Home / CEO / JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM: Chapter 101 - Chapter 110

122 Chapters

MENGGODA

Di dalam kamar, Zahra berdiri di dekat meja rias melihat sang suami yang sedang diganti perban oleh dokter. Karena ternyata perban yang melingkar di tangan Tama sampai rusak, akhirnya mau tidak mau mereka harus memanggil dokter keluarga ke rumah. Dokter Airlangga yang sudah sangat dekat dengan Tama itu hanya bisa tersenyum saat melihat kondisi kedua pengantin ini dengan rambut yang sama-sama basah. Pikiran kotor pun langsung berselancar di otak sang dokter.Senyum dokter Airlangga terus mengembang bahkan ketika kedua tangannya masih membalutkan perban baru di tangan Tama.“Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan? Bagaimana bisa perbannya sampai basah dan hancur seperti ini? bukankah sudah saya katakan sebelumnya agar menjaga luka ini dengan hati-hati,” ucap dokter Airlangga. Matanya sedikit melirik ke arah samping dimana Zahra masih berdiri dengan menundukkan kepalanya.“Ya mau bagaimana lagi, istriku itu selalu saja menggoda,” ucap Tama sambil tertawa diikuti oleh dokter Airlangga.Berbeda
Read more

JANGAN PANGGIL TUAN

Dua hari pun telah berlalu. Acara pesta sebagai simbolis kerjasama kedua perusahaan yang diinginkan oleh Mr. Brian akhirnya dilaksanakan juga. Acara ini Tama adakan di salah satu villa milik keluarga Kalingga yang berada di kawasan pegunungan. Villa itu memiliki ukuran yang besar dengan taman yang luas. Semua tamu undangan sangat menikmati suasana di rumah yang dirancang seperti villa pedesaan modern tersebut.Ruang utama sudah mereka hias sedemikian rupa sehingga terlihat tampak elegan. Walaupun Tama mengusung tema sejuk dan asri akan tetapi tetap saja dia tidak pernah melepaskan kesan mewah.Live musik menghadirkan grup band ternama. Aneka makanan sudah berjajar rapi dan terlihat sangat menggiurkan. Ini benar-benar pesta mewah untuk masyarakat kelas atas.Seseorang yang merupakan pembawa acara dalam pesta tersebut naik ke atas podium yang sudah disediakan. Dia membuka acara tersebut lalu kemudian mengundang dua pebisnis besar yang merupakan subjek dari acara ini diadakan untuk naik
Read more

MENGINTIP

Zahra semakin menyipitkan matanya hanya untuk memastikan jika apa yang sedang dia lihat itu adalah memang benar Rey. Laki-laki itu sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya dengan pakaian pelayan. Tapi Zahra tidak bisa melihatnya dengan jelas karena posisi wanita itu membelakanginya. Penasaran dengan apa yang sedang mereka berdua bicarakan, gadis itu pun akhirnya memutuskan untuk turun dari sana. Melewati sekumpulan para tamu undangan yang sepertinya tidak terlalu menghiraukannya. Semua lebih fokus pada acara yang sedang berlangsung. Sesekali kedua manik Zahra melirik ke arah sang suami. Ternyata Tama masih asik mengobrol dengan beberapa tamu undangan. Gadis itu berjalan pelan agar sang suami tidak menyadari keberadaannya. Dia tidak ingin Tama tahu karena dia tidak punya alasan yang tepat untuk pergi ke taman belakang villa.
Read more

UNGKAPAN CINTA

Zahra setengah berlari kembali masuk ke dalam ruangan dimana pesta sedang berlangsung. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Sesekali dia menutup kedua matanya dan menghirup udara cukup dalam untuk mengembalikan stok oksigen di dalam tubuhnya. Keringat mulai meluncur di dahi. Akan tetapi dengan cepat dia mengusapnya menggunakan tangan. “Dari mana saja kamu?” Suara bariton yang menggema di telinga Zahra berhasil membuat kedua matanya kembali terbuka. “Mas…” ucap Zahra lirih. Dia berusaha tampil setenang mungkin. Sudut bibirnya ditarik sehingga sebuah senyum manis tersaji di kedua mata Tama. “Aku mencarimu kemana-mana. Dari mana saja kamu?” tanya Tama lagi.  
Read more

MIMPI BURUK

Sebuah ruangan yang begitu luas. Banyak tumpukan dus dan juga barang-barang tidak layak pakai bertebaran dimana-mana. Tempat itu begitu kotor dan hal tersebut bisa dilihat dari tebalnya debu yang menempel di setiap benda dan juga banyaknya jaring laba-laba dimana-mana. Tama berjalan sendiri. Hawa dingin terus menusuk ke setiap pori-pori kulit tubuhnya. Kedua matanya menatap waspada akan keberadaannya saat ini. Sesekali dia memutar tubuhnya hanya untuk menyapu semua ruangan tersebut dengan pandangannya.Kacau! Bahkan Tama tidak tahu dia sedang berada dimana sekarang. Salah satu tangan laki-laki itu meraba tubuhnya sendiri. Di bagian saku kanan jaket dan juga punggung. Dahinya sedikit mengerut saat dia tidak merasakan adanya senjata api disana. Padahal setiap saat senjata itu tidak pernah lepas darinya.Tama mencoba untuk tidak memperdulikan hal tersebut. Dia kembali berjalan menyusuri beberapa lorong panjang dan gelap. Tidak ada satupun penerangan disana. Laki-laki itu terus berjalan
Read more

TUGAS SEORANG ISTRI

Tepat pukul 5 pagi, kedua mata Zahra mulai mengerjap. Kesadarannya perlahan kembali dan pandangannya sudah semakin jelas. Kini dia bisa melihat jika dirinya masih berada di dalam pelukan sang suami. Sepertinya selama semalam penuh Tama tidak melepaskannya sedikitpun.Zahra mendongak menatap wajah sang suami yang masih terlelap. Wajah yang semakin hari tampak semakin tampan saja. Wanita itu tersenyum mengingat masa lalu saat pertama kali mereka bertemu. Rasanya hari-hari itu sudah seperti neraka baginya. Akan tetapi sekarang Tama memperlakukannya bak bidadari surga.Senyum di bibir Zahra seketika menghilang saat dirinya ingat dengan kejadian di pesta tadi malam. Memang setelah acara itu selesai, Tama lebih memilih untuk kembali pulang ke mansion. Dia tidak terlalu suka menginap di villa walaupun itu adalah milik keluarga besarnya.Zahra kembali menatap wajah sang suami lalu berbicara di dalam hati, “aku sudah mengetahui semuanya, Mas. Aku sudah tahu maksud dari perkataan Ibu Naya. Iya,
Read more

SARAPAN DI KAMAR

“Selesai…!” ucap Zahra. Dia menarik nafas dalam setelah berhasil membuatkan sarapan pertama kalinya untuk sang suami. Bibirnya tersenyum melihat makanan itu tampak menggugah selera. Dengan hiasan sayuran di samping piring seperti yang pernah dia pelajari saat bekerja di kedai dulu.Nufa yang sejak tadi terus memperhatikan tingkah majikan mudanya itu kembali melangkah mendekat.“Biar saya yang mengatur makanan ini di meja, Nyonya. Anda bisa lanjut mandi untuk membersihkan diri,” tawar Nufa.Zahra terdiam. Wanita paruh baya itu benar. Dia belum mandi. Sesekali matanya melirik ke arah makanan dan berganti ke arah Nufa. Wanita itu sedang berpikir, “Apakah aman meninggalkan semua makanan itu bersama Nufa? Bagaimana kalau dia memberikan obat yang aneh lagi. Dan jika sesuatu terjadi pada Mas Tama, nanti tuan Rey pasti akan menyalahkan aku lagi.” Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ada apa Nyonya?” tanya Nufa. Zahra menatap wajah kepala pelayan itu lalu tersenyum.“Tidak usah repot-repot
Read more

KIRAN ANASTASIA

Sebuah gedung yang memiliki ukuran cukup besar berdiri kokoh di daerah pegunungan yang asri. Berada di bagian selatan kota kecil yang jarang terjamah oleh masyarakat, membuat lingkungan sekitar gedung tersebut tampak sepi dan juga hening. Dinding berwarna putih bergabung dengan pagar tinggi berlapis hitam menjadi pembatas antara dunia dalam dan juga dunia luar. Tepat di atas gedung tersebut tampak sebuah rangkaian kata bertuliskan ‘RUMAH SAKIT JIWA ANANDA’. Tama bersama bawahannya masuk ke dalam gedung itu tanpa ada pemeriksaan yang berarti. Semua penjaga disana seolah sudah tahu siapa itu Aditama Kalingga. Mereka bahkan mengangguk hormat kepadanya yang dibalas dengan anggukan juga oleh sang CEO.“Tuan Tama, terima kasih anda sudah mau berkunjung ke rumah sakit jiwa Ananda. Kami sangat senang saat mendapat kabar jika anda akan datang kemari,” ucap seorang dokter yang juga merupakan kepala dari rumah sakit tersebut. Dokter Andri namanya. Seorang pria dengan rambut beruban dan juga ku
Read more

DENDAM MASA LALU

Tama masih duduk di sebuah kursi di depan Kiran. Sesekali laki-laki itu menyentuh kedua tangan wanita tua tersebut akan tetapi tetap saja tidak ada respon sama sekali. Semua yang terjadi di masa lalu terhadap wanita itu, Tama sudah tahu. Bawahannya yang diperintahkan untuk menyelidiki semua yang terjadi, memberikan informasi yang selengkapnya.Iya, sebenarnya setelah kematian sang Ibu dan perkataan Zahra tentang apa yang diucapkan oleh Ibu Naya untuk yang terakhir kalinya, memang sedikit mengganggu ketenangannya. Awalnya dia tidak percaya terhadap sang istri karena dirinya terlalu menyayangi Rey akan tetapi semakin hari, rasa gelisah itu benar-benar sangat menyiksanya. Hatinya dilema antara kepercayaannya kepada sang asisten dan cintanya kepada sang istri. Bagi Tama keduanya tidak ada yang pernah berbohong kepadanya. Mereka selalu berkata jujur. Bahkan ketika dirinya membenci Zahra karena sebuah kesalahpahaman, Zahra bisa membuktikan jika dirinya adalah orang yang jujur.Akhirnya seca
Read more

FLASHBACK

Beberapa tahun yang lalu, mansion keluarga Kalingga sedang mengadakan pesta besar-besaran yang sangat meriah. Bagaimana tidak, anak tunggal keturunan keluarga pengusaha ternama, seorang gadis cantik bernama Naya Kalingga, hari ini resmi dipersunting oleh seorang laki-laki tampan bernama Yudha. Yudha adalah anak dari rekan bisnis Tuan Besar Kalingga dan mereka sangat berharap dengan adanya penikahan ini bisa membuat perusahaan dua keluarga saling menguntungkan satu sama lain.Iya, baik Naya ataupun Yudha menerima pernikahan ini bukan atas dasar cinta akan tetapi hanya pernikahan bisnis semata. Naya yang memang dari kecil sudah mengalami lumpuh setelah sebuah kecelakaan menimpa dirinya dan sang Ibu yang juga menyebabkan Nyonya Besar Kalingga itu meninggal, tidak mau terlalu egois dan juga angkuh. Dia selalu menjadi anak yang penurut bagi sang ayah. Bahkan saat sang ayah meminta dirinya untuk menikahi laki-laki yang tidak dia kenal bahkan belum pernah bertemu sama sekali, Naya tidak meno
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status