Home / Romansa / Istri Pengganti Untuk Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Pengganti Untuk Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

89 Chapters

Chapter 41 - Rayuan Mantan

"Apa yang kamu lakukan, Daren?"Daren melempar punggung ke sofa, mengusap kasar wajahnya sembari mendesah dalam. Bergumam demi mengutuk apa yang telah ia lakukan. Kemarin, ia masih dengan tegas menepis perasaannya di depan Daren tapi yang terjadi hari ini justru kebalikannya.Ia semakin sulit untuk mengenyahkan keinginannya untuk selalu berada disamping Aileen. Jiwa dan raganya tak terkontrol saat berada dekat dengan wanita itu.Pikiran bahkan tubuhnya tak mampu menahan napsu kotor yang muncul dan mendorong dirinya untuk menyentuh tubuh Aileen."Daren, dia calon istri Bagas." Gumamnya lirih. "Kendalikan dirimu.""Kamu kenapa?"Daren menepis tangan yang berusaha menyentuhnya. "Apa yang kamu lakukan?""Menjauh lah dari ku." hardiknya marah.Soraya mendesis pelan. "Daren. Kamu tidak pernah berubah. Selalu saja kasar dan dingin padaku," keluhnya. Ia duduk di sofa panjang yang sama, memainkan jemarinya di atas paha Daren."Padahal aku sudah berulang kali minta maaf pada mu. Tidak bisakah
Read more

Chapter 42 - Kesalahpahaman

"Apa Papa gila!" Sentak Bagas marah."Jangan kurang ajar, Bagas!" Balas Harris."Bagas." Lerai Cintya. "Harris, tenanglah."Ia sengaja menyusul ayah dan anak itu demi menengahi pertikaian diantara keduanya. Cintya sudah bisa menebak, dua pria dengan karakter turunan itu akan saling melemparkan argumen tanpa ada yang mau mengalah."Tidak bisakah kalian bicara dengan suara rendah." Cintya menarik Bagas untuk duduk disampingnya."Kita kesini untuk bicara baik-baik dan mencari solusi dari masalah ini."Bagas mengusap wajahnya. "Aku tahu, Papa sengaja menyuruh Soraya datang dan ikut tinggal bersama kita untuk mengacaukan pernikahan ku kan?" tudingnya."Baguslah kalau kamu sudah paham." Bagas mendengus kasar. "Dengan adanya Soraya di rumah kamu jadi bisa membuka mata mu bahwa ada wanita yang lebih baik dari pada gembel yang kamu bawa pulang itu," ujarnya lugas."Pa!""Harris, aku tidak suka kamu menjelek-jelekkan Aileen. Dia wanita yang baik, bahkan dia mengorbankan dirinya untuk menolong m
Read more

Chapter 43 - Menantang Sosok Bermata Merah

"Pelan-pelan," ucap Bagas mengingatkan. "Siapa yang mengejar mu?"Bagas menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aileen, menyendokkan nasi ke mulutnya dengan gerakan super cepat. "Terima kasih atas makanannya," balas Aileen sembari menutup sendoknya. "Biar aku yang mencuci piring dan peralatan makan lainnya.""Tidak perlu. Nanti ada asisten yang datang untuk bersih-bersih," tahan Bagas.Ia menuangkan air ke dalam gelas dan meletakkannya di depan Aileen lalu memasukkan tablet ke dalam mesin kopi otomatis."Kopi?" tawarnya.Aileen mengeleng. "Apa kamu mau kembali ke kantor?" tanyanya takut-takut.Untuk pertama kalinya Aileen berani untuk mengangkat kepala dan menatap secara langsung pemilik wajah tampan dengan sorot mata tajam."Ya. Ada rapat yang tidak bisa aku tunda." Sahut Bagas. "Kenapa? Kamu membutuhkan sesuatu?"Tidak." Elak Aileen. "Aku hanya bertanya.""Kamu bosan?" tebak Bagas. Ia menyesap perlahan kopi yang baru saja diseduh."Hmm. Sedikit.""Meskipun bosan, kamu belum boleh k
Read more

Chapter 44 - Sorot Mata Berbahaya

Aira mengangkat tangan untuk menyibak rambut depan yang menutupi separuh wajahnya."Sepertinya ikatan rambut ku lepas," ucapnya sambil menyisir rambutnya dengan tangan."Hmm? Kenapa tiba-tiba jadi—"Ia menurunkan tangannya, meneliti dengan lebih jelas lalu mengangkat wajahnya untuk membalas tatapan Mardiana dan Rachel."Apa yang terjadi? Di mana Aileen?" tanyanya karena tak menemukan tubuh Aileen di sisinya.Rachel mengangkat telunjuknya. "Ka—kamu Aileen," ucapnya terbata.Aira mengerutkan keningnya. "Aku? Aileen?""Aileen! Apa lagi yang kamu lakukan?" Suara Bagas terdengar bersama langkah cepatnya menyusuri lorong di sepanjang lantai dua."Tuhan, apa-apaan ini Aileen?" Hardiknya dengan mata terbelalak. Kekacauan yang disebabkan oleh sosok bermata merah membuat Bagas marah besar."Ba—bagas …" lirih Aira. "A—aku."Rachel menggeleng keras untuk mencegah Aira bergerak dari posisinya."Jangan, Aira. Kamu bisa membuat suami mu bingung," seru Mardiana mengingatkan.Namun, Aira tak lagi men
Read more

Chapter 45 - Rencana

"Oh ya, apa aku melakukan sesuatu yang aneh saat tidak sadar?" Dia yakin, sebelum serangan terakhir dari sosok bermata merah. Sepersekian detik ia bisa merasakan tubuhnya terhempas jauh. Namun tak lama, ingatannya memudar meski telah sekuat tenaga memutar—mengulang memorinya.Bagas terdiam. Ia hanya menatap lekat mata Aileen, mencari sesuatu yang hilang disana. 'Aira …'"Tidak." Ucap Bagas. "Selain mengacak barang-barang kesayangan Papa, kamu tidak melakukan hal yang lebih aneh lagi"Kalimat bernada sindiran itu mampu membuat raut wajah Aileen seketika pias. "Kesayangan Papa?" Ulangnya panik."Hmm," gumam Bagas sambil menahan tawa geli di balik bibirnya."Hhh, Papa mu akan semakin membenci ku." Desah Aileen.Bagas hanya menatap wajah panik itu dengan tatapan sendu, ia kembali terperangkap dalam ingatannya."Aileen, coba sebut nama ku?" Pintanya.Ia ingin memastikan apa yang terjadi sebelumnya tidak lah nyata, hanya sekedar halusinasi semu."Hmm, kenapa?" Aileen mengerjabkan matanya
Read more

Chapter 46 - Pemburu Hantu

"Ini tempatnya?"Aileen menengadahkan kepalanya, menatap neon box berwarna cerah, semerah darah. Bersinar terang di antara deret pamplet toko lainnya.Aileen, Aira dan Rachel menunggu di luar gedung sementara Mardiana masuk terlebih dahulu untuk menyapa pemilik gedung."Magic Art, tarot cafe?" Gumam Aileen saat membaca nama yang tertulis di neon box."Cafe? Kalian yakin ini tempatnya?"Rachel mengangguk cepat untuk menanggapi keraguan di wajah Aileen."Kalian yakin dia bukan penipu?"Rachel berdecak sebal. "Jangan menghina pangeran Vincent.""Hah?" Aileen membelalakkan matanya. "Pangeran Vincent?" Kekehnya mengejek."Itu nama panggilan, kami menggunakannya untuk menyanjung Vincent di kalangan para fansbase." Jelas Rachel dengan sorot mata penuh kebanggaan.Aira menyodok pinggang Aileen untuk bertanya. "Hantu punya fansbase?""Jangan tanyakan pada ku. Aku belum pernah menjadi hantu," balas Aileen sambil terkekeh geli.Aira mendengus kesal. "Tidak lucu.""Ayo, masuk. Vincent menunggu ki
Read more

Chapter 47 - Timbal Balik

"Bagaimana? Kamu tertarik dengan penawaran ku?"Vincent mengayunkan pajangan bandul besi di atas meja—bergerak maju mundur memainkan keseimbangan sembari mengalihkan waktu."Kenapa aku harus melakukannya?" Seperti yang ia harapkan dari seorang Aileen. Vincent menarik senyum di sudut bibirnya. Sulit untuk mengontrol wanita berwatak keras. Hanya ada satu cara untuk mengatasinya, bukan penawaran tapi ancaman terhadap orang-orang disekelilingnya ..."Sepertinya ini bukan waktu yang tepat bagi mu untuk memilih. Bukankah hantu itu mulai melancarkan serangan?""Itu artinya dia tidak punya banyak waktu lagi, sama hal nya dengan orang yang menjadi incarannya. Semakin cepat kita mengirim hantu itu ke neraka maka semakin besar kesempatan kita untuk menyelamatkan targetnya." Tutur Vincent."Kenapa kamu tidak meminta uang saja sih?" Geram Aileen. "Untuk saat ini aku bisa memberi sebanyak yang kamu inginkan."Vincent tertawa keras. "Coba lihat di sekeliling mu, apa menurutmu aku membutuhkan uang?
Read more

Chapter 48 - Pertemuan Tiga Sisi

"A—apa kamu menghamilinya?" tanya Nani. Ia tidak siap untuk mendengar kabar bila Aileen hamil di luar nikah.Meski ia tak merawat dan membesarkan Aileen sebagaimana mestinya seorang Ibu, namun Nani tak ingin anaknya mengalami nasib yang sama dengannya."Hamil?" Bagas terkekeh pelan. Ia tetap berusaha menjaga intonasi suaranya agar terdengar sopan meski terlihat santai."Aileen tidak hamil dan kami tidak melakukan apapun yang melanggar norma sebelum pernikahan," tegasnya."Mungkin, secara teori anda benar. Kami tinggal bersama tapi di rumah itu tidak hanya kami berdua, ada kedua orangtua.""Jadi, saya harap anda tidak berpikiran buruk tentang hubungan kami.""Lalu, kenapa kamu tidak datang untuk menemui orangtua Aileen?" Serang Bono."Paling tidak kamu punya sopan santun untuk datang dan membujuk kami dengan itikad baik agar menyerahkan Aileen."Bagas melonggarkan dasinya. "Kalau masalah itu, lebih baik anda bertanya langsung pada Aileen.""Dan satu hal yang harus saya tegaskan, Ailee
Read more

Chapter 49 - Benang Takdir

Bagas turun dengan postur gagah dari balik pintu Lexus yang membawanya. Raut wajahnya datar dan dingin. Menatap Aileen tajam."Mati aku," desis Aileen panik."Apa yang kamu lakukan disini?"Aileen mengaruk pipinya lalu melambaikan tangannya di depan neon box bertuliskan Cafe."Ngopi," balasnya.Bagas mengerutkan keningnya. "Kenapa harus di tempat aneh seperti ini?" Desisnya sambil menarik Aileen ke sisinya."Lalu, apa yang kamu lakukan disini?" Alihnya pada Daren. "Ngopi juga?"Daren berdeham singkat begitu mendengar sindiran sepupunya."Aku yang memintanya datang karena aku butuh tumpangan pulang," sela Aileen.Vincent meneliti dua pria yang mendampingi Aileen lalu beralih pada Aira yang berdiri tak jauh dari mereka dengan tatapan sedih.Senyum simpul menghiasi bibir Vincent tak kala ia menyadari jalinan benang merah di antara hubungan yang rumit itu."Ayo pulang," perintah Bagas sambil menarik pergelangan tangan Aileen untuk mengikutinya ke mobil."Ah, tunggu." Aileen melepaskan tan
Read more

Chapter 50 - Memutuskan Hubungan

"A—apa ini?" Aira mengangkat jari kelingking dan menunjukkannya pada Vincent."Benang takdir.""Itu yang aku maksud. Sejak awal kamu dan Aileen terikat oleh benang merah takdir.""Aku dan Aileen?" Aira menatap jarinya tak percaya. Ada benang tipis berwarna merah yang menjuntai jatuh dari ujung jari kelingking, terurai jauh tak berujung."Kenapa? Kamu berpikir itu mengarah pada suamimu?"Aira mengangguk pelan. Ia masih cukup tercengang dengan apa yang dikatakan sang paranormal."Banyak para hantu yang tersesat di antara dua dunia karena belum bisa merelakan kematian atau adanya masalah di dunia yang belum terselesaikan.""Awalnya, aku mengira benang merah di jari mu itu terikat pada pria dengan wajah angkuh,"Vincent terkikik pelan karena Aira melotot protes saat dia mengambarkan Bagas sebagai sosok yang angkuh."Tapi, tadi aku melihat hal yang berbeda. Tidak ada apapun di jari suamimu, benang itu justru berarah pada Aileen.""Tapi, mengapa?""Untuk itu kamu harus berusaha mencari tah
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status