Home / CEO / JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM: Chapter 61 - Chapter 70

122 Chapters

TIKET BULAN MADU

Tama, Zahra, Ibu Naya, Nufa dan juga Rey kini dalam perjalanan kembali pulang ke mansion. Kali ini mereka hanya menggunakan satu buah mobil saja yang dikendarai oleh Rey. Tama duduk di kursi depan, Zahra dan juga Ibu Naya duduk di kursi tengah, sedangkan Nufa duduk di kursi belakang. Semenjak Zahra menikah dengan Tama, Nufa jadi lebih banyak diam. Dia tidak mau terlalu banyak berinteraksi dengan Zahra mengingat kali ini gadis itu bukan lagi bawahannya melainkan majikannya. Walaupun Zahra selalu menekankan jika hubungan kedekatan diantara mereka tidak akan pernah berubah akan tetapi wanita paruh baya itu sangat takut untuk berurusan lebih dalam dengan anggota resmi keluarga Kalingga.Sepanjang jalan, Zahra selalu membayangkan kira-kira hadiah apa yang akan diberikan oleh Ibu Naya kepadanya dan juga Tama sebagai hadiah pernikahan mereka. Tadi di kamar hotel, wanita tua itu tidak langsung memberikannya kepada mereka. Katanya dirinya akan memberikannya setelah mereka sampai di mansion.B
Read more

CERITA MASA LALU TAMA

Zahra yang pagi itu sedang membereskan pakaiannya untuk dimasukkan ke dalam lemari Tama harus tersentak saat terdengar seseorang mengetuk pintu. Gadis ini sengaja tidak membiarkan para pelayan yang mengaturnya karena dia tidak terbiasa jika semua barangnya disentuh oleh orang lain. Apalagi pakaian dalam. Bagi Zahra itu sangat memalukan."Ibu," panggil Zahra lirih saat melihat sang Ibu yang sudah mengetuk pintu itu."Apa kamu sedang sibuk, Nak?" tanya Ibu Naya sambil tersenyum."Tidak Bu? Apa Ibu mau masuk?" tanya gadis itu. Dia baru saja hendak melangkah mendorong kursi roda saat satu tangan wanita tua itu terangkat ke atas, menolak."Tidak. Tadinya Ibu ingin ditemani keliling taman belakang. Tapi itu juga jika kamu sedang tidak sibuk," ujar Ibu Naya lembut. Sang menantu pun tersenyum."Ibu ini, seperti bicara sama siapa aja. Bukankah dari dulu aku selalu bilang jika akan selalu ada waktu untuk Ibu, sesibuk apapun aku."Ucapan dari Zahra membuat senyum di bibir Ibu Naya kembali berkem
Read more

JANGAN TINGGALKAN TAMA

Membahas tentang kematian Tasya membuat Zahra kembali teringat akan sang sahabat. Raut wajah gadis itu berubah menjadi sedikit murung."Bu, aku minta maaf," ucap gadis itu lirih. Ibu Naya menatap sang menantu dengan tatapan bingung."Ada apa Nak? Kenapa kamu tiba-tiba meminta maaf?" tanya sang mertua."Dulu aku tidak tahu jika Tasya adalah anggota keluarga Kalingga," kata Zahra lagi. Ibu Naya semakin mengerutkan dahinya."Sebentar. Kamu kenal dengan Tasya?" tanya Ibu Naya. Zahra mengangguk."Iya Bu. Tasya adalah sahabatku sewaktu kami sekolah dulu.""Memangnya kamu satu sekolah dengan Tasya?" tanya Ibu Naya lagi. Kini dia yang merasa penasaran tentang hubungan Tasya dan juga Zahra."Bukan Bu. Aku mana ada biaya untuk bisa belajar di sekolah elite seperti itu. Aku hanyalah gadis penjual aksesoris di halaman sekolahnya."Ibu Naya cukup kaget dengan hal itu. Zahra akhirnya menceritakan bagaimana pertemuan mereka hingga akhirnya kedua gadis itu menjadi sahabat. Zahra juga bercerita dulu T
Read more

SAMPAI DI HOTEL

Zahra membuka matanya perlahan saat dia merasa sudah tidak ada lagi guncangan. Saat kedua matanya terbuka sempurna, dia bisa melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dari balik jendela yang ada di sampingnya. Sebuah langit yang dipenuhi dengan awan putih bak kapas yang lembut.Kedua mata Zahra membulat sempurna merasa takjub menatap kumpulan awan itu. Untuk pertama kalinya dia merasakan berada di atas awan. Gadis itu memiringkan tubuhnya ke arah jendela agar dia bisa menikmatinya dengan lebih jelas."Tuan. Ini benar-benar indah. Apa anda tahu? Saya baru pertama kali mengalami berada di atas awan seperti ini. Ternyata naik pesawat itu rasanya seperti ini ya Tuan?" tanya Zahra tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela tersebut."Sejak dari dulu saya selalu bermimpi bisa naik pesawat terbang," ucapnya lagi. Tiba-tiba gadis itu sedikit murung saat dirinya teringat akan sesuatu."Dulu, Kak Satria pernah berjanji jika kami menikah, dia akan mengajakku naik pesawat. Hmm…" Zahra menghe
Read more

MAKAN MALAM

Malam itu Zahra duduk di sofa sambil menonton televisi. Sesekali matanya melihat sang suami yang masih asik dengan layar laptopnya. Terkadang dia juga kesal, bukankah ini adalah momen liburan untuk mereka? Lalu kenapa juga laki-laki itu masih disibukkan dengan pekerjaannya?Beberapa kali Zahra memindahkan channel. Menurutnya tak ada satupun acara yang menarik. Gadis itu membuang nafas kasar saat perutnya mulai terasa lapar. Dia melihat ke arah jam di dalam kamarnya yang sudah menunjukkan waktunya makan malam."Apa dia tidak lapar? Biasanya kalau di mansion, jam segini udah siap aja di meja makan," gerutu Zahra dalam hati. Karena kesal, gadis itu pun akhirnya mematikan televisinya. "Kalau aku minta makan, dia marah gak ya?" pikir gadis itu lagi. Kali ini dengan menatap Tama intens."Ada apa?" ucap laki-laki itu tiba-tiba tanpa menoleh ke arah Zahra sedikitpun. Gadis itu kaget lalu tersenyum. Sesaat kemudian dia berdiri dan perlahan berjalan mendekati sang suami. Ada rasa ragu saat d
Read more

JALAN-JALAN

Selama perjalanan pulang dari restoran menuju hotel tempat mereka menginap, harus mereka lewati dalam diam. Beberapa kali Zahra melirik ke arah sang suami yang berada di balik kemudi mobil. Tatapan matanya memang fokus menatap ke arah depan akan tetapi Zahra tahu jika laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu. Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas dari kening sang suami yang sesekali mengkerut.Sebenarnya hati kecil gadis itu ingin sekali bertanya ada apa akan tetapi tingkat keberanian yang dimiliki oleh Zahra belum sampai pada level itu. Dia belum berani untuk ikut campur terlalu dalam, kecuali Tama sendiri yang berbicara kepadanya dan meminta pendapatnya.Selang beberapa menit kemudian, mobil mereka pun telah sampai di hotel. Tama dan juga Zahra berjalan berdua menyusuri lobi hotel menuju ke arah lift agar mereka bisa sampai di kamar. Keduanya masih tetap diam."Oh ya Tuhan, kenapa suamiku sangat dingin seperti es balok?" gerutu Zahra dalam hati.Sesampainya di kamar hotel, tanpa b
Read more

HARAPAN

Zahra masih terdiam memandang sang suami dengan aneh. Menyadari dengan apa yang sudah dia ucapkan dan dia lakukan, Tama pun seketika menurunkan emosinya. "Ma… maksudku… maksudku kamu itu adalah menantu dari keluarga Kalingga. Keluarga ternama dan juga pengusaha sukses. Jadi tidak boleh ada seorangpun yang menjelekkanmu. Apa kamu paham?" ucap Tama masih dengan nada tinggi. Zahra mengangguk tapi sambil tersenyum. Dia menatap wajah Tama dengan tatapan yang menggoda. Dan hal itu berhasil membuat Tama menjadi salah tingkah."Kenapa melihatku seperti itu?" tanya laki-laki itu lagi."Tidak," jawab Zahra singkat, masih dengan bibir yang tersenyum."Kamu sudah gila!" umpat Tama. Laki-laki itu pun akhirnya melangkah pergi meninggalkan Zahra. Dia berjalan keluar menuju ke arah mobil."Hey Tuan, kenapa pergi? Kita belum melihat matahari terbenam," teriak Zahra."Aaaahhh," kesal gadis itu. Dia menghentak-hentakan kakinya lalu pergi mengikuti kemana sang suami pergi.*** Malam hari yang begitu t
Read more

BERTEMU DENGAN SONIA

Tama dan juga Zahra sedang duduk di dua kursi yang berhadapan. Posisi mereka hanya terhalang sebuah meja yang berisi dua buah makanan dan dua buah minuman. Pagi ini pasangan suami istri itu lebih memilih untuk melaksanakan sarapan di restoran hotel saja. Hari ini entah mengapa tapi Zahra merasa tidak bersemangat sekali. Tama tidak mempermasalahkan hal itu. Belakangan ini dia memang sedikit acuh pada Zahra. Dia sedang tidak ingin berdebat ataupun berkelahi dengan gadis itu. "Kamu kembalilah ke kamar. Aku harus pergi ke suatu tempat," ucap Tama setelah mereka selesai sarapan. Zahra menatap sang suami."Tuan mau kemana?" tanya gadis itu."Bukan urusanmu!" jawab Tama tegas seperti biasa.Awalnya Zahra merasa senang karena jika Tama pergi maka dirinya memiliki kesempatan untuk kembali bersantai dan tidur-tiduran di kamar. Akan tetapi dia ingat dengan pesan sang Ibu mertua yang mengatakan kepadanya untuk terus bersama dengan Tama. Dia harus menempel pada laki-laki itu kemanapun Tama akan
Read more

DIA ISTRIKU

"Tama, aku sangat merindukanmu."Sebuah ucapan yang sungguh sangat mengejutkan baik bagi Tama maupun Zahra. Apalagi laki-laki itu juga merasakan kehangatan yang sejak dulu dia sangat rindukan dari dekapan Sonia. Zahra menoleh ke arah samping. Kedua matanya membulat sempurna saat dia melihat ada wanita lain yang sedang memeluk suaminya dari belakang. Gadis itu beralih menatap Tama yang hanya berdiri diam mematung. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam pikiran Zahra, Kenapa Tama hanya diam saja? Apakah laki-laki itu menyukainya? Apakah suaminya itu memang masih memiliki rasa cinta untuk mantan kekasihnya itu?Tama menutup matanya sejenak. Membuang nafas berat seolah mengumpulkan semua tenaganya. Baru kali ini Zahra melihat laki-laki itu tak tegas akan suatu hal. Dan sejujurnya ada sedikit rasa kecewa di hati Zahra melihat sang suami bersikap seperti itu. Setelah kedua matanya kembali terbuka, Tama menggerakkan tangannya lalu memegang kedua tangan lembut Sonia yang saat itu melingkar
Read more

HUBUNGAN TAMA DAN SONIA

Beberapa tahun yang lalu."Wah, ini indah banget, Tama," ucap Sonia. Mata gadis itu berbinar dengan bibir yang tersenyum sangat lebar. Bagaimana tidak, sebuah cincin berkilauan permata dengan harga yang fantastis ada di depannya dan sebentar lagi akan menjadi miliknya. Sore itu Tama sengaja mengajak Sonia berjalan-jalan. Mereka berkeliling kota hanya untuk menikmati kebersamaan keduanya. Setelah lelah berkeliling, Tama pun mengajak sang kekasih pergi ke sebuah restoran outdoor dengan pemandangan puncak gunung yang sangat indah. Tempat itu sudah disewa oleh sang CEO dan sudah dihias sedemikian rupa agar menjadi tampak sangat romantis. Tama memang sudah merencanakan semua ini jauh-jauh hari. Hubungannya dengan Sonia yang baru menginjak tiga bulan lamanya nyatanya tidak menyurutkan semangat Tama untuk melamar gadis itu. Apalagi hubungannya dengan Sonia sudah mendapat restu dari sang Ibu. Memang tidak secara langsung juga. Saat Tama membawa Sonia ke rumahnya dan memperkenalkannya pada
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status