Semua Bab Istri Pengganti Untuk Suamiku: Bab 21 - Bab 30

89 Bab

Chapter 21 - Terjebak

"Cintya, apa kamu sudah membicarakannya dengan Bagas?"Cintya tersenyum canggung, ia merasa bersalah karena tidak dapat memberi kabar yang akan memuaskan Viona tapi dia juga tidak bisa memaksa putranya."Aku sudah menyinggung ide mu di depan Bagas tapi, dia belum berniat untuk menikah lagi.""Tampaknya Bagas masih berduka akan kepergian Aira." Viona menyesap pelan teh yang masih mengepulkan uap hangat dari bibir cangkir."Ku harap dengan kehadiran Soraya, perlahan-lahan Bagas bisa bangkit lagi."Cintya mengangguk setuju. "Aku juga berpikir hal yang sama.""Aku harap Soraya mau bersabar dan berusaha keras untuk menaklukkan hati Bagas yang masih beku." Ia beralih pada wanita dengan paras cantik bagai rembulan di malam purnama.Soraya menunduk malu. "Aku akan berusaha sebaik mungkin, Tante." Ucapnya."Haduh, kenapa kamu masih memanggil Tante." Tukas Viona. "Kamu harus mulai memanggil Cintya dengan sebutan Mama.""Ah, Mama. Jangan membuatku semakin malu," ujar Soraya dengan wajah bersemu
Baca selengkapnya

Chapter 22 - Menjual Jiwa dan Raga

Aileen mengerjabkan matanya kagum saat Bagas membawanya masuk ke sebuah ruangan bernuansa minimalis namun terkesan elegan dengan perabotan mewah yang rata-rata berwarna pastel. Ia memperhatikan setiap pigura yang tertata rapi di atas lemari panjangan. Hampir semua foto berisikan potret kemesraan sepasang kekasih, Bagas dan Aira."Pria itu benar-benar mencintaimu," gumam Aileen sambil melirik Aira yang tak lekang dari sisi suaminya.Mata Aileen terpaku pada ranjang berukuran besar di tengah ruangan, seketika langkahnya terhenti dan segera memasang sikap waspada."Ini kamar mu?" tanya Aileen untuk memastikan."Tentu saja. Menurutmu kemana lagi aku akan membawa calon istriku?"Aileen bergidik ngeri setiap kali Bagas menyinggungnya dengan kata 'istriku'.Melihat senyum sinis di wajah Bagas membuat Aileen segera sadar bahwa pria itu hanya menggodanya namun itu tak semerta-merta membuat Aileen tenang dan mengendurkan penjagaannya."Bisakah kamu menyingkirkan kata-kata istriku setiap kali b
Baca selengkapnya

Chapter 23 - Kelaparan

"Aileen."Cintya menghampiri Aileen, ia heran karena wanita itu hanya diam di depan dinding kaca yang menampilkan pemandangan taman belakang rumah ini."Ah, malam Tante." Sapa Aileen. Ia mengaruk tekuknya canggung."Malam." Balas Cintya. Ia meneliti penampilan wanita antah berantah yang tiba-tiba di bawa pulang oleh putranya."Apa yang kamu lihat?" "Oh, aku hanya melihat pemandangan di luar. Tamannya sangat indah." "Kenapa kamu tidak berganti dengan pakaian yang lebih nyaman?" Cintya yakin, apa yang dipakai Aileen adalah baju yang sama saat dia tiba."Ah, i—itu," "Apa kamu tidak membawa baju ganti?" Tebak Cintya. Aileen mengangguk malu. "Ya. Aku tidak sempat membereskan barang karena Bagas buru-buru mengajak ku kesini.""Apa? Bagas sangat keterlaluan.""Ah, tidak. Maksudku—" Ralat Aileen panik. Dia tidak ingin Ibunya Bagas berpikir ia tengah mengeluhkan sifat buruk putranya.Cintya terkekeh geli. "Tenanglah, Nak. Aku paham tabiat putra ku. Dia keras kepala dan tak suka dibantah."
Baca selengkapnya

Chapter 24 - Menyapa Teras Akhirat

"Aileen, apa yang terjadi dengan wajah mu?""Eh, wajah?" Aileen memegangi dadanya, tiba-tiba napasnya sesak seakan ada yang meremas erat paru-parunya."Kamu alergi seafood?" buru Bagas. Ia merengkuh wajah Aileen yang dipenuhi bintik-bintik kemerahan."Mama, panggilkan dokter." Cintya segera berlari ke ruangan lain untuk mencapai telpon ataupun ponselnya."Bodoh. Kenapa kamu nggak bilang?" Ujar Bagas cemas."A—aku, tidak ingin membuat Mama mu kece—" Aileen menutup matanya sebelum kata terakhir. "Hei, Aileen!"***Nani melongokkan kepalanya, mengintip ke dalam rumah yang tampak tak berpenghuni."Tak diangkat?" tanyanya pada sang putra yang telah berulang kali menghubungi nomor ponsel Aileen."Nggak, Ma." Denis menatap ponselnya, cemas memikirkan kondisi Kakaknya. "Kira-kira Kak Ai, kemana ya?" "Kalau kamu saja tidak tahu, apalagi Ibu. Kamu kan tahu, Aileen tidak pernah menceritakan apapun pada Ibu dan Bapakmu."Denis melirik ibunya. "Itu karena ibu dan bapak selalu datang untuk memint
Baca selengkapnya

Chapter 25 - Alasan

"Katakan, apa yang membuatmu menahan Aileen disini?" Serang Daren langsung.Bagas mengiringnya ke taman belakang untuk menjauh dari Cintya. Pastinya ada hal yang disembunyikan oleh sepupunya itu, mengingat mereka harus turun sejauh ini hanya untuk menghindar dari orang lain."Aku membutuhkan Aileen."Daren menautkan alisnya. "Membutuhkan?" Ulangnya tak percaya."Seingat ku, dua hari yang lalu kamu masih mencemooh dan mengatainya wanita gila."Bagas membanting tubuhnya di atas kursi santai panjang yang mengarah ke kolam renang."Aku punya alasan." Daren mengikuti langkah Bagas, duduk disampingnya. "Katakan. Apa alasannya?""Sebelum mengatakan alasan ku, bisakah kamu menjawab pertanyaan ku dahulu?" Bagas menatap Daren dengan tatapan menyelidik."Apa kamu menyukai wanita itu?"Daren terdiam lama sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan."Aku hanya kagum dan prihatin atas apa yang menimpanya," ucapnya."Kalau begitu kamu tidak perlu semarah ini 'kan?" pancing Bagas.Daren melempar
Baca selengkapnya

Chapter 26 - Perubahan Yang Mendadak

"Ada apa ini? Baru pulang kok muka nya pada cemberut?" Ardi melipat koran yang tengah ia baca demi menyambut anak dan istrinya."Pa." Soraya langsung memeluk sang Ayah, bergelayut manja di lengannya.Sedangkan Viona duduk di sofa dengan wajah di tekuk."Kenapa, Sayang? Siapa yang berani membuat putri ku bersedih?""Menantu kesayangan mu itu," sambar Viona. "Dia mempermalukan keluarga kita."Ardi mengernyitkan keningnya. "Mempermalukan? Kamu berlebihan Ma, mana mungkin Bagas melakukan itu." Ujarnya sambil menertawakan sikap berlebihan istrinya."Pa, Bagas akan menikahi wanita lain. Dia menolak Soraya." Lirih sang putri sedih.Ardi menepuk perlahan tangan Soraya. "Bukankah Papa sudah berpesan. Jangan memupuk harapan mu terlalu tinggi.""Meski hanya berstatus besan tapi, Bagas sudah menganggap kita sebagai bagian dalam keluarga. Jika kita tiba-tiba datang dan menawarkan Soraya sebagai pengganti Aira, tentu sulit bagi Bagas untuk menerima semua itu." Tutur Ardi memberi pengertian."Tapi P
Baca selengkapnya

Chapter 27 - Jerat Samar

"Pagi." Sapa Aileen yang berjalan turun dari lantai dua kediaman mewah Pradipta."Pagi, Aileen. Apa kamu merasa lebih baik?" Sambut Cintya.Aileen mengangguk dan mendekati meja makan. "Maaf sudah merepotkan.""Ah, tidak perlu sungkan seperti itu." Cintya melambaikan tangannya."Dokter Daren?" tanya Aileen karena tidak menemukan sosok sang dokter tampan."Oh, pagi-pagi sekali dia mendapat panggilan dan harus kembali ke rumah sakit," jelas Cintya.'Ah, sayang sekali,' batin Aileen."Ayo duduk, kita sarapan bareng."Aileen mengikuti arahan Cintya dan memilih posisi sejauh mungki dari Bagas yang tampak tak terusik akan kehadirannya."Pagi, Gio."Gio mengangguk kecil. "Pagi, Aileen." Balasnya."Kamu mau sarapan bubur atau sereal?" tanya Cintya."Roti aja, Tante." Balas Aileen cepat. Dia menarik setangkup roti dari dalam kotak dan mengolesinya dengan selai cokelat."Tidak, itu tak akan cukup untuk mengisi energi mu. Mama akan membuatkan mu bubur ayam." Seru Cintya dan segera berlari ke dapu
Baca selengkapnya

Chapter 28 - Mematahkan Sayap

"Kak Ai!" Teriak Denis dari dalam rumah.Begitu mendengar suara dari arah luar, ia segera membuka pintu untuk mencari asal suara."Kakak kemana aja sih?" Burunya sambil memeluk Aileen erat."Eh, aku—""Nah, apa Ibu bilang. Dia pasti pulang setelah puas jalan-jalan." Nani ikut keluar untuk menyambut kedatangan Aileen."Apa yang kalian lakukan disini?" Aileen menarik lepas pelukan Denis dan mundur untuk mendapatkan ruang. "Kenapa bisa masuk?" Tunjuknya ke arah pintu rumah."Pas kami datang, pintunya tidak terkunci." sahut Denis.Aileen menepuk jidatnya. "Sepertinya aku lupa mengunci pintu karena terburu-buru." Desahnya."Lalu, apa yang kalian lakukan disini?""Tentu saja kami khawatir karena kak Ai tiba-tiba menghilang tanpa kabar.""Kakak baik-baik saja?" Denis memutar tubuh Aileen, meneliti setiap sudut kulitnya untuk memastikan tak ada bekas luka."Alergi kak Ai kumat?" tanyanya penasaran karena mendapati beberapa ruam kemerahan di leher Aileen."Ya. Nggak sengaja makan udang," ujar
Baca selengkapnya

Chapter 29 - Teman Baru

"Ai."Daren tersenyum lebar begitu melihat Aileen yang menunggunya di luar rumah."Apa sulit menemukan alamatnya?" "Tidak juga." Sahut Daren sambil menggoyangkan kepalanya. Senyum tak pernah lepas di wajah tampannya."Ini rumahmu?" "Tepatnya mantan rumah, di lantai atas." Aileen menunjuk lantai dua rumah. Bulan lalu Kakek dan Nenek di boyong anaknya ke kota, di usia yang semakin senja mereka berencana untuk menjual rumah ini dan berkumpul bersama anak-cucu.Sementara waktu menunggu pembeli, Aileen dipersilahkan untuk menggunakannya sebaik mungkin."Menurutku lebih baik kamu pulang dan istirahat. Kamu pasti lelah setelah menyelesaikan shift pagi.""Sedikit lelah tapi, daripada istirahat aku lebih tertarik untuk membantu mu." Daren mendekat untuk meneliti ruam kemerahan di leher Aileen. 'Kyaaa …' teriak Aira yang berdiri disamping Aileen. 'Ai, dia menyukaimu.''Diam lah!' Aileen mengirimkan tatapan tajam, meminta Aira untuk menghentikan segala argumen ilusinya."Masih gatal?""Ah, s
Baca selengkapnya

Chapter 30 - Keluar Dari Cangkang

"Tidak."Aileen keluar dari balik kamar ganti dengan dress biru selutut dengan potongan berdada rendah.Daren dan Aira kompak menyilangkan tangannya. Membuat Aileen harus pasrah dan berbalik kembali memasuki kamar ganti."Tidak." Seru Daren dan Aira bersamaan begitu melihat Aileen keluar dengan dress turtleneck berwarna putih yang menjuntai, menyapu lantai."Tidak." Keduanya kembali menyilangkan saat Aileen berjalan keluar dengan semangat, penampilannya serba hitam ala rocker kawakan."Ini yang terakhir." Seru Aileen pasrah. Ia keluar dengan jeans dan kemeja berwarna biru laut."Perfect." Ucap Daren dengan mengangkat lingkaran jari membentuk tanda oke. Ia bangkit dari duduknya. "Tunggu disini aja.""Mau kemana?""Toilet.""Hmm. Oke." Aileen membanting tubuh ke sofa. "Huff … capek." Keluhnya. Aileen lelah dan menyerah untuk mengikuti arahan para fashion stylist yang terus mengatakan kata 'TIDAK' untuk menanggapi setiap pakaian pilihannya."Ternyata penampilan casual yang paling coco
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status