Semua Bab JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM: Bab 81 - Bab 90

122 Bab

MENJAGA NAMA BAIK

Tama dan juga Zahra masih berkeliling di dalam mall tersebut. Sudah banyak yang mereka datangi dan tentu saja berbelanja banyak barang. Kedua tangan Zahra bahkan sudah hampir penuh memegang totebag yang jumlahnya lebih dari lima itu. Sesekali wajahnya merengut melihat laki-laki di sampingnya yang berjalan tanpa beban sama sekali.“Tuan, apa kita masih akan membeli sesuatu lagi?” tanya Zahra.“Kenapa?” ucap Tama dengan jari yang sesekali membalas pesan di ponselnya entah dari siapa.“Tidak apa-apa,” jawab Zahra lirih.Di dalam hatinya gadis itu benar-benar merasa sangat kesal. Bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang begitu acuh padahal istrinya sendiri merasa kesulitan membawa banyak sekali barang. Iya walaupun Zahra tahu bahwa sampai detik ini, Tama tidak pernah menganggapnya sebagai seorang istri. Entah kapan kesalahpahaman diantara mereka akan berakhir, pikir Zahra.Sudah sejak dari pagi mereka berkeliling menapaki lantai mall yang memiliki 5 lantai itu. Jika dilihat dari waktu ya
Baca selengkapnya

I'M SORRY

Zahra tidak bisa berkata apa-apa saat melihat kamar yang selama ini mereka tempati itu berubah menjadi sangat indah. Banyak hiasan bintang kecil yang berkilau dan juga taburan kelopak mawar merah di seluruh lantai. Tempat tidur yang semula tampak biasa saja, kini berubah dikelilingi renda bunga dari atas hingga bawah seolah kotak tidur itu menjadi sebuah tempat spesial di dalam ruangan tersebut. Tak lupa hiasan kelopak mawar berbentuk hati yang sangat besar di atas tempat tidur. Membuat suasana saat itu semakin tambah romantis.Wangi aroma terapi bunga mulai menyeruak masuk ke dalam hidung. Dan itu sungguh membuat Zahra merasa tenang. Rasa lelah yang semula menggerogoti badan dan juga semangatnya, kini seolah hilang lenyap begitu saja. Sadar dengan apa yang sudah terjadi, bibir gadis itu pun tersenyum. Dia berbalik melihat ke arah sang suami yang berdiri di belakangnya.“Tuan…”Ucapan Zahra kembali terhenti saat laki-laki itu berdiri sambil memegang sebuah boneka beruang berukuran cu
Baca selengkapnya

BERJANJI PADA IBU

Zahra masih terdiam membatu di tempatnya berdiri. Tama menatap tajam sang istri yang baru saja dipeluknya itu. Di tangannya ada sebuah ponsel yang layarnya masih menyala menunjukkan nama Ibu Naya disana.“Angkatlah dulu. Aku tidak mau membuat Ibu menunggu dan merasa khawatir,” titah laki-laki itu. Zahra mengangguk.Gadis itu mengambil ponsel miliknya lalu duduk diatas tempat tidur sesuai dengan gerakan tangan sang suami. Sebelum mengangkat panggilan tersebut, laki-laki itu juga memerintahkan Zahra untuk menyalakan loudspeaker agar dia bisa mendengar apa yang dibicarakan menantu dan mertua itu.Tama duduk di samping Zahra dalam jarak yang cukup dekat. Tubuh mereka bahkan hampir saja menempel. Membuat gadis itu semakin tidak enak hati. Perlahan jempol Zahra menggeser tombol hijau lalu suara sang ibu pun terdengar.“Zahra, kamu kemana saja? Dari tadi Ibu menelepon. Kenapa lama sekali menjawabnya. Apa yang terjadi disana?” cerocos sang Ibu.“Ti-tidak… tidak terjadi apa-apa Bu,” jawab Zahr
Baca selengkapnya

TIDAK SUKA

Sebuah ketukan dari arah pintu menyadarkan dua insan yang sedang hanyut dalam lembutnya bibir sang kekasih. Mereka pun melepaskan tautannya. “Sebentar,” ucap Tama mencium kening Zahra. Laki-laki itu berjalan ke arah lemari terlebih dahulu untuk memakai bathrobe dan lalu melangkah ke arah pintu. Meninggalkan sang istri yang masih merasakan panas di pipinya.Laki-laki itu membuka pintu tersebut dan melihat seorang pegawai hotel membawakan sebuah buket bunga berukuran besar di tangannya.“Maaf mengganggu malamnya Tuan, tapi saya diperintahkan untuk mengantarkan buket bunga ini untuk Tuan dan istri,” ucap pelayan tersebut.“Untuk kami? Dari siapa?” tanya Tama.“Maaf Tuan tapi saya kurang tahu. Saya hanya ditugaskan untuk mengantarkan saja,” jawab pelayan itu lagi.Tama memicingkan matanya untuk mencari tahu apakah ada yang aneh di dalam buket bunga tersebut. Kedua matanya tertarik pada secarik kertas yang terselip di antara rangkaian bunga. Laki-laki itu pun mengambilnya lalu membuka isi
Baca selengkapnya

BERSIKAP ACUH

“Sebenarnya kita mau kemana Tuan?” tanya Zahra.Gadis itu terus bergerak mengikuti apa yang diperintahkan oleh sang suami. Sejak tadi Tama terus memaksa sang istri untuk memakai baju dan celana tebal. Dan sekarang dia sedang memasangkan syal dan melilitkannya ke leher Zahra. Tak lupa laki-laki itu juga memasangkan kupluk dan juga sarung tangan.“Tuan, apa ini tidak terlalu berlebihan?” tanya Zahra lagi. Akan tetapi lagi dan lagi Tama tidak menjawab.Akhirnya gadis itu hanya bisa pasrah membiarkan sang suami melakukan apapun yang dia inginkan. Toh Tama memakaikan pakaian kepadanya dan bukan membuka pakaiannya jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan?“Aku akan mengajakmu pergi ke suatu tempat yang sangat indah,” ucap Tama. Dia mulai memakai jaket tebal miliknya dan juga syal dan kupluk.“Apa sebentar lagi akan turun salju?” tanya Zahra heran. Tama tersenyum.“Mungkin beberapa hari kedepan tapi cuaca saat ini sudah mulai sangat dingin. Jadi kita harus selalu berjaga-jaga. Aku tida
Baca selengkapnya

BERBICARA HATI KE HATI

“Tuan ini indah sekali,” ucap Zahra dengan mata yang berbinar.Kini posisi mereka sudah berada di samping danau. Ukurannya sangat luas akan tetapi airnya sangat jernih. Beberapa tanaman bunga berwarna-warni tampak menghiasi pinggir-pinggir danau. Ada juga kursi panjang yang disediakan pengurus untuk digunakan oleh para pengunjung duduk dan beristirahat. Sungguh tempat itu menjadi tempat wisata yang sangat indah.“Kamu tahu jika salju turun, air di danau ini akan membeku,” ucap Tama. Dia memeluk tubuh Zahra dari samping, sedikit menariknya agar bisa saling menempel.“Benarkah itu Tuan?” tanya Zahra. Wajahnya mendongak menatap sang suami. Tama menoleh.“Iya. Apa kamu tidak percaya?”“Bukan begitu Tuan. Saya percaya. Saya hanya belum pernah melihat saja danau yang membeku karena salju. Apa nanti kita bisa datang lagi kesini?” ucap Zahra penuh harap.“Tidak,” jawab Tama tegas.“Tapi kenapa?” rajuk gadis itu.“Belum turun salju saja kamu sudah kedinginan seperti ini. Apalagi jika salju su
Baca selengkapnya

KEDINGINAN

“Kak Satria?” Zahra melonjak kaget mendengar mantan kekasih yang hampir saja mencelakainya itu, merupakan salah satu yang terlibat dalam kasus penganiayaan Tasya.“Tapi… bagaimana bisa?” tanya Zahra lagi.“Kenapa harus tidak bisa? Salah satu dari mereka adalah temannya Sonia dan laki-laki itu juga berteman dengan Satria. Data ini sudah aku dapatkan lengkap. Dan ketika aku melihatmu malam itu bersama dengan Satria, membuatku semakin yakin jika kalian memang terlibat dalam kasus kematian Tasya,” jelas Tama. Zahra kembali diam.“Memangnya apa yang kamu harapkan? Aku dengan sukarela membunuh seseorang hanya untuk menolong seorang gadis yang tidak aku kenal? Kamu benar-benar tidak waras. Aku tidak seloyal itu kepada orang yang tidak ada hubungan keluarga apapun denganku,” ucap Tama lagi.“Hmm, ternyata anda memang memiliki tujuan khusus. Sekarang semuanya sudah mulai terlihat jelas. Kenapa anda membunuh Kak Satria, kenapa anda dengan begitu saja menerima saya sebagai alat pelunas hutang d
Baca selengkapnya

BELUM SIAP

Perlahan Tama mendorong tubuh Zahra yang masih dalam pelukannya itu untuk berbaring. Sehingga posisinya kini ada di atas sang istri. Satu tangannya menarik selimut yang ada di kakinya lalu menutupi kedua tubuh tanpa busana atas itu dengan kain tebal tersebut.Wajah Zahra tenggelam dalam dada bidang Tama. Pelukan erat dari sang suami menghangatkan suhu tubuhnya dengan cepat. Karena takut tak bisa bernafas, Tama kemudian memiringkan posisinya. Dan kini mereka tidur saling berpelukan berdampingan.“Tidurlah!” titah laki-laki itu.“Tapi…”“Aku berjanji tidak akan melakukan hal lebih. Percayalah. Aku pun belum siap untuk melakukan hal itu denganmu. Aku hanya tidak ingin melihatmu menggigil kedinginan sepanjang malam saja. Jadi tidurlah!” ucap laki-laki itu.Mendengar ucapan dari sang suami, sedikit membuat hati Zahra lega. Rasa khawatir dan juga gelisah yang sejak tadi mengganggu dirinya, kini berubah menjadi rasa tenang dan juga nyaman. Gadis itu pun mulai menutup matanya perlahan. Rasa
Baca selengkapnya

ICU

Zahra yang sedang duduk di atas sofa sambil memainkan ponselnya langsung berdiri karena kaget dengan teriakan dari sang suami. Gadis itu melihat mata Tama yang membulat sempurna dan mata yang memerah. Setelah sekian lama akhirnya Zahra bisa melihat kembali wajah penuh amarah dari laki-laki itu. Di dalam hatinya gadis itu terus bertanya apa yang sudah terjadi?“Bagaimana bisa seperti itu?” teriak Tama. Salah satu tangannya mengepal dengan kuat.Zahra terus memandang sang suami dari tempatnya berdiri. Dia tidak berani mendekati laki-laki itu. Gadis itu selalu saja merasa ketakutan dengan amarah Tama. Apalagi semenjak laki-laki itu sempat mencekiknya dengan kuat dan membuatnya hampir kehilangan nyawa, Zahra menjadi trauma. “Baik, kami akan pulang hari ini juga,” ucap Tama. Dia langsung menutup ponselnya dan dengan sekuat tenaga laki-laki itu melempar benda pipihnya ke sembarang arah. Zahra sampai menutup mata dan juga telinga melihat apa yang dilakukan oleh Tama. Untungnya ponsel itu j
Baca selengkapnya

UCAPAN TERAKHIR

“Za-Zahra… hat-hati… hati… Rey…”Ucapan dari sang Ibu mertua terputus bersamaan dengan bunyi nada datar dari mesin pendeteksi jantung. Zahra seketika memundurkan wajahnya dan melihat Ibu Naya sudah menutup matanya dengan lemah.“Ibu… ibu…” panggil gadis itu panik.Zahra mengangkat salah satu tangan dari Ibu Naya dan menggenggamnya. Suhu tubuh yang sangat dingin dapat gadis itu rasakan dengan jelas. Air mata semakin deras keluar. Tubuh gadis itu bergetar dan dia sangat takut jika sampai dirinya harus kehilangan satu-satunya wanita yang sangat baik kepadanya itu.Zahra berlari keluar ruangan sambil berteriak memanggil dokter. Tama yang melihat kepanikan dari sang istri, semakin gelisah. Beberapa dokter dan suster dengan cepat masuk ke dalam ruang ICU itu lalu menutup pintu tersebut rapat.“Zahra… zahra apa yang terjadi di dalam? Bagaimana keadaan Ibu?” tanya Tama panik. Dia bahkan sampai menggoyang-goyangkan tubuh sang istri.Belum sempat gadis itu menjawab, dokter keluarga yang menanga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status