Selamat membaca.Luke keluar sembari memperbaiki kerah bajunya yang berantakan. Barulah saat itu, dia membiarkan sang kakek masuk.Agak berantakan, tapi sang kakek mencoba untuk bertanya. Di bandingkan dengan itu, pria lanjut umur itu lebih penasaran dengan kehadiran seorang wanita yang saat ini sedang duduk di samping Luke yang begitu posesif. Gadis kecil seperti merpati itu terlihat baik-baik saja dengan kehadiran Luke Conan.Dia menyipitkan matanya, menahan rasa ingin bertanya karena Luke pasti tidak akan pernah sepemikiran dengan otaknya yang sudah tua.Pria tua itu meneguk teh yang di sajikan pelan, sembari menatap wanita di samping Luke. "Bagaimana sebenarnya kau mengurus apa yang akan ku tinggalkan untukmu Luke?" tanyanya langsung pada permasalahan, juga alasan mengapa ia ada di tempat ini.Luke melirik sang kakek dengan tatapan datar. Tak ada tertarik-tariknya sama sekali. "Aku hanya sedang menunggu seseorang." jawab Luke.Sang kakek langsung menatap Sania. sudah jelas orang y
Selamat membaca.Deg! Nael tertegun. Ia tidak tahu kalau kata-kata yang tak pernah ia terima dari siapapun itu, akhirnya keluar dari mulut orang paling ia segani.Bodoh. Kenapa Nael harus menerima kata itu, memangnya apa yang salah? "Bukankah kalian mengunakan hal sama?" pikir Nael, ia mengepalkan tangannya kuat.Hatinya tak baik-baik saja, tapi saat tahu kalau Sania ada disini. Ia cukup senang akan hal itu.…Di ruangan Luke, Sania terlihat risih. Karena di tatap Luke secara berlebihan seperti itu."Aku sudah disini, maka dari itu berhentilah menatapku terus." Lama-lama wajah Sania bisa habis oleh tatapan Luke—sambung Sania membatin. "Luke!" kesalnya.Luke terkekeh. "Maaf," ucapnya.Bangkit dari tempatnya, Luke berjalan ke arah meja kerjanya. Sebelum menarik lagi, guna mengambil beberapa dokumen dengan map hitam, lalu di berikan ya itu kepada Sania."Apa itu?" Sania mengerutkan keningnya. "Bacalah!" titah Luke.Sania curiga. Ia melirik dokumen dan pemilik dokumen itu singkat, sebelu
Selamat membaca.Aku berbicara kepada Nael, setelah Luke memutuskan untuk melangsungkan rapat mendadak untuk menghindari Omelanku. Aku tahu ini aneh, tetapi kita baru saja bertemu. Rasanya kurang tepat ya berkelahi di tempat umum untuk mengutarakan ketidaksetujuan ku kepada Luke—pikir Sania membatin.Pria itu jadi sedikit berbeda."Nael, haruskah aku menerima pekerjaan ini?" ucapku, mengutarakan isi hatiku lewat wajahku yang sangat tidak menyukai keputusan Luke Conan.Nael berdehem. Ia menatap ke arah lain sebelum tersenyum cangung pada Sania, katanya. "Terima saja." semata-mata Nael putuskan, sebab ia membutuhkan bantuan Sania. "Tapi hatiku, dia bilang tidak usah di terima. Itu membebaniku.""Kenapa membebani? Aku ada di sampingmu, Luke pun demikian. Apa yang kau cemaskan Nona?" godanya, mencoba untuk membujuk Sania agar mau ikut serta dalam neraka yang Luke diapakan dalam bentuk lembar kerja yang menguras otak dan tenaga.Tersenyum menanggapi. Sania menganggukan kepalanya setuju. "
Selamat membaca.Sebelum membuat rencana yang besar, masing-masing dari mereka membuat rencana untuk menaklukan Lisa dan pengawasan ketatnya itu.Mereka menggunakan berbagai cara untuk bisa membuat cela. "Anggap saja ini seperti latihan.""Itu kan bukan tugas kita untuk mengawasi Lisa, dia itu penipu licik yang mengelabui kita beberapa kali. Turun ke lapangan adalah tugas orang lain!"Semua menganggukan kepala mereka setuju pada satu argument yang di nyatakan salah-satu manusia yang ada di dalam ruangan ini.Itu benar, Sania tidak akan mengelak. Tapi yang ia lakukan sekarang, mungkin bisa membantu mereka nantinya."Oke rencana sudah di siapkan. Kita hanya perlu mematikan beberapa kamera keamanan untuk sampai ke tempat Darrel.""Maksudnya jalan ke ruangan pak Darrel?""Bukan, tapi ruangan lain.""Kenapa?"Karena lawan yang akan mereka hadapi pertama adalah Lisa dan segala makiannya itu. Sania berpikir untuk membuat Lisa menuju ke arah taman, soal ketahuan dan tidaknya itu urusan belak
Selamat membaca.Ide bagus,pergi ke tempat cukur bersama Sania. Luke sangat senang dan puas akan hari ini, tapi masalahnya.Hari sudah larut dan hanya sedikit toko yang buka 24 jam, mungkin minimarket masih mungkin tapi tempat cukur mungkin lebih dari mustahil untuk ada.Tapi anehnya, Sania dan Luke berhasil menemukan tempat yang cukup berkelas. Setelah Luke mengancam dan membuat semua orang yang mengantuk mendapatkan semangatnya kembali.Sania menepuk dahinya melihat ekspresi mengerikan Luke dari kaca."Aku saja." pinta Luke.Semua staff langsung menatap ke arah Sania yang menawarkan diri. Mereka saling tatap, sebelum memberikan alat cukur pada Sania.Luke menyingungkan senyumannya. "Apakah aku bisa mempercayaimu?""Ini bukan pertama kalinya Luke."Benar. Sania pernah melakukan ini pada Luke saat mereka masih saling menghargai sebagai partner—teknik ini juga di ajarkan Luke saat ia belum tahu kalau Luke ternyata sudah menjadi ahli waris.Jujur Sania tertipu, tapi keduanya juga saling
Selamat membaca.Sesampainya di apartement, Sania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang empuk. Sebelum ia bangun, mandi dan bersiap menggunakan kemeja putih dan rok hitam dengan merek dan kualitas tinggi.Setelah selesai, Sania memakan sederhana namun sangat mahal. Saat makan, Sania bahkan tertawa evil, ia. Tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.***Di kantor, semua keluarga berkumpul. Mereka hanya menatap Luke dengan tatapan kekecewaan, karena saat ini perusahaan berada dalam ambang kehancuran."Kita butuh dana tambahan."Luke mengecek semua dokumen yang berisi kelalaiannya, disisi lain. Ia tak bisa menyalahkan Nael untuk semua yang terjadi."Bagaimana dengan para penipu itu?" tanya Luke.Darrel yang berdiri di belakang Luke menganggukan kepalanya. Lalu berkata, "kami sedang mengejarnya, agak sulit karena kami kekurangan senjata. Dan sepertinya mereka di lindungi oleh organisasi asing." jelasnya panjang lebar, Darrel juga sedang kesusahaan."Kita bisa menjual aset berhar
Selamat membaca."Sania, kau itu sebenarnya siapa?"Pertanyanan yang muncul dari mulut Darrel, nyatanya hanya membuat Sania tersenyum. Anehnya, Sania terlihat sedih sekarang."Ada yang bilang, kalau aku berbakat dalam hal ini." Tetapi anehnya, Sania tak menyukai pujian itu. Mereka tahu bakat Sania, mereka juga tahu kemampuan Sania. Tapi bagi beberapa orang, seperti Lisa. Yang masih tak mengerti apa yang saat ini sedang di katakan oleh Karyawan manang yang hanya menggunakan wakahnya untuk memikat pak Luke dan yang lainnya.Ia mengeryitkan dahiku. Masih tidak terima dengan apa yang terjadi saat ini.Sementara Matias mengangga, dia tak bisa mengatakan apapun. Seolah semua kata tertahan alam benaknya, dan ribuan pertanyaan memenuhi kepalanya saat ini.Itulah alasan mengapa petusahaan B. Grup berada di urutan kedua. Semua karena…."Tidak mungkin!""Tapi ini semua berkat Gavin juga kok." Sania tersenyum sembari mengeringkan matanya pada sekertaris kepercayaannya itu.Sementara Gavin berdeh
Selamat membaca.Keesokan harinya saat tubuh dan otak Sania tidak selaras, dia tetap memaksa untuk pergi bekerja. Guna memperbaiki kesalahannya karena kegagalan rencana mereka.Tentu saja Nael harus mengigit bajunya karena Sania begitu keras kepala."Kau belum pulih, kau, masih, SAKIT!" teriaknya di akhir pada Sania. Dia emosi karena Sania sok kuat padahal kondisinya masih sehat. "Sania…."Sania yang risih dengan sikap Nael, langsung membekap mulut Nael dengan kapas. "Sania!""Apakah kau tidak bisa diam, lagi pula di sana juga ada Luke.""Tidak bisa, kalau kau pergi sekarang. Maka Luke benar-benar akan memutus nadiku. Dan merebus kepalaku dan memajangnya di…."Ucapannya berhenti saat tak melihat kehadiran dari Sania, yang tersisa hanyalah pintu kamar ruangan yang terbuka. Meninggalkan angin pelan yang mendorong pintu—Nael mengendus. Lalu, "BAGAIMANA BISA WANITA ITU BEFJALAN DALAM KONDISI SEPERTI ITU?"Apa Sania benar-benar punya sembilan nyawa? Atau apakah, "dia seorang Dewi bulan?"