya tidak ada, apa ia salah jika melakukan hal ini? "Mas janji bakal halalin kamu untuk yang kedua kalinya," ucap Arya sembari mengigit leher Laila, membuat sang empu mendesis. "Kita akan merayakan pernikahan kita, sayang..."Arya itu lelaki normal. Tidak akan kuat jika di hadapkan dengan hal beginian. Membuat Arya lagi-lagi mencium hingga menggigit leher jenjang Laila. "Memangnya Mas tahu tanggal pernikahan kita?""30 September, kan?"Deg! Jantung Laila semakin berdebum dibuatnya saat Arya mengatakan tanggal pernikahan yang memang benar pada
Baca selengkapnya

Bab 107. Nebang Pohon Yu?

"Mas? Laila udah siapin baju buat Mas pakai ya? Kalau butuh sesuatu, Mas boleh--""Sayang... Mas mau pulang saja, ya? Mas lupa juga engga kunci rumah." Laila yang tengah membereskan beberapa barang-barang terhenti sudah. Ia melirik Arya yang malah tengah memainkan ponselnya. Dengan segera Laila mengambil ponsel tersebut dan duduk di depannya. "Mas kan sekarang udah tinggal di sini? Jadi, sekarang Mas harus di sini!?""Tapi---""Laila enggak mau tau! Mas harus tidur dengan Laila sekarang!"Dengan sigap Laila menarik Arya agar tidur di sampingnya. Sehabis salat Isya dengan lelaki itu yang pulang dari Masjid, membuat Laila menyuruhnya untuk ganti baju. "Ayo Mas!"Tubuh Arya terhempas jatuh menimpa Laila. "Pelan-pelan, La. Agresif bener..." Laila tertawa, dengan segera ia memeluk Arya dari samping. "Keras kepala banget sih? Kan jadi pengen atuh..."Arya bergeming. "Pengen apa?""Pengen nebang pohon!"Kening Arya mengernyit, sedang Laila sudah berdecak saja. "Ck! Mari tidur! Mas engg
Baca selengkapnya

Bab 108. Perubahan Aneh

"Eh, aden Bara? Eh maksud Mbok---""Kalau Mbok maunya bilang Bara, bilang Bara aja Mbok. Gpp kok." Arya, pria itu tersenyum saat sebuah seruan dari Mbok Eka yang memanggil namanya dengan Bara. Wanita paruh baya yang satu ini pasti selalu memanggilnya dengan nama Bara apabila mereka bertemu. Membuat Arya menawarkan diri agar Mbok Eka memanggilnya saja dengan nama Bara. "Sekarang Mbok enggak bakal bingung lagi. Jadi, panggilnya Bara aja."Mbok Eka nampak berbinar. "Baik, aden. Baik."Arya tersenyum yang jelas selalu menampilkan lesung pipitnya apabila dia tersenyum. Membuat Mbok Eka dibuat terpana pada majikannya ini. "Aden lagi apa? Kok malah berkutik dengan alat-alat dapur?"Arya tersenyum lebih dulu. "Aku lagi masakin makanan buat Laila Mbok.""Mau Mbok bantu? Biar aden juga enggak kesusahan?"Arya menggeleng. "Enggak usah Mbok. Aku ingin aku sendiri yang memasak untuk Laila.""Ah baiklah. Kalau begitu, Mbok permisi dulu ya? Mau beres-beres depan rumah."Arya mengangguk, tatapanny
Baca selengkapnya

Bab 109. Beneran Arya? Atau ... Bara?

"Mas? Mas kan jadi sopirnya Laila... dan juga asisten Laila bekerja. Apa Mas... enggak masalah?" Di dalam mobil, Laila melirik Arya yang tengah fokus mengemudi. Kedua jari telunjuk Laila ia remas untuk mengeluarkan segala rasa canggung. Tring! Sebuah pesan dari ponsel Laila tiba-tiba berbunyi, membuat Laila dengan segera mengalihkan tatapannya. [Assalamu'alaikum, Bu Laila? Maaf menganggu. Tapi saya ingin menginformasikan kalau sekretaris dari pihak Produk mengundurkan diri. Apa Anda bisa langsung ke sini hari ini? ]Satu pesan dari Akmal membuat Laila menghela nafas. Sekretaris pihak Produk, jelas sekretarisnya Akmal bekerja. Karena jabatan Akmal saat ini Manager produk yang tentu membutuhkan sekretaris. "Mas? Kantor itu punya kamu. Laila bisa saja ngembaliin ke Mas kembali. Bagaimana?"Arya menghela nafas pelan. "Enggak perlu. Mas akan ambil jadi asisten kamu."Laila nampak bergeming. "Mas ambil alih semuanya aja, ya? Mas kan pemilik resmi perusahaan Axa?""Memangnya, dulu kanto
Baca selengkapnya

Bab 110. 5 Ronde!

"Ayo sayang..." Suara Arya membuyarkan lamunan Laila. Yang kemudian pria itu menggenggam tangan Laila dan berjalan menuju mobil. Arya tersenyum, membukakan pintu mobil agar Laila masuk. Menarik kepala Laila agar ia kecup lebih dulu. Arya dengan cepat masuk ke dalam mobil. Senyumnya tidak lepas dalam menatap Laila. "Ah iya. Maafkan Mas yang tadi ya? Mau dimaafkan, kan?"Laila melirik kemudian mengangguk antusias. "Apa sih yang enggak bisa dimaafkan oleh Laila akan kamu, Mas. Semuanya past Laila maafin. Tapi, ada tapinya nih..." Laila tersenyum kikuk, sedang Arya menaikan salah satu alisnya. "Sebagai gantinya, Mas enggak boleh ninggalin Laila lagi! Dan untuk ini?" Laila menunjuk cincin yang dipakaikan langsung oleh Arya. "Makasih ya? Laila suka banget..."Arya tersenyum tipis. "Iya sayang... Mas enggak bakal ninggalin kamu. Dan, sama-sama. Nanti, jangan sampai dilepas ya? Biar mereka yang lihat tahu kalau kamu milik seseorang! " Arya terkekeh."Dan karena Laila meminta Mas untuk tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status