Selamat membaca.Keesokan harinya saat tubuh dan otak Sania tidak selaras, dia tetap memaksa untuk pergi bekerja. Guna memperbaiki kesalahannya karena kegagalan rencana mereka.Tentu saja Nael harus mengigit bajunya karena Sania begitu keras kepala."Kau belum pulih, kau, masih, SAKIT!" teriaknya di akhir pada Sania. Dia emosi karena Sania sok kuat padahal kondisinya masih sehat. "Sania…."Sania yang risih dengan sikap Nael, langsung membekap mulut Nael dengan kapas. "Sania!""Apakah kau tidak bisa diam, lagi pula di sana juga ada Luke.""Tidak bisa, kalau kau pergi sekarang. Maka Luke benar-benar akan memutus nadiku. Dan merebus kepalaku dan memajangnya di…."Ucapannya berhenti saat tak melihat kehadiran dari Sania, yang tersisa hanyalah pintu kamar ruangan yang terbuka. Meninggalkan angin pelan yang mendorong pintu—Nael mengendus. Lalu, "BAGAIMANA BISA WANITA ITU BEFJALAN DALAM KONDISI SEPERTI ITU?"Apa Sania benar-benar punya sembilan nyawa? Atau apakah, "dia seorang Dewi bulan?"
Selamat membaca.Angin berhembus dengan begitu lembutnya menerpa wajah Sania saat melewati jendela terbuka di perusahaan. Lalu dengan lembut pula, sebuah senyuman terukir dari dua sudut bibirnya. Kepalanya tertunduk singkat, Sania merasa sangat senang sekarang. Satu-satunya—pikirnya membatin.“Kau tersenyum?” tanya Gavin, alisnya mengerut saat melihat Sania tersenyum seperti itu. Sangat tulus dan asli, seakan ada yang sudah benar-benar membuat ia bahagia.Sania menatap Gavin sembari tersenyum smirk. Dan pria dengan kacamata itu hanya menghembuskan nafasnya kecewa. “kau mengubah senyumanmu lagi. Itu palsu kan?” Tebak Gavin. Sania hanya merespon sambil tersenyum aneh. Itulah yang menjadi alasan, mengapa Gavin lebih baik tidak bicara terlalu lama dengan Sania. Sebab semakin mengenal wanita dengan ribuan luka transparan itu hanya akan membuatmu masuk ke dalam jurang yang ia buat.Meski terasa sangat dekat, tapi percayalah. Gavin menyadari kalau langkah yang mereka buat malah akan memb
Selamat membaca. Dengan terburu-buru Sania bergerak menuju tempat yang Luke maksud, namun dalam perjalanan. Bensinnya habis. “Bagaimana bisa aku seceroboh ini?” kesalnya.Untungnya di depannya ada pompa bensin. Meski agak jauh, Sania harus merelakan pakaiannya untuk mau di sentuh oleh rintikaan hujan yang memang cukup deras.Dengan tangannya sebagai patung, Sania berlari di antara malam yang dingin dengan sepatu high-heels yang mungkin akan terlepas atau tidak bisa digunakan lagi karena Luke pasti akan memberikannya yang baru.Saat berada di areal masuk, seseorang menarik tangan.Sania menoleh, ternyata itu adalah Luke Conan. Ia lantas mengerutkan keningnya. “Luke?!”Tak mengubris, Luke langsung menarik tangan Sania untuk ikut dengannya. Rupanya Luke baru selesai mengusi bensin. Dalam mobil Sania mencemaskan mobil yang ia gunakan. “mobilku …”“Aku akan menghubungi Nael untuk memindahkan mobil yang kau curi darinya itu!” sindir Luke pada Sania yang hanya tersenyum kecil.Karena mema
Selamat membaca.Ketika tangan Luke mulai bermain-main dengan rambut setengah kering milik Sania, timbul getaran aneh, dalam diri Sania. Ia merasa kalau rasa dinginnya mulai berubah menjadi lebih hangat dari sebelumnya.Di tengah keheningan, Sania menelan salivanya kasar. Kemudian menjauh dari Luke disaat ada kesempatan.Tahapan Luke tentu saja menatap Sania dengan raut wajah tak terima. Sebab Sania menolak kasih sayangnya.“Apa aku menyakitimu?” Tanya Luke sambil menatap Sania yang malah mengelus lengannya, seperti seorang wanita yang merasa kalau apa yang baru saja Luke lakukan adalah tindakan yang buruk.Semua orang bisa memiliki pikiran yang buruk kan?Mendegus Luke berduri dari sofa, lalu mengumumkan tangannya pada Sania. Ia omgin melihat reaksi apa yang akan Sania tunjukkan padanya. Dan saat Sania melangkah mundur, Luke menaikkan satu aalisnya ke atas.“Sania?”Dengan senyuman getar, Sania mencoba menatap Luke. Sembari menjelaskan maksud ia menghindari Luke saat uji. Tentu saja
Selamat membaca. Beberapa turnamen kemudian, akhirnya mobil Luke bisa dihentikan. Itu semua juga berkat Darrel dan keluarga Conan yang turut campur untuk menghentikan si binatang buas yang sangat berbahaya saat ini. Saat semua berkumpul, Sania mengelengkan kepalanya, saat melihat Luke dengan senapan laeas panjang yang ada di kursi samping pengemudi. Tunggu. Dari mana Luke mendapatkan senjata itu, dari bentuknya senjata itu terlihat tak asing di mata Sania saat ini.“Minggir!” tegas Luke.Saat ia mencoba untuk menyambar keluarganya sendiri, ibu tirinnya dengan cepat menarik Sania ke depan mobil Luke.Sania tersenyum aneh, pasalnya ia sedang di jadikan tameng oleh keluarganya sendiri dari keluarganya yang lain.Melihat Sania Luke hanya bisa memukul kuat setir mobilnya. Ia ingin menjelaskan, tapi penjelasan itu akan menjadi sangat panjang.…Kantor.“Berapa kali sudah ku katakan kepadamu kalau masalah ini tidak boleh sampai pada Luke, aku sudah memperingatkan mu Sania. Tapi kenapa kau
Selamat membaca.Selesai.Brak! Sania memukul meja kerjanya karena akhirnya pekerjaannya selesai, ia tinggal meminta Luke untuk melakukan meeting pertama setelah hampir mengalami kebangkrutan. “Bagaimana kalau kita pergi makan….”Sania menatap ke arah kiri dan kanan, segera ia langsing terhadap. Kalau kantor sudah sepi, lalu tak sengaja matanya tertuju pada kalender kecil yang ada di samping menanyakan. Dimana hari ini adalah hari libur, karena tertunda merah di tanggal 6.Dia menundukan kepalanya sambil tersenyum getar, pasalnya perutnya sudah sangat kosong sekarang.“Kenapa menundukan kepala Sania?” Pertanyaan yang berasal dari suara baraton yang begitu ia kenali, membuat Sania mendonggakan kepalanya menatap pria yang tak lain adalah Luke conan itu sendiri.Dari ujung terowongan terkecil pun Sania bisa tahu kalau suara itu adalah milik Luke. Tapi ia tidak tahu harus menanggapi suara itu sebagai pertolongan dari malaikat baik atau malaikat maut yang akan membunuhnya saat ia melakuk
Selamat membaca. Karena mengganggu Luke conan, Sania harus menerima berjilid-jilid dokumen lainnya yang seharusnya dikerjakan oleh Gavin dan juga Nael. Dan rasanya Sania ingin memikirkan Luke saat ini,bareng bukannya berterima kasih padanya karena sudah membantu memulihkan perusahaan mereka, ia malah membuat Sania seperti pekerja tanpa bayaran yang jelas dan itu sangat menganggu Sania.Berulang kali wanita dengan pakaian hitam putih itu memilih kepalanya dibatasi meja kerjanya yang tadinya sudah bersih m, kini sudah penuh dengan tumpukan kertas yang membuatnya stres bukan main.“Kau mengganggunya lagi Sania?” tanya Nael, sambil melirik Sania yang sedari tadi terus menghembuskan nafasnya kasar.Nael tahu kalau Sania menderita sekarang, dia tidak yakin tapi sepertinya ada pembicaraan yang membuat Luke kembali marah besar pada Sania. Tapi ia tidak tahu apa itu.“aku kepanasan.” ucapan Sania—otaknya seperti manusia pecah, dan saat ini ia ingin mandi dan berendam selamanya ke dalam kolam
Selamat membaca."Kau bercanda kan?" tanya Luke sambil mencengkram kuat dagu Sania, tak lupa juga ia menatap Sania dengan tajam. Seolah Sania saat ini adalah musuhnya.Mengeryit, Sania tersenyum puas saat melihat ekspresi Luke yang ternyata tidak pernah berubah.Dia mendorong Luke dengan kasar. Lalu berkata, "harusnya aku tahu kalau sejak awal, kau memang seperti ini."Luke memiringkan kepalanya, menatap sisa dorongan Sania pada dadanya yang cukup kuat untuk ukuran tangan kurus yang mulus dan lemah—begitu pikirnya."Sayangnya sudah terlambat untuk menyesal Sania, kini kau tidak punya siapapun selain aku. Jadi," Luke menarik kerah baju Sania. "Jangan mencoba untuk melawanku, karena aku tidak suka di lawan olehmu Sania."Sakit. Kepala Sania tiba-tiba saja berdenyut, meski hanya berlangsung tak kurang dari satu menit.Rasanya ia seperti De Javu saat ini. Tatapannya kembali tertuju pada Luke. Apa mungkin, "kau takut kalah dariku atau? Kau pernah kalah dariku?!""Kau benar-benar…."Luke m