Home / Romansa / Gadis Nakal Milik CEO / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Gadis Nakal Milik CEO: Chapter 101 - Chapter 110

123 Chapters

Bab 101. Pernikahan Nola dan Robert

Syukurlah. Bayi di dalam kandungan Lolita baik-baik saja. Sudah satu minggu berlalu semenjak tabrakannya dengan pria asing menyebalkan itu, dia tidak mengeluhkan sesuatu pun. Dia juga sudah memeriksa keadaan kandungannya. Dan Dokter menyatakan kalau bayinya sehat, dan baik-baik saja. Tidak ada lagi yang perlu Lolita khawatirkan.Hari ini pernikahan Nola dan Robert diselenggarakan. Tapi, Lolita memilih menunggu Edgar di rumah sakit. Ayahnya, Jones, dan Franklin sedang menghadiri acara pernikahan Nola dan Robert. Mereka akan ke rumah sakit saat acara sudah selesai.Lolita duduk termenung di dekat Edgar. Diam dan tak bersuara. Tidak seperti biasanya, yang selalu mengajak berbicara Edgar, Lolita kini memilih menatap Edgar dalam diam.Lolita mendesah pelan. Sudah dua minggu, sejak Edgar mengalami koma karena racun yang tidak sengaja pria itu minum. Lolita tetap setia menunggu Edgar. Walaupun menunggu itu menjemukan, tapi Lolita akan melakukannya untuk Edgar. Untuk suaminya yang teramat dia
Read more

Bab 102. Pernahkah Kau Berharap?

Jones, Franklin, dan Roy telah sampai di rumah sakit hampir bersamaan. Mereka segera menggiring langkah mereka menuju kamar rawat yang dipakai untuk merawat Edgar.Mereka duduk di kursi tunggu, sementara Lolita ada di dalam ruangan bersama Edgar yang masih belum sadar dari komanya."Sudah dua minggu, Edgar belum juga bangun," gumam Jones sedih. Dia menjalin kedua tangannya di atas pangkuannya."Kita tidak tahu kapan dia akan sadar. Kita hanya bisa berharap yang terbaik untuk Edgar," balas Roy turut bersedih.Franklin yang duduk di antara Jones dan Roy hanya bisa mengangguk mengiyakan."Roy, bagaimana keadaan perusahaan Edgar? Masih kondusif kah?" tanya Jones sedikit khawatir. Karena perusahaan telah lama tidak diurus oleh Edgar. Perusahaan Jones saja sudah mulai mendapatkan masalah selama dia memulihkan diri pasca operasi. Dia tidak mau perusahaan sahabatnya itu mengalami hal yang sama.Roy mendesah pelan. "Perusahaan baik-baik saja. Tapi, aku cukup kewalahan mengerjakan tugas Edgar y
Read more

Bab 103. Harapan Yang Tak Sia-sia

Satu bulan berlalu begitu cepat. Tapi, Lolita melewatinya dengan penuh kesabaran. Dia tetap menghabiskan banyak waktunya untuk duduk menunggu Edgar di sisi suaminya itu, berharap Edgar akan segera bangun dari komanya.Jones, Franklin, Nola, dan Robert juga masih sering menjenguk Edgar, dan memberikan kekuatan serta semangat untuk Lolita.Lolita menatap Edgar yang masih memejamkan kedua matanya. Dia membelai lembut pipi Edgar dan mengecupnya pelan."Om, aku akan tetap di sini untuk Om. Jadi, Om tidak perlu khawatir jika Om kesepian," ucap Lolita kembali duduk setelah mencium pipi Edgar singkat.Lolita lalu membulatkan kedua matanya saat Edgar menggerakkan jemarinya pelan. Lalu, kedua mata pria itu perlahan terbuka.Edgar mengerjapkan kedua matanya pelan. Dia masih menyesuaikan pandangannya saat melihat ruangan serba putih yang dia tempati. Dia lalu menggerakkan pandangannya ke arah lain. "Lolita," gumam Edgar tanpa suara. Air matanya meleleh saat melihat gadis yang dia cintai berderai
Read more

Bab 104. Menemani Edgar

Roy, Nola, dan Robert akhirnya menyusul ke rumah sakit. Mereka tiba hampir bersamaan dan langsung menghampiri Edgar di kamar rawat pria itu.Di dalam kamar rawat Edgar, begitu ramai karena Jones, dan Franklin terus saja berdebat. Sementara, Edgar dan Lolita hanya tersenyum melihat adik kakak itu tetap adu mulut."Edgar pasti tidak mau juga punya adik sepertimu," tukas Jones bersedekap menghadapi Franklin. Dia bergeleng pelan karena adiknya itu sekarang begitu berani menjawab semua ucapannya di saat berada di depan Edgar, karena merasa dibela oleh sahabatnya itu."Itu hanya anggapanmu, Jones. Itu hanya pikiranmu saja. Tuan Edgar sudah menganggapku seperti adik Tuan sendiri."Jones memindahkan pandangan ke arah Edgar. "Benarkah itu, Edgar? Kau sudah menganggap Franklin seperti adikmu sendiri?"Edgar mengangguk lemah. "Iya. Sudah kalian berhenti berdebat. Kepalaku pusing mendengar kalian."Jones mengangguk menyerah. "Aku akan diam, Edgar."Nola dan Robert masuk ke dalam kamar rawat Edgar
Read more

Bab 105. Siapa Keluarga Brown?

Seorang pria duduk di sofa sambil menyesap kopinya. Dia menaikkan sebelah alisnya saat orang suruhannya masuk ke dalam ruang utama rumahnya."Ya. Bicaralah! Apa yang sudah kau dapatkan selama mengamati Jones?"Orang suruhan itu membungkuk dalam sambil berucap pelan. "Saya sudah menelusuri semua tentang Tuan Jones. Dia memiliki seorang adik yang sekarang bekerja sebagai sekretaris pribadinya. Dan Tuan Jones begitu akrab dengan Tuan Edgar dari perusahaan Beauty Corp."Sang pria tersenyum. Dia meletakkan cangkir kopinya ke meja. "Menarik. Padahal yang aku tahu Jones bermusuhan dengan Edgar. Tapi, mereka tiba-tiba menjadi dekat."Sang pria lalu mengibaskan tangannya. "Kau bisa pergi sekarang."Orang suruhan itu membungkuk sekali lagi, kemudian segera pergi dari hadapan Gio.Gio masih tersenyum. "Jadi perempuan yang aku tabrak di rumah sakit saat itu istrinya Edgar. Tapi, dia juga dekat dengan Jones. Hubungan yang sangat rumit."***Lolita menyuapi Edgar dengan sangat telaten. Di saat ada
Read more

Bab 106. Kapan Boleh Pulang?

Jones keluar dari rumah sakit bersama dengan Franklin."Jadi, bisa dikatakan Gio dulu adalah adik kelasku saat masih sekolah? Dia satu kelas denganmu, tapi kau tidak dekat dengannya?" tanya Jones saat dia berderap ke area parkir rumah sakit menuju mobilnya.Franklin mengangguk membenarkan. "Iya. Mungkin, kau tidak menyadarinya. Karena dia bukan siswa yang populer saat itu. Hanya saja dia sudah memiliki sifat liciknya sejak dulu. Aku ingat dia pernah membuat temanku yang lain dihukum karena terkena fitnah dari Gio. Padahal Giolah yang melakukannya."Jones mengangguk paham. Dia terdiam sebentar, membuka pintu mobil saat sudah sampai di samping mobilnya, lalu masuk ke dalamnya.Setelah berada di dalam mobil dan Franklin juga sudah duduk di sisinya, Jones kembali berucap. "Gio benar-benar licik. Tapi, dia tidak tahu kalau aku juga licik," tandasnya dengan sebuah senyuman di bibirnya.Franklin mengangguk setuju. "Ya. Kau juga licik, Jones.""Setelah ini kau akan pergi ke mana?" tanya Frank
Read more

Bab 107. Wanita Pertama Jones

Dengan sedikit canggung Jasmine mendekatkan wajahnya dan menunggu Jones menciumnya. Jones melirik ke samping. Tepat sekali pria bernama Gio itu sedang berada di cafe yang sama dengannya. Dia memang belum pernah bertemu dengan Gio secara langsung, tapi dia tahu wajahnya karena Franklin pernah memperlihatkan album kenangan sekolah milik adiknya itu padanya. Gio cukup berubah banyak. Style pakaian, dan rambutnya berubah, dan lebih cenderung meniru Jones. Entahlah, pria itu benar-benar meniru Jones atau hanya kebetulan mirip. Tapi, Franklin pernah bercerita kalau perempuan yang Gio sukai justru menyukai Jones. Ya, Jones jadi bisa sedikit menyimpulkan tentang Gio lewat cerita yang Franklin sampaikan padanya.Jones mengulas senyum tipis. Dia bisa menangkap lewat sudut matanya kalau Gio sedang melihat ke arahnya.Dengan gerakan pelan Jones mendekati Jasmine. Dia meletakkan sebelah tangannya ke leher wanita itu, lalu mencium bibir Jasmine panjang. Dia lalu melumatnya dan memperdalam ciumanny
Read more

Bab 108. Edgar Keluar dari Rumah Sakit

Edgar tak berhenti tersenyum saat dia sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter yang baru saja memeriksa keadaannya. Kini hanya ada dirinya dan Lolita di kamar rawat.Dia dibantu Lolita membereskan semua barang-barangnya. Sebelum semuanya dia bawa pulang."Roy tadi bilang kalau kau akan pulang denganku naik taksi, Lolita," tukas Edgar pada Lolita.Lolita mengangguk. "Iya, Om."Edgar belum diperbolehkan menyetir sendiri, mobilnya juga ada di parkiran apartemennya. Jadi, dia memilih untuk naik taksi saat pulang nanti. Namun, tak dia duga Jones tiba-tiba muncul dari ambang pintu mengejutkannya."Kau membuatku kaget saja, Jones Sialan!" Edgar memberikan tatapan tajamnya ke arah Jones.Jones terkekeh. "Maafkan aku, Edgar. Aku terlalu bersemangat karena kau sudah dibolehkan pulang hari ini."Edgar mengerutkan dahinya. "Dari mana kau tahu kalau aku sudah boleh pulang sekarang?"Jones mengangkat satu tangannya, dan mengarahkan telapak tangannya itu kepada Edgar. "Aku membacanya lewat tanganku."
Read more

Bab 109. Merangkai Nama

Lolita tersenyum saat melihat Edgar duduk bersebrangan dengan dirinya dan tampak begitu lahap memakan sandwich buatannya."Ini terasa lebih enak, Lolita," puji Edgar menghabiskan sandwich dalam waktu singkat.Lolita terkekeh pelan. "Tentu, akan terasa lebih enak. Karena selama ini lidah Om terus dihantam bubur."Edgar balas tersenyum lembut. "Oh ya, Lolita. Apa kau sudah punya rencana untuk membuat nama anak kita?"Lolita mengerutkan dahinya. "Aku ada rencana sih. Tapi, kan kita belum tahu bayi kita perempuan atau laki-laki, Om."Edgar mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan ke arah Lolita. "Bagaimana kalau kita membuatnya sekarang? Dua nama. Satu untuk bayi perempuan. Satunya untuk bayi laki-laki. Ini untuk berjaga-jaga."Lolita mengangguk mengiyakan. "Baiklah. Jadi, Om ingin menyumbang nama apa?"Edgar berpikir sejenak. "Kalau dihitung dari waktunya. Delapan bulan ke depan. Kau sepertinya akan melahirkan di musim dingin, Lolita. Jadi, aku akan menyumbangkan dua nama. Winter untuk pe
Read more

Bab 110. Menganggapnya Sangat Remeh

Gio terus menatap ke arah Jones sambil menyesap minumannya. Dia tadi pergi ke club karena orang suruhannya memberitahu kalau Jones akan pergi ke club bersama wanitanya. Gio mengamati setiap gerak-gerik Jones, untuk mencari tahu kelemahan pria itu yang bisa dia serang.Gio mengulas senyum tipis. Selain pemabuk, playboy, dan suka bermain wanita, Jones tak memiliki kelebihan yang lain. Bahkan mata-mata milik Gio yang bekerja di perusahaan Jones mengatakan kalau atasannya itu begitu santai saat di perusahaan. Jones sering meninggalkan perusahaannya hanya untuk hal yang sepele seperti bertemu dengan temannya atau wanitanya."Ternyata Jones pria rendahan, tapi kenapa Valen bisa jatuh cinta pada pria berengsek seperti Jones, huh?" desis Gio mencengkeram gelasnya sangat keras sampai otot di punggung tangannya timbul.Jones mencondongkan tubuhnya ke arah Jasmine. Dia tersenyum melihat wanita itu."Pipimu selalu merah saat di dekatku. Itu sangat menggemaskan."Jasmine semakin tersipu malu. Jant
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status