Semua Bab JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM: Bab 1 - Bab 10

122 Bab

LARI

“Kamu mau pergi kemana, Zahra? Ayo kita bersenang-senang!” Terdengar suara teriakan seorang laki-laki menggema membelah heningnya malam. Hujan turun dengan sangat deras. Ditemani angin yang bertiup kencang dan juga petir yang menggelegar membuat suasana saat itu sangat mencekam. Apalagi tak ada satupun bintang ataupun cahaya bulan yang menghiasi langit, menjadikan hamparan luas tersebut tampak begitu menyeramkan.Seorang gadis berlari. Keringat mengucur deras di dahi dan juga sekujur tubuhnya. Sesekali tangannya menyeka air mata yang terus mengalir.“Ya Tuhan tolong bantu hamba,” gumam wanita tersebut.Rasa ketakutan terus menjalar di dalam diri wanita itu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan tubuhnya semakin gemetar tidak karuan. Bagaimana tidak, seorang laki-laki sedang mengejarnya. Seorang laki-laki yang sudah pasti memiliki niat yang buruk kepadanya. Dan sayangnya laki-laki itu adalah kekasihnya.Zahra tidak menyangka jika Satria, laki-laki yang baru saja menjadi pa
Baca selengkapnya

KEHILANGAN TEMPAT TINGGAL

"Kurang ajar. Berani sekali kamu menantangku orang tua. Ternyata kamu sudah bosan hidup rupanya. Baiklah, akan aku antarkan kamu ke alam baka sekarang juga," ucap Satria sambil berlari mendekati mereka berdua. Lalu tanpa aba-aba sama sekali, laki-laki berjaket kulit berwarna hitam itu mengeluarkan sebuah pistol dan dengan cepat menarik pelatuk senjata tersebut. Satria pun terjengkang lalu mati dengan darah mengucur deras dari dadanya setelah sebuah peluru menembus jantung laki-laki itu.“TIDAK!!!”Zahra berteriak dan lalu terbangun dari tidurnya. Kejadian tadi malam terus menghantui kepalanya, membuat gadis itu bermimpi buruk dan tidak bisa mendapatkan ketenangan di dalam tidurnya. Gadis itu terduduk di atas tempat tidur. Keringat kembali mengucur deras di dahi dan juga sekujur tubuhnya. Kedua tangannya mengusap wajahnya dengan kasar.“Ya Tuhan kenapa aku tidak bisa melupakan kejadian semalam? Bagaimana keadaan jenazah Kak Satria disana? Apakah sudah ada yang menemukannya? Ataukah lak
Baca selengkapnya

MENCARI CARA

"Ayah, kenapa ayah tega melakukan hal ini?" ucap Zahra lirih. Bukannya menjawab, laki-laki paruh baya itu malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Zahra berjalan perlahan mendekati sang ayah lalu duduk di lantai di depan ayah Daksa."Ayah, lihat mataku! Tolong jawab pertanyaanku! Apa yang dikatakan ibu Lita benar? Apa ayah menjadikan rumah ini sebagai taruhan judi?" tanya Zahra lagi memastikan. Sang ayah terus saja memalingkan wajah dengan diam. Dia tidak mau menatap wajah anak gadisnya itu."Ayah jawab!" ucap Zahra.Dengan cepat laki-laki itu berdiri walaupun dengan posisi yang tidak tegak. "Iya, ayah melakukan hal itu! Ayah menjadikan rumah ini bersama seluruh isinya taruhan di atas meja judi. Lalu kamu mau apa?" teriak Ayah Daksa kepada sang anak. Dengan kaki yang sedikit gemetar Zahra berdiri lalu berjalan mendekati sang ayah lagi."Kenapa ayah? Kenapa ayah melakukan hal itu? Bukankah ayah tahu kalau rumah ini adalah satu-satunya peninggalan dari ibu," ucap Zahra sedikit meningg
Baca selengkapnya

ALAT PELUNAS HUTANG

"Apa? Tapi yang benar saja, Bu? Ide macam apa itu?" tanya Zahra kaget.Sepulang kerja sore tadi, baru saja gadis ini melangkah masuk ke dalam rumah, kedua orang tuanya sudah menunggu dan menyambut di ruang tamu. Tanpa basa-basi sang ibu langsung mengatakan keputusan yang sudah diambil olehnya dan disepakati oleh ayah Daksa untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sebuah jalan keluar yang nyatanya malah mengorbankan anak gadis satu-satunya tersebut. Tentu saja hal itu mengundang penolakan dari Zahra."Hanya ini satu-satunya cara agar kita bisa menyelamatkan rumah ini. Lagipula bukankah tadi pagi kamu bilang akan melakukan apa saja agar rumah ini tidak akan jatuh ke tangan orang lain?" ucap Ibu Lita sinis."Iya benar Bu. Aku memang mengatakan hal itu tapi bukan dengan cara seperti ini juga. Bagaimana bisa kalian mengambil keputusan untuk menjadikan aku sebagai alat pelunas hutang ayah. Itu sama saja kalian menjualku kepada pemilik bar itu. Aku tidak mau, Bu. Aku tidak
Baca selengkapnya

ADITAMA KALINGGA

Berada tepat di pusat kota, sebuah gedung menjulang dengan sangat tinggi bahkan melebihi ukuran gedung-gedung di sekitarnya. Sebuah gedung yang memiliki 20 lantai dengan penampakan yang sangat mewah. Di bagian atas gedung tersebut terlihat jelas logo perusahaan dan juga nama dari perusahaan itu.Kalingga's Group adalah sebuah perusahaan nomor satu di negara tersebut. Memiliki banyak anak cabang dimana-mana bahkan hingga keluar negeri. Sebuah perusahaan turun temurun yang dimiliki oleh keluarga Kalingga. Dan gedung yang menjulang tinggi di tengah kota tersebut adalah kantor utama perusahaan Kalingga's Group.Pagi itu suasana di dalam gedung tampak sangat sibuk. Seluruh karyawan baik dari tingkat bawah sampai tingkat tinggi, semuanya bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. Sebenarnya itu adalah hal yang biasa, secara kantor tersebut adalah kantor utama dan tidak sembarangan orang bisa bekerja disana. Akan tetapi hari ini ada sesuatu yang tampak berbeda.Selain para karyawan me
Baca selengkapnya

LEO

“Dia…" gumam Tama. Laki-laki itu kembali menghadapkan wajahnya kepada sang sekretaris."Dia anak dari Daksa?" tanya Tama."Iya betul Tuan. Saya sudah menyelidikinya semalam setelah mereka memberikan foto ini. Gadis ini memang anak kandung dari Tuan Daksa. Namanya Zahra Aina Sabila. Usianya 20 tahun dan dia bekerja di salah satu kedai kecil di pinggir kota," jelas Rey."Zahra, ternyata benar dia," ucap Tama di dalam hatinya.Tama mengambil foto tersebut dan menatapnya dengan lekat. Melihat apa yang dilakukan oleh sang atasan, Rey pun merasa penasaran. Dan akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya."Ada apa Tuan?" tanya Rey membuyarkan lamunan Tama."Oh tidak. Tidak ada apa-apa. Tolong jadwalkan pertemuanku ke rumah Daksa hari ini juga," titah Tama."Sebenarnya semalam, Nyonya Daksa meminta izin untuk mengundang anda sore nanti ke rumahnya.""Hmm, baiklah. Kita akan datang kesana sore nanti.""Anda akan menerima tawaran mereka, Tuan?" tanya Rey tidak mengerti."Iya," jawab Tama sing
Baca selengkapnya

BERTEMU LAGI

Setelah melewati perjalanan yang penuh dengan rasa malas akhirnya Zahra pun telah sampai di halaman rumah. Dia sedikit bingung saat melihat ada sebuah mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya. Dia berjalan sedikit mendekat ke arah mobil tersebut."Ini mobil siapa? Sepertinya aku pernah melihatnya. Dimana ya?" gumam Zahra terus memperhatikan mobil tersebut. "Ah sudahlah, yang punya mobil seperti ini kan banyak. Bukan hanya satu orang saja," batinnya.Zahra akhirnya mengabaikan walaupun sesaat sebelumnya dia merasa pernah melihat mobil tersebut. Akan tetapi dia lupa dimana. Gadis itu pun melangkahkan kakinya lagi masuk ke dalam rumah."Aku pulang," ucap Zahra lirih. Dia bisa melihat di ruang tamu rumah mereka ada empat orang sedang duduk. Ayah dan juga ibunya yang menghadap kepadanya, seorang laki-laki yang tidak dia kenal duduk di kursi samping tapi dia bisa melihat wajahnya. Dan satu orang lagi yang duduk dengan posisi membelakanginya. Akan tetapi dari pakaiannya, Zahra bisa tau
Baca selengkapnya

BINGUNG

Sebuah mobil berwarna hitam melaju membelah jalanan malam itu. Sebuah mobil dimana ada dua orang pria beda usia di dalamnya. Siapa lagi jika bukan Tama sang CEO dan juga Rey sang asisten yang kini sedang serius duduk di belakang kemudi. Sejak keluar dari rumah Daksa, Rey melihat jika atasannya tampak lebih diam dari biasanya. Sepertinya laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu. Hanya saja Rey tak ingin bertanya ataupun mencari tahu.“Rey,” panggil Tama membuyarkan lamunan laki-laki itu.“Iya Tuan,” ucap sang asisten.“Sejauh mana kamu mencari tahu tentang Zahra?” tanya Tama. Rey menatap wajah sang atasan dari balik kaca spion.“Untuk sementara saya hanya mencari tahu sebatas status dia saja, Tuan. Saya pikir langkah awal yang harus saya ambil hanya sebatas apa benar jika nona Zahra adalah anak kandung dari Tuan Daksa. Dan ternyata hal itu memang benar. Hanya saja…” Rey terdiam sejenak karena Tama tiba-tiba saja memotong ucapannya.“Hanya saja kenapa?” tanya Tama cukup antusias.“Hanya
Baca selengkapnya

TAK SUKA DITOLAK

“Zahra tunggu!” ucap wanita paruh baya pemilik kedai bernama Mirna. Gadis itu menoleh lalu tersenyum.“Iya Bu?” tanya Zahra setelah posisi mereka berdekatan. Leo yang melihat hal itu sebenarnya sedikit penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sang atasan. Akan tetapi tatapan tajam dari Ibu Mirna membuat Leo mengerti dan mengangguk lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam dapur untuk melakukan pekerjaannya disana. Walaupun sesekali dia tetap saja mengintip interaksi dua wanita berbeda jabatan itu."Kedai kita kedatangan tamu kehormatan. Dia baru saja datang beberapa menit yang lalu. Dan dia ingin kamu yang melayaninya secara khusus," ucap Ibu Mirna. Zahra mengerutkan keningnya bingung."Aku? Tapi kenapa Bu? Memangnya siapa dia?" tanya Zahra tidak mengerti. Menurutnya dia adalah pegawai paling junior di kedai tersebut. Masih banyak para pelayan lain yang lebih berpengalaman akan tetapi kenapa tamu itu menginginkan dia."Kamu datangi saja langsung. Tidak ada waktu lagi untuk menj
Baca selengkapnya

KEDATANGAN POLISI

Zahra terus menyibukkan dirinya dengan fokus menyiapkan cappucino pesanan dari Tama. Dia tampak sangat hati-hati dalam meracik semua bahannya. Gadis itu tidak mau jika sampai satu gelas cappucino saja bisa membuat hidupnya berada dalam bahaya. Sekelebat bayangan senyum menyeringai dari Tama terus mengganggu konsentrasi gadis itu. Berulang kali dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir gambaran tersebut. Leo yang sejak dari tadi memperhatikan gadis di depannya yang bertingkah sangat aneh, mengerutkan keningnya bingung.“Ra, apa yang terjadi? Katakanlah sesuatu agar aku bisa membantumu!” ucap Leo. Akan tetapi lagi dan lagi Zahra tidak memperdulikannya. Dirinya seolah tuli dan juga bisu.“Sudah selesai,” gumam Zahra pada akhirnya. Melihat hal itu, Leo semakin bingung. Hanya untuk membuat satu gelas cappucino saja kenapa gadis di depannya itu sampai berkeringat dingin seperti telah selesai berperang?"Ra…." Leo yang hendak berbicara lagi, langsung dipotong oleh Zahra."Sebentar ya Kak.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status