Selamat membaca.PERHATIAN! Bab ini mungkin mengandung muatan provokasi. Mohon bijak dalam membacanya!"Aku tidak pernah memimpikan pelarian dan pengejaran tanpa akhir, karena aku juga manusia. Aku bisa merasa lelah, mau sekuat apapun, sekaya apapun, aku tetaplah manusia. Dan yang ku lakukan saat ini bukanlah menghindari kematian, melainkan hanya menundanya." ucap Sania membatin sembari melihat ke arah kaca gantung yang sudah retak dan berdebu.Dalam kegelapan dan kesesakan, dia bersembunyi di balik sofa tua berbau, tanpa memperdulikan luka yang ia dapat akibat pelariannya. Sania menatap lukanya sembari menghembuskan nafasnya kasar. "Tidak apa-apa Sania, kau pasti bisa, kalau pun infeksi, aku tidak akan mati, ya, tidak akan mati." Mata Sania menajam. Menatap bayangan pria dengan belati ditangannya, sedang mencarinya. "Hanya akan terluka." sambungnya.Wush!Dengan tekat kuat, Sania bangkit. Ia memutuskan untuk menampakan dirinya yang compang camping, dengan tatapan berani. Sementara t
Baca selengkapnya