Beberapa tahun yang lalu, mansion keluarga Kalingga sedang mengadakan pesta besar-besaran yang sangat meriah. Bagaimana tidak, anak tunggal keturunan keluarga pengusaha ternama, seorang gadis cantik bernama Naya Kalingga, hari ini resmi dipersunting oleh seorang laki-laki tampan bernama Yudha. Yudha adalah anak dari rekan bisnis Tuan Besar Kalingga dan mereka sangat berharap dengan adanya penikahan ini bisa membuat perusahaan dua keluarga saling menguntungkan satu sama lain.Iya, baik Naya ataupun Yudha menerima pernikahan ini bukan atas dasar cinta akan tetapi hanya pernikahan bisnis semata. Naya yang memang dari kecil sudah mengalami lumpuh setelah sebuah kecelakaan menimpa dirinya dan sang Ibu yang juga menyebabkan Nyonya Besar Kalingga itu meninggal, tidak mau terlalu egois dan juga angkuh. Dia selalu menjadi anak yang penurut bagi sang ayah. Bahkan saat sang ayah meminta dirinya untuk menikahi laki-laki yang tidak dia kenal bahkan belum pernah bertemu sama sekali, Naya tidak meno
“Apa? Itu tidak mungkin, Kiran. Aku tidak mungkin menikah denganmu. Naya akan membunuhku jika dia tahu kalau aku selingkuh,” bentak Yudha.Kiran menatap sang kekasih dengan tatapan aneh. Selingkuh? Akhirnya, Yudha menunjukkan dimana posisi Kiran di dalam kehidupan laki-laki itu. Bukan sebagai wanita utama yang dicintainya seperti apa yang dikatakan oleh Yudha saat mereka melakukan pendekatan dulu. Sekarang Kiran tahu jika ternyata di hati sang kekasih tetap hanya ada satu nama wanita yang berarti yaitu Naya.Kiran merasakan sakit di hatinya. Kehidupanya yang selama ini terasa begitu indah, seketik hancur. Masa depan manis yang selalu menari di dalam khayalannya, kini memudar. Tidak ada lagi harapan kebahagiaan untuknya. Semuanya sirna.“Jadi, selama ini mas menganggap aku hanya sebagai selingkuhan?” tanya Kiran lirih.“Iya. Istriku hanya Naya. Wanita yang aku cintai dengan setulus hati cuma Naya,” jawab Yudha dingin.
“Dan setelah Rey dewasa lalu mengetahui semuanya, kami pun sepakat untuk memindahkan Kiran ke rumah sakit terpencil agar Yudha tidak mengetahui keberadaannya. Agar laki-laki bajingan itu tidak kembali meracuni adikku. Atau dengan kuasanya sebagai keluarga Kalingga, tidak menutup kemungkinan jika dia akan membunuh Kiran,” ucap Nufa di akhir ceritanya. Matanya masih menatap Zahra dengan tajam dan penuh dendam.“Tapi Mbak, bukankah ayah Yudha sudah tidak ada. Bukankah ayah Yudha sudah meninggal. Lalu kenapa kalian masih ingin menghancurkan keluarga Kalingga?” mata Zahra sedikit membulat saat dia teringat akan sesuatu. “Apa jangan-jangan kalian jugalah dalang dibalik kematian Ibu Naya?”Nufa menyeringai. Dan hal itu menjadi bukti jika apa yang dikatakan oleh Zahra itu adalah benar.“Kenapa Mbak? Kenapa harus membunuh Ibu Naya juga?” tanya Zahra lirih. Titik-titik air sudah mulai jatuh dari pelupuk matanya.“Karena Naya sudah mengetahui rencana kami untuk menghancurkan keluarga ini. Karena
BAB 113RENCANA TAMASebuah ruangan berukuran cukup besar terasa begitu menegangkan. Aura yang dikeluarkan oleh Tama benar-benar mendominasi. Ada 4 orang pengawal berpakaian hitam dan bertubuh kekar berdiri di setiap sudut. Dan dua lagi berdiri di belakang sang pengacara, menjaga laki-laki paruh baya itu agar tidak melarikan diri. Seorang bawahan Tama berjalan mendekat, memberikan sebuah map berisi beberapa file yang dia ambil dari pengacara kepercayaan Rey tersebut.Tama menerimanya. Perlahan dia membuka lembar per lembar file tersebut dan membacanya dengan seksama. Sang pengacara yang mengetahui apa yang sedang dilihat oleh CEO Kalingga’s group itu, merasa sangat ketakutan. Wajahnya memucat, tubuhnya semakin gemetar dengan keringat dingin yang mulai tampak membanjiri dahi dan juga seluruh badannya. Sesekali dia meutup matanya rapat, membayangkan apa yang akan dilakukan oleh CEO kejam itu kepadanya. Di dalam hatinya yang paling dalam, pengacara tersebut merasa menyesal karena sudah p
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat mobil yang dikendarai oleh Tama sampai di halaman parkir mansion. Setelah bertemu dengan Kiran dan menyelesaikan masalahnya dengan pengacara Aldi, laki-laki itu memilih untuk langsung pulang ke rumah saja, tanpa menyempatkan diri ke kantor. Dia sudah tahu apa yang sedang terjadi disana dan Tama akan membiarkan Rey bersenang-senang sesaat sebelum besok dia akan membalikkan keadaan.Seperti biasa para pelayan berjajar di depan pintu untuk menyambut sang CEO. Namun ada yang aneh disana. Di dalam barisan para wanita itu, Tama tidak melihat sosok Nufa dan juga sang istri - Zahra. Kedua mata laki-laki itu seketika melirik ke atas. Menatap pintu kamarnya yang masih tertutup.“Hmm, mungkin dia ketiduran lagi karena lelah,” ucap laki-laki itu dalam hati.Sebuah senyum terukir manis di bibir Tama saat dia membayangkan tubuh mungil sang istri yang sedang terbaring di atas kasur. Entah kenapa tapi semenjak hubungan diantara mereka membaik, membuat Tama
Senja sudah berakhir. Langit terang telah berubah menjadi gelap. Akan tetapi sampai detik ini Tama masih belum juga menemukan kabar keberadaan sang istri. Laki-laki itu mengemudikan kendaraannya dalam keadaan yang frustasi. Sesekali dia memukul kemudi mobil dengan keras dan sesekali dia juga menjambak rambutnya sendiri.Setelah mendapatkan pengakuan dari penjaga mansion, Tama langsung melajukan kendaraannya keluar dari rumah besar tersebut. Beberapa staf kantor pun sempat dia hubungi untuk mencari tahu tentang Rey akan tetapi mereka semua tidak tahu. Yang mereka katakan hanya satu yaitu Rey keluar dari kantor dengan cepat dan terburu-buru.“Aku berjanji padamu Rey, aku berjanji demi mendiang ayah dan juga ibuku, jika sampai kamu menyentuh Zahra sedikit saja, aku akan membunuhmu,” gumam Tama dengan sorot mata yang tajam.Fokus laki-laki itu membuyar saat dia mendengar ponselnya yang berdering. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut.“Bagaimana, Alex?” tanya Tama pada orang diba
“Jika kamu berani menembak Rey, maka aku juga berani untuk menghabisi istri tercintamu ini,” ancam Nufa setengah berteriak.Rey dan juga Tama sontak menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Nufa yang sedang menggenggam sebuah gunting dan bersiap untuk menancapkannya di dada Zahra yang belum juga sadarkan diri. “Coba saja kalau berani, Tama!” ucap Nufa lagi. Tama menatap tajam kedua mata tua sang kepala pelayan. “Dari sejak dulu, aku tidak pernah takut padamu ataupun juga pada Yudha - ayahmu.”Tama sadar jika ancaman Nufa bukan hanya gertakan saja. Dia tahu jika wanita paruh baya itu bisa saja berbuat nekad. Mereka sudah pernah menghabisi sang Ibu secara bersih. Sehingga semua bukti menjelaskan bahwa Naya meninggal karena sakit. Tama tahu jika pasangan bibi dan keponakan ini tidak bisa dianggap remeh.Perlahan laki-laki itu menurunkan senjatanya. Melihat Tama yang sepertinya menyerah, dengan cepat Rey berdiri dan mencuri senjata milik sang CEO. Kini suami istri itu berada di bawah
“Silahkan dokter?” ucap Tama. Dia langsung membawa Zahra pulang ke mansion dan meminta dokter keluarga untuk memeriksanya.Sang dokter melakukan pemeriksaan secara detail dan juga teliti. Dia tidak mau melakukan sebuah kesalahan apalagi ini menyangkut istri dari seorang CEO besar. Di sampingnya, Tama masih setia berdiri, memperhatikan sang istri yang masih terkulai tak berdaya. Pakaian yang semula berlumuran darah, sudah dia ganti. Tama melakukannya sendiri karena sejak kejadian Nufa, rasa kepercayaannya kepada para pelayan di mansion menjadi berkurang. Dia takut jika masih ada orang suruhan Rey yang tinggal disana. “Bagaimana, dokter?” tanya laki-laki itu saat melihat sang dokter sudah selesai memeriksa. Dokter tampan itu pun tersenyum.“Tidak apa-apa, Tuan Tama. Kondisi istri anda yang belum sadar, bukan karena ada kesalahan tapi memang itu akibat obat yang diberikan oleh dokter yang memeriksa sebelumnya,” jelas sang dokter keluarga. Tama menghela nafas lega.“Jadi, kira-kira kapan