Share

JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM
JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM
Penulis: Sari N

LARI

Penulis: Sari N
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu mau pergi kemana, Zahra? Ayo kita bersenang-senang!”

Terdengar suara teriakan seorang laki-laki menggema membelah heningnya malam. Hujan turun dengan sangat deras. Ditemani angin yang bertiup kencang dan juga petir yang menggelegar membuat suasana saat itu sangat mencekam. Apalagi tak ada satupun bintang ataupun cahaya bulan yang menghiasi langit, menjadikan hamparan luas tersebut tampak begitu menyeramkan.

Seorang gadis berlari. Keringat mengucur deras di dahi dan juga sekujur tubuhnya. Sesekali tangannya menyeka air mata yang terus mengalir.

“Ya Tuhan tolong bantu hamba,” gumam wanita tersebut.

Rasa ketakutan terus menjalar di dalam diri wanita itu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan tubuhnya semakin gemetar tidak karuan. Bagaimana tidak, seorang laki-laki sedang mengejarnya. Seorang laki-laki yang sudah pasti memiliki niat yang buruk kepadanya. Dan sayangnya laki-laki itu adalah kekasihnya.

Zahra tidak menyangka jika Satria, laki-laki yang baru saja menjadi pacarnya tiga bulan yang lalu, seseorang yang sangat baik dan juga perhatian, nyatanya malam ini mengeluarkan sifat aslinya. Andai saja dirinya tidak berhasil melawan dan kabur, mungkin saat ini tubuhnya sudah dinikmati oleh laki-laki itu.

"Ayolah Zahra, apakah kamu tidak lelah terus berlari seperti ini. Lebih baik ikutlah denganku dan akan aku berikan kenikmatan untukmu."

Suara itu semakin lama terdengar semakin keras saja. Zahra terus berlari tak tentu arah. Sesekali dia melihat ke belakang untuk sekedar memastikan bahwa Satria masih berada jauh darinya.

Malam yang begitu gelap ditambah derasnya hujan yang membasahi wajah hingga menutup matanya, membuat pandangan gadis ini sedikit buyar. Alhasil tanpa sengaja dia menabrak tubuh seseorang. Gadis itu terjengkang dan duduk di jalan.

“Maaf… maaf,” ucap Zahra akan tetapi dengan pandangan yang terus menghadap ke arah belakang.

Sayup-sayup suara teriakan Satria memanggil kembali terdengar. Karena takut, gadis itu langsung berdiri dan bersembunyi di balik tubuh seseorang yang dia tabrak tadi. Tubuh seseorang itu begitu kekar dan juga tegap. Dengan pakaian celana panjang hitam dan kaos putih berbalut jaket kulit yang juga berwarna hitam. Walaupun hanya melihat punggungnya saja, akan tetapi Zahra tahu jika orang di depannya ini adalah laki-laki.

“Tuan.. tuan.. tuan, aku mohon tolong aku. Orang jahat itu sedang mengejarku dan hendak menyakitiku. Aku mohon tolong aku!” ucap Zahra dari balik tubuh kekar tersebut.

Laki-laki itu seketika berbalik sehingga mereka pun kini bisa melihat wajah satu sama lain. Zahra yang tampak sangat kacau. Dengan baju yang basah kuyup dan juga sedikit sobek di bagian bahunya, rambut yang berantakan serta wajah yang pucat. Bibirnya bergetar dan kedua tangannya disatukan di depan dadanya sebagai isyarat meminta pertolongan.

Dari pandangan Zahra, gadis itu bisa melihat seorang laki-laki berwajah tampan dengan jambang yang tipis tapi terlihat sangat rapi. Sorot matanya tetap tajam walaupun dibawah guyuran air hujan yang sangat deras. Jika dilihat dari penampilannya, Zahra menerka jika laki-laki itu pasti berusia jauh lebih tua darinya. Akan tetapi dia tidak peduli semua itu. Yang dia inginkan sekarang adalah selamat dari Satria.

“Untuk apa aku harus bersusah payah menolongmu? Aku tidak mengenalmu dan lagi pula apa keuntungan yang bisa aku dapatkan dengan menolongmu?” ucap laki-laki itu dingin.

Zahra sempat terdiam sesaat. Di dalam otaknya dia berpikir bagaimana bisa ada orang sepicik itu di dunia ini? Yang lebih mengutamakan keuntungan daripada menolong sesama manusia yang sedang kesusahan? Apa semua yang dia lakukan di dunia ini memang selalu mengandung timbal balik yang menguntungkan untuknya?

Karena Zahra tak kunjung mengeluarkan jawaban, laki-laki itu pun kembali berbalik dan hendak masuk ke dalam mobil hitamnya. Melihat satu-satunya orang yang bisa membantunya itu malah akan pergi meninggalkannya akhirnya dengan cepat dan tanpa berpikir lagi wanita itu pun mengucapkan sesuatu.

"Aku berjanji padamu Tuan. Aku berjanji padamu jika kamu mau menolongku maka aku siap melakukan apapun yang kamu mau," ucap Zahra tegas. Laki-laki itu menghentikan langkahnya yang baru saja masuk ke dalam mobil.

"Iya, aku berjanji. Apapun yang anda mau, akan aku lakukan," ucap Zahra lagi.

Laki-laki berjaket hitam itu kembali berdiri tegak menghadap ke arah Zahra. Salah satu alisnya tertarik ke atas sebagai tanda jika dirinya sedang meneliti wajah gadis muda itu.

"Apa kamu yakin?" tanya laki-laki itu dengan senyum menyeringai.

Melihat senyum itu, sebenarnya membuat Zahra sedikit ragu dengan apa yang dia lakukan. Baginya senyuman laki-laki di depannya ini jauh lebih menakutkan jika dibandingkan dengan senyum menyeringai Satria. Sejujurnya dia ingin menarik kembali perkataan yang baru saja dia ucapkan. Akan tetapi suara menggema dari Satria yang kembali terdengar, membuat Zahra akhirnya mengangguk dengan cepat.

"Baiklah," jawab laki-laki itu singkat. Hujan di atas langit sudah mulai mengecil. Menyisakan gerimis tanpa adanya lagi gelegar petir. Membuat kedua insan tersebut dapat semakin jelas melihat wajah masing-masing.

"Hey brengsek! Apa yang sedang kamu lakukan di sana?" teriak Satria yang tiba-tiba saja muncul. Melihat wajah Satria, Zahra semakin ketakutan dan lebih merapatkan tubuhnya ke mobil hitam di sampingnya. Sedangkan laki-laki di depannya seketika mengepalkan tangannya kuat.

Dengan tenang laki-laki itu membalikkan badan sehingga dirinya bisa melihat siapa yang sudah berani berbicara kasar kepadanya. Satria tersenyum kecut melihat laki-laki di depannya. Dia sangat menganggap enteng orang tersebut.

"Hey Om. Sebaiknya Om serahkan wanita itu kepadaku. Aku tidak mau berdosa dengan menyakiti manusia yang lebih tua dariku," teriak Satria masih angkuh. Laki-laki di depan Zahra masih diam memperhatikan tanpa bergerak sama sekali.

"Ayolah Om, ingat usiamu. Aku tidak tega jika harus mengantarkanmu ke alam baka lebih cepat dari waktunya. Jadi jangan pernah ikut campur urusan anak muda. Lagipula wanita itu adalah kekasihku," teriak Satria lagi.

Laki-laki berjaket hitam itu menoleh ke arah belakang sehingga pandangan kedua insan itu kembali bertemu. Dengan cepat, Zahra menggelengkan kepala memberi isyarat jika apa yang dikatakan oleh Satria itu adalah bohong. Laki-laki itu kembali menghadap ke arah Satria.

"Hanya seorang kekasih? Walaupun dia istrimu sekalipun, kalau aku tak mau memberikannya lalu apa yang akan kamu lakukan?" ucap laki-laki itu dingin.

Kini bukan hanya laki-laki itu saja yang mengepalkan tangannya kuat melainkan Satria juga. Satria paling tidak suka jika ada orang lain yang berani menantangnya. Apalagi seorang laki-laki yang usianya jauh lebih tua darinya. Emosi di dalam tubuhnya meningkat.

"Kurang ajar. Berani sekali kamu menantangku orang tua. Ternyata kamu sudah bosan hidup rupanya. Baiklah, akan aku antarkan kamu ke alam baka sekarang juga," ucap Satria sambil berlari mendekati mereka berdua.

Melihat Satria berlari mendekat, membuat Zahra semakin ketakutan. Dia pun berpikir apakah laki-laki tua di depannya ini bisa mengalahkan Satria? Akan tetapi tanpa wanita itu duga, laki-laki tersebut malah mengeluarkan sebuah pistol dari saku jaketnya. Laki-laki itu menarik pelatuk senjata tersebut dan sebuah peluru pun melesat dengan cepat menembus dada Satria. Membuat kekasih dari Zahra itu pun terjengkang ke belakang dengan darah yang merembes keluar dari dadanya. Laki-laki itu pun mati di tempat.

Melihat kejadian itu, membuat Zahra menutup mulutnya kuat-kuat, matanya melotot dan wajahnya semakin memucat saja. Dia tahu jika dirinya ingin lepas dari kejaran Satria. Itu sebabnya dia meminta tolong kepada laki-laki asing tersebut. Akan tetapi dia tidak pernah menyangka jika penyelesaian seperti ini yang dilakukannya.

"Beres!" gumam laki-laki itu. Dia kembali memasukkan pistol tersebut ke dalam saku jaketnya.

Sadar bahwa dirinya sudah meminta tolong kepada orang yang salah, perlahan Zahra pun berjalan mundur. Apalagi dari sejak awal dia memang tidak berniat untuk menepati janjinya. Dia hanya asal berbicara agar laki-laki itu mau menolongnya. Zahra pun mulai menjauh dari laki-laki tersebut dan lalu pergi meninggalkannya sendirian.

Setelah membunuh Satria, dengan tenangnya laki-laki itu memutar tubuhnya. Bibirnya tersenyum saat dia tak melihat wanita itu disana.

"Larilah nona, larilah. Tapi tidak ada seorangpun yang bisa pergi dan menghilang dari kejaran Aditama Kalingga. Apalagi dia sudah berjanji sesuatu kepadaku."

***

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Sun fatayati
seruuuu thor
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Satria yang tidak berjiwa kesatria hehe
goodnovel comment avatar
Nanda Utami
waduh kacau ini, lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   KEHILANGAN TEMPAT TINGGAL

    "Kurang ajar. Berani sekali kamu menantangku orang tua. Ternyata kamu sudah bosan hidup rupanya. Baiklah, akan aku antarkan kamu ke alam baka sekarang juga," ucap Satria sambil berlari mendekati mereka berdua. Lalu tanpa aba-aba sama sekali, laki-laki berjaket kulit berwarna hitam itu mengeluarkan sebuah pistol dan dengan cepat menarik pelatuk senjata tersebut. Satria pun terjengkang lalu mati dengan darah mengucur deras dari dadanya setelah sebuah peluru menembus jantung laki-laki itu.“TIDAK!!!”Zahra berteriak dan lalu terbangun dari tidurnya. Kejadian tadi malam terus menghantui kepalanya, membuat gadis itu bermimpi buruk dan tidak bisa mendapatkan ketenangan di dalam tidurnya. Gadis itu terduduk di atas tempat tidur. Keringat kembali mengucur deras di dahi dan juga sekujur tubuhnya. Kedua tangannya mengusap wajahnya dengan kasar.“Ya Tuhan kenapa aku tidak bisa melupakan kejadian semalam? Bagaimana keadaan jenazah Kak Satria disana? Apakah sudah ada yang menemukannya? Ataukah lak

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MENCARI CARA

    "Ayah, kenapa ayah tega melakukan hal ini?" ucap Zahra lirih. Bukannya menjawab, laki-laki paruh baya itu malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Zahra berjalan perlahan mendekati sang ayah lalu duduk di lantai di depan ayah Daksa."Ayah, lihat mataku! Tolong jawab pertanyaanku! Apa yang dikatakan ibu Lita benar? Apa ayah menjadikan rumah ini sebagai taruhan judi?" tanya Zahra lagi memastikan. Sang ayah terus saja memalingkan wajah dengan diam. Dia tidak mau menatap wajah anak gadisnya itu."Ayah jawab!" ucap Zahra.Dengan cepat laki-laki itu berdiri walaupun dengan posisi yang tidak tegak. "Iya, ayah melakukan hal itu! Ayah menjadikan rumah ini bersama seluruh isinya taruhan di atas meja judi. Lalu kamu mau apa?" teriak Ayah Daksa kepada sang anak. Dengan kaki yang sedikit gemetar Zahra berdiri lalu berjalan mendekati sang ayah lagi."Kenapa ayah? Kenapa ayah melakukan hal itu? Bukankah ayah tahu kalau rumah ini adalah satu-satunya peninggalan dari ibu," ucap Zahra sedikit meningg

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   ALAT PELUNAS HUTANG

    "Apa? Tapi yang benar saja, Bu? Ide macam apa itu?" tanya Zahra kaget.Sepulang kerja sore tadi, baru saja gadis ini melangkah masuk ke dalam rumah, kedua orang tuanya sudah menunggu dan menyambut di ruang tamu. Tanpa basa-basi sang ibu langsung mengatakan keputusan yang sudah diambil olehnya dan disepakati oleh ayah Daksa untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sebuah jalan keluar yang nyatanya malah mengorbankan anak gadis satu-satunya tersebut. Tentu saja hal itu mengundang penolakan dari Zahra."Hanya ini satu-satunya cara agar kita bisa menyelamatkan rumah ini. Lagipula bukankah tadi pagi kamu bilang akan melakukan apa saja agar rumah ini tidak akan jatuh ke tangan orang lain?" ucap Ibu Lita sinis."Iya benar Bu. Aku memang mengatakan hal itu tapi bukan dengan cara seperti ini juga. Bagaimana bisa kalian mengambil keputusan untuk menjadikan aku sebagai alat pelunas hutang ayah. Itu sama saja kalian menjualku kepada pemilik bar itu. Aku tidak mau, Bu. Aku tidak

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   ADITAMA KALINGGA

    Berada tepat di pusat kota, sebuah gedung menjulang dengan sangat tinggi bahkan melebihi ukuran gedung-gedung di sekitarnya. Sebuah gedung yang memiliki 20 lantai dengan penampakan yang sangat mewah. Di bagian atas gedung tersebut terlihat jelas logo perusahaan dan juga nama dari perusahaan itu.Kalingga's Group adalah sebuah perusahaan nomor satu di negara tersebut. Memiliki banyak anak cabang dimana-mana bahkan hingga keluar negeri. Sebuah perusahaan turun temurun yang dimiliki oleh keluarga Kalingga. Dan gedung yang menjulang tinggi di tengah kota tersebut adalah kantor utama perusahaan Kalingga's Group.Pagi itu suasana di dalam gedung tampak sangat sibuk. Seluruh karyawan baik dari tingkat bawah sampai tingkat tinggi, semuanya bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. Sebenarnya itu adalah hal yang biasa, secara kantor tersebut adalah kantor utama dan tidak sembarangan orang bisa bekerja disana. Akan tetapi hari ini ada sesuatu yang tampak berbeda.Selain para karyawan me

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   LEO

    “Dia…" gumam Tama. Laki-laki itu kembali menghadapkan wajahnya kepada sang sekretaris."Dia anak dari Daksa?" tanya Tama."Iya betul Tuan. Saya sudah menyelidikinya semalam setelah mereka memberikan foto ini. Gadis ini memang anak kandung dari Tuan Daksa. Namanya Zahra Aina Sabila. Usianya 20 tahun dan dia bekerja di salah satu kedai kecil di pinggir kota," jelas Rey."Zahra, ternyata benar dia," ucap Tama di dalam hatinya.Tama mengambil foto tersebut dan menatapnya dengan lekat. Melihat apa yang dilakukan oleh sang atasan, Rey pun merasa penasaran. Dan akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya."Ada apa Tuan?" tanya Rey membuyarkan lamunan Tama."Oh tidak. Tidak ada apa-apa. Tolong jadwalkan pertemuanku ke rumah Daksa hari ini juga," titah Tama."Sebenarnya semalam, Nyonya Daksa meminta izin untuk mengundang anda sore nanti ke rumahnya.""Hmm, baiklah. Kita akan datang kesana sore nanti.""Anda akan menerima tawaran mereka, Tuan?" tanya Rey tidak mengerti."Iya," jawab Tama sing

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERTEMU LAGI

    Setelah melewati perjalanan yang penuh dengan rasa malas akhirnya Zahra pun telah sampai di halaman rumah. Dia sedikit bingung saat melihat ada sebuah mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya. Dia berjalan sedikit mendekat ke arah mobil tersebut."Ini mobil siapa? Sepertinya aku pernah melihatnya. Dimana ya?" gumam Zahra terus memperhatikan mobil tersebut. "Ah sudahlah, yang punya mobil seperti ini kan banyak. Bukan hanya satu orang saja," batinnya.Zahra akhirnya mengabaikan walaupun sesaat sebelumnya dia merasa pernah melihat mobil tersebut. Akan tetapi dia lupa dimana. Gadis itu pun melangkahkan kakinya lagi masuk ke dalam rumah."Aku pulang," ucap Zahra lirih. Dia bisa melihat di ruang tamu rumah mereka ada empat orang sedang duduk. Ayah dan juga ibunya yang menghadap kepadanya, seorang laki-laki yang tidak dia kenal duduk di kursi samping tapi dia bisa melihat wajahnya. Dan satu orang lagi yang duduk dengan posisi membelakanginya. Akan tetapi dari pakaiannya, Zahra bisa tau

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BINGUNG

    Sebuah mobil berwarna hitam melaju membelah jalanan malam itu. Sebuah mobil dimana ada dua orang pria beda usia di dalamnya. Siapa lagi jika bukan Tama sang CEO dan juga Rey sang asisten yang kini sedang serius duduk di belakang kemudi. Sejak keluar dari rumah Daksa, Rey melihat jika atasannya tampak lebih diam dari biasanya. Sepertinya laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu. Hanya saja Rey tak ingin bertanya ataupun mencari tahu.“Rey,” panggil Tama membuyarkan lamunan laki-laki itu.“Iya Tuan,” ucap sang asisten.“Sejauh mana kamu mencari tahu tentang Zahra?” tanya Tama. Rey menatap wajah sang atasan dari balik kaca spion.“Untuk sementara saya hanya mencari tahu sebatas status dia saja, Tuan. Saya pikir langkah awal yang harus saya ambil hanya sebatas apa benar jika nona Zahra adalah anak kandung dari Tuan Daksa. Dan ternyata hal itu memang benar. Hanya saja…” Rey terdiam sejenak karena Tama tiba-tiba saja memotong ucapannya.“Hanya saja kenapa?” tanya Tama cukup antusias.“Hanya

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   TAK SUKA DITOLAK

    “Zahra tunggu!” ucap wanita paruh baya pemilik kedai bernama Mirna. Gadis itu menoleh lalu tersenyum.“Iya Bu?” tanya Zahra setelah posisi mereka berdekatan. Leo yang melihat hal itu sebenarnya sedikit penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sang atasan. Akan tetapi tatapan tajam dari Ibu Mirna membuat Leo mengerti dan mengangguk lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam dapur untuk melakukan pekerjaannya disana. Walaupun sesekali dia tetap saja mengintip interaksi dua wanita berbeda jabatan itu."Kedai kita kedatangan tamu kehormatan. Dia baru saja datang beberapa menit yang lalu. Dan dia ingin kamu yang melayaninya secara khusus," ucap Ibu Mirna. Zahra mengerutkan keningnya bingung."Aku? Tapi kenapa Bu? Memangnya siapa dia?" tanya Zahra tidak mengerti. Menurutnya dia adalah pegawai paling junior di kedai tersebut. Masih banyak para pelayan lain yang lebih berpengalaman akan tetapi kenapa tamu itu menginginkan dia."Kamu datangi saja langsung. Tidak ada waktu lagi untuk menj

Bab terbaru

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AKHIR YANG BAHAGIA

    Tama berdiri di depan sebuah cermin besar di dalam salon tersebut. Rambutnya kini sudah sangat rapi dan juga pendek. Jambang dan kumis yang asalnya tebal, kini berubah menjadi tipis. Tak sadar, laki-laki itu pun tersenyum melihat penampilan barunya tersebut.“Bagaimana? Jadi terlihat segar kan?” tanya Zahra berjalan mendekati sang suami.“Hmm,” jawab laki-laki itu dengan jari tangan yang menyisir tipis rambut barunya.Zahra tersenyum. Dia lalu merangkul lengan sang suami dan menyandarkan kepalanya di sana.“Sekarang kamu tidak malu lagi jalan denganku, kan? Sekarang aku terlihat lebih muda,” ucap Tama memandang wajah sang istri dari balik cermin.Zahra mengangkat kepalanya untuk bisa mendongak melihat laki-laki itu. “Mas, sudah aku katakan, bukan? Aku tidak pernah malu untuk bersama denganmu. Aku tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang kita. Karena sedih atau bahagia nya hubungan kita, kita sendiri yang tentukan dan kita sendiri yang rasakan. Bukan mereka.” Nada bicara Zahra

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   PENAMPILAN BARU

    Sebuah restaurant seafood yang sangat terkenal di kota itu menjadi tujuan pertama mereka. Sebuah restaurant yang memiliki tiga lantai itu berukuran sangat luas. Zahra bahkan sampai menganga sesaat ketika dirinya menginjakkan kakinya di tempat tersebut. Berbagai gambar menu yang disajikan menjadi penghias dinding berwarna emas itu. Semuanya benar-benar tampak sangat menarik dan tentu saja menggugah selera.“Ini restaurant, kan?” tanya Zahra dengan mata yang terperanjat. Tama tersenyum lalu menarik tubuh sang istri agar lebih menempel dari sebelumnya.“Iya sayang. Ini restaurant seafood nomor satu di kota ini,” jelas laki-laki itu.“Hmm wajar saja. Penampakkannya sangat mewah layaknya sebuah istana seperti ini. Mungkin hanya masyarakat kalangan atas saja yang bisa datang kemari,” jawab Zahra. Kedua matanya masih menyapu semua ornamen yang melekat di dalam ruangan tersebut.Tama memajukan bibirnya lalu berbisik, “Kamu belum melihat spot paling mahal di restauran ini.”Zahra mengalihkan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BULAN MADU

    “Bagaimana dokter?” tanya Tama. Laki-laki itu membantu sang istri duduk di kursi di sampingnya.Pagi itu Tama membawa Zahra untuk memeriksa kondisinya pasca pemukulan yang dilakukan oleh Nufa beberapa minggu yang lalu. Setelah melakukan proses pengecekan panjang, hari ini adalah hari terakhir mereka datang. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Tama memang sedikit berlebihan. Dia bahkan sampai memaksa sang dokter untuk memeriksa seluruh tubuh bagian dalam sang istri dengan berbagai alat.Awalnya dokter keluarga itu merasa bingung karena sesuai dengan apa yang dia ketahui, kecelakaan yang menimpa Zahra tidaklah separah itu. Akan tetapi mau bagaimana lagi. Dia tahu jika yang memintanya itu adalah CEO Kalingga’s Group. Seseorang yang paling tidak suka jika keinginannya dibantah. Apalagi ini menyangkut seseorang yang sangat laki-laki itu cintai.“Semua jenis pemeriksaan yang anda inginkan sudah kami lakukan, Tuan Tama. Dan hasilnya tetaplah sama. Nyonya Zahra baik-baik saja. Bahkan hasil dar

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SADAR

    Di dalam sebuah kamar yang memiliki ukuran cukup besar. Sinar matahari sudah mulai merambat masuk melewati kaca jendela yang memang sengaja dibuka. Walaupun demikian, wangi aroma terapi yang dipasang di dalam ruangan tersebut tidak memudar. Udara pagi yang sejuk mulai terasa menusuk di pori-pori kulit seseorang yang ada di dalam sana.Seorang gadis yang sejak semalam terbaring di atas kasur, matanya mulai mengerjap. Kelopak mata yang masih tertutup itu mulai menunjukkan sebuah pergerakan halus. Dan beberapa saat kemudian, Zahra membuka matanya dengan sempurna. Penglihatan yang awalnya kabur, perlahan berubah menjadi jelas. Namun demikian, kondisi tubuhnya yang masih sangat lemas, membuat wanita itu tidak bisa bergerak dengan bebas.“Di-dimana ini?” ucap wanita itu lirih. Mencoba untuk berpikir, membuat luka di bagian belakang kepalanya kembali terasa sakit. Membuat Zahra meringis kesakitan.Mendengar ada suara di dalam kamar sang majikan, pelayan yang ditugaskan untuk menjaga istri da

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MERUBAH BERKAS

    Pengacara Aldi masih diam menunduk. Dia bahkan tidak berani memandang Rey maupun Nufa yang selama ini menjadi atasannya. Sudut matanya hanya bisa melirik Tama yang duduk dengan tegak di sampingnya. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan sorot mata tajam yang langsung menembus jantung sang pengacara.Laki-laki itu menelan salivanya dengan kuat. Dia sadar jika dirinya kini sedang berada di tengah harimau dan singa. Entah mana yang harus dia pilih, yang jelas keduanya benar-benar sangat berbahaya baginya.“Pengacara Aldi,” panggil Rey kembali. Kali ini dengan nada suara yang sedikit naik.“I-iya tuan,” jawab pengacara Aldi terbata. Keringat dingin semakin terlihat jelas berseluncur di dahinya.“Ayo, keluarkan surat-surat itu! Surat yang menyatakan jika seluruh aset dan juga kekayaan Kalingga sudah jatuh ke tanganku,” titah Rey.“Benar pengacara. Ayo cepat tunjukkan pada laki-laki sok berkuasa ini. Cepat katakan jika sekarang dia sudah berubah menjadi tikus got yang tak memiliki apa

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AYO BUKTIKAN

    “Silahkan dokter?” ucap Tama. Dia langsung membawa Zahra pulang ke mansion dan meminta dokter keluarga untuk memeriksanya.Sang dokter melakukan pemeriksaan secara detail dan juga teliti. Dia tidak mau melakukan sebuah kesalahan apalagi ini menyangkut istri dari seorang CEO besar. Di sampingnya, Tama masih setia berdiri, memperhatikan sang istri yang masih terkulai tak berdaya. Pakaian yang semula berlumuran darah, sudah dia ganti. Tama melakukannya sendiri karena sejak kejadian Nufa, rasa kepercayaannya kepada para pelayan di mansion menjadi berkurang. Dia takut jika masih ada orang suruhan Rey yang tinggal disana. “Bagaimana, dokter?” tanya laki-laki itu saat melihat sang dokter sudah selesai memeriksa. Dokter tampan itu pun tersenyum.“Tidak apa-apa, Tuan Tama. Kondisi istri anda yang belum sadar, bukan karena ada kesalahan tapi memang itu akibat obat yang diberikan oleh dokter yang memeriksa sebelumnya,” jelas sang dokter keluarga. Tama menghela nafas lega.“Jadi, kira-kira kapan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SUDAH TAHU

    “Jika kamu berani menembak Rey, maka aku juga berani untuk menghabisi istri tercintamu ini,” ancam Nufa setengah berteriak.Rey dan juga Tama sontak menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Nufa yang sedang menggenggam sebuah gunting dan bersiap untuk menancapkannya di dada Zahra yang belum juga sadarkan diri. “Coba saja kalau berani, Tama!” ucap Nufa lagi. Tama menatap tajam kedua mata tua sang kepala pelayan. “Dari sejak dulu, aku tidak pernah takut padamu ataupun juga pada Yudha - ayahmu.”Tama sadar jika ancaman Nufa bukan hanya gertakan saja. Dia tahu jika wanita paruh baya itu bisa saja berbuat nekad. Mereka sudah pernah menghabisi sang Ibu secara bersih. Sehingga semua bukti menjelaskan bahwa Naya meninggal karena sakit. Tama tahu jika pasangan bibi dan keponakan ini tidak bisa dianggap remeh.Perlahan laki-laki itu menurunkan senjatanya. Melihat Tama yang sepertinya menyerah, dengan cepat Rey berdiri dan mencuri senjata milik sang CEO. Kini suami istri itu berada di bawah

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERKELAHI

    Senja sudah berakhir. Langit terang telah berubah menjadi gelap. Akan tetapi sampai detik ini Tama masih belum juga menemukan kabar keberadaan sang istri. Laki-laki itu mengemudikan kendaraannya dalam keadaan yang frustasi. Sesekali dia memukul kemudi mobil dengan keras dan sesekali dia juga menjambak rambutnya sendiri.Setelah mendapatkan pengakuan dari penjaga mansion, Tama langsung melajukan kendaraannya keluar dari rumah besar tersebut. Beberapa staf kantor pun sempat dia hubungi untuk mencari tahu tentang Rey akan tetapi mereka semua tidak tahu. Yang mereka katakan hanya satu yaitu Rey keluar dari kantor dengan cepat dan terburu-buru.“Aku berjanji padamu Rey, aku berjanji demi mendiang ayah dan juga ibuku, jika sampai kamu menyentuh Zahra sedikit saja, aku akan membunuhmu,” gumam Tama dengan sorot mata yang tajam.Fokus laki-laki itu membuyar saat dia mendengar ponselnya yang berdering. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut.“Bagaimana, Alex?” tanya Tama pada orang diba

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   ZAHRA MENGHILANG

    Jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat mobil yang dikendarai oleh Tama sampai di halaman parkir mansion. Setelah bertemu dengan Kiran dan menyelesaikan masalahnya dengan pengacara Aldi, laki-laki itu memilih untuk langsung pulang ke rumah saja, tanpa menyempatkan diri ke kantor. Dia sudah tahu apa yang sedang terjadi disana dan Tama akan membiarkan Rey bersenang-senang sesaat sebelum besok dia akan membalikkan keadaan.Seperti biasa para pelayan berjajar di depan pintu untuk menyambut sang CEO. Namun ada yang aneh disana. Di dalam barisan para wanita itu, Tama tidak melihat sosok Nufa dan juga sang istri - Zahra. Kedua mata laki-laki itu seketika melirik ke atas. Menatap pintu kamarnya yang masih tertutup.“Hmm, mungkin dia ketiduran lagi karena lelah,” ucap laki-laki itu dalam hati.Sebuah senyum terukir manis di bibir Tama saat dia membayangkan tubuh mungil sang istri yang sedang terbaring di atas kasur. Entah kenapa tapi semenjak hubungan diantara mereka membaik, membuat Tama

DMCA.com Protection Status