Home / Romansa / Gadis Nakal Milik CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gadis Nakal Milik CEO: Chapter 71 - Chapter 80

123 Chapters

Bab 71. Luka Yang Tersembunyi

Franklin bergerak menuju ruang kerja Jones. Dia mendorong pintunya pelan sambil melihat ke sekeliling. Ruangan itu begitu bersih dan rapi. Dia segera menyambar obat yang Jones maksud.Franklin mengernyit membaca tulisan yang ada di botol obat tersebut."Obat pereda nyeri. Memangnya dia sakit apa?" gumam Franklin pelan, dia lalu tercekat melihat tong sampah di pojok ruangan yang dipenuhi tisu yang terdapat noda darah. Cukup banyak.Kerutan di dahi Franklin semakin dalam. Apa yang selama ini Jones sembunyikan dari dirinya?Franklin menyimpan pertanyaan itu di dalam hatinya. Dia segera pergi pada Jones sebelum pria itu curiga karena dia berada di ruangan kerja Jones lama."Ini." Franklin menyodorkan obat tersebut ke depan Jones yang terbaring di atas sofa."Thanks." Jones memberikan senyumnya. Dia menerima obat dari tangan Franklin, dan menelan dua butir. Dia lalu menyambar botol air mineralnya yang kebetulan ada di meja ruang utama sehingga dia tidak perlu meminta tolong pada Franklin l
Read more

Bab 72. Basah-basahan

"Buket bunganya sudah, coklatnya sudah," tukas Edgar mengabsen barang bawaannya sebelum menjemput Lolita. Dia akan pergi dengan mobil yang terpisah dengan Franklin. Asistennya itu akan pergi dengan mobilnya sendiri. Karena Edgar tidak mau diganggu waktunya bersama Lolita.Edgar tersenyum puas. Dia kemudian menyuruh Franklin untuk pergi ke water park lebih dulu, dan dia akan menyusul setelah menjemput Lolita.Franklin mengangguk patuh. "Baik, Tuan," jawabnya pada Edgar. Dia kemudian melajukan mobilnya meninggalkan Edgar.Edgar tetap mempertahankan senyumnya. Dia juga masuk ke dalam mobilnya dan pergi ke apartemennya lebih dulu untuk menjemput Lolita. Semalam gadis itu begitu senang saat dia mengajaknya ke water park. Edgar juga senang. Dia tak sabar bermain air bersama Lolita, dan menghabiskan waktu seharian bersama gadis itu.Edgar melompat turun dari mobilnya begitu sudah tiba di apartemennya. Dia pergi ke unit apartemennya untuk mengajak Lolita pergi sekarang.Edgar mendorong pintu
Read more

Bab 73. Baru Mengetahuinya

"Aku tidak perlu menjawabnya kan?" Jones mengedikkan kedua bahunya."Berhenti mengikutiku, Jones. Berhenti pura-pura peduli padaku. Seharusnya kau tidak usah menolongku. Biarkan saja aku mati seperti saat kau meninggalkanku di sungai sendirian," ucap Franklin dengan pedih.Franklin mendengus geram. Jika kakaknya menolongnya dan perhatian padanya seperti ini. Dia akan sulit untuk membencinya."Aku akan pergi ke Tuan Edgar. Kau pergilah!" Franklin berdiri dan hendak meninggalkan Jones sendirian."Tunggu!" Jones menahan tangan adiknya. "Apa kau membawa baju ganti? Tidak mungkin kan aku pulang dalam keadaan basah seperti ini."Franklin menoleh pada Jones. Tatapannya dingin. "Kau tidak membawa baju ganti?"Jones bergeleng sambil menampilkan senyum tipisnya. "Aku tidak membawanya. Karena sejak awal aku ke sini, aku tidak berniat bermain air."Franklin memutar matanya malas. Dia tadi membawa dua baju ganti untuk berjaga-jaga. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Edgar. Dia ingin berbohong
Read more

Bab 74. Kejutan Dari Roy

Lolita dan Edgar pulang ke apartemen saat hari sudah mulai gelap. Edgar membeli dua botol sampanye yang langsung dia nikmati sambil menonton televisi di ruang tamu.Sedang, Lolita masih berada di kamarnya untuk menyimpan buket bunga dari Edgar. Dia selalu memindahkan bunganya ke vas yang ada di mejanya. Agar setiap kali dia bangun tidur dan hendak tidur, dia bisa melihatnya.Lolita tersenyum melihat bunga indah yang memenuhi mejanya. Dia lalu berbalik menuju Edgar.Lolita mengernyit saat melihat Edgar tertawa sendiri melihat televisi sambil minum sampanye langsung dari botolnya.Edgar menatap kemunculan Lolita. Dia mengulas senyum penuh arti. Dengan gerakan cepat dia menarik tangan Lolita dan menjatuhkan tubuh gadis itu ke sofa. "Lolita, aku mau sekarang," ucap Edgar menindih tubuh Lolita. Dia sudah setengah mabuk setelah menghabiskan dua botol sampanye sendirian."Om, tunggu."Edgar bergeleng sambil bibirnya mengerucut samar. "Aku mau sekarang, Lolita," tukasnya menuntut. Kedua tang
Read more

Bab 75. Tidak Bisa Melawan

Edgar dan Lolita pergi ke ruang tamu untuk menemui Roy. Edgar masih menggenggam erat tangan Lolita, agar gadis itu tidak takut.Roy menatap tajam Edgar, Lolita, kemudian beralih menatap kedua tangan Edgar dan Lolita yang terjalin erat.Roy beranjak dari sofa, dan langsung melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Edgar. Sampai Edgar jatuh ke lantai."Kau sudah gila ya, Edgar. Aku menyuruhmu menjaga Lolita, bukan merusaknya!" Roy tidak bisa mengendalikan dirinya. Dia tidak peduli jika Lolita melihat kemarahannya yang tak pernah dia tunjukkan sebelumnya di depan anaknya itu. Dia sudah terlalu murka sekarang."Dad, ini juga salahku!" teriak Lolita berusaha melerai Roy dan Edgar.Roy mendorong Lolita menjauh. "Kau diam saja, Lolita! Jangan membuatku semakin marah! Akan ada waktunya aku menyuruhmu menjelaskannya juga!"Lolita tercekat dengan sentakkan Roy. Ayahnya tidak pernah berteriak, membentak di depannya. Ayahnya benar-benar marah besar sekarang. Lolita memundurkan langkah, dan hanya
Read more

Bab 76. Sudah Tahu

"Apa ada hubungannya dengan Lolita, Roy?" tebak Jones setelah menyesap minumannya."Kau tahu dari mana?" tanya Roy terkejut. "Eumm …. Bagaimana ya aku menceritakannya padamu? Intinya aku pernah berada di antara hubungan mereka berdua. Awalnya aku juga merasa aneh saat melihat Edgar dan Lolita. Hubungan mereka tidak sekedar anak sahabat dengan sahabat ayahnya. Lebih dari itu," jawab Jones mengedikkan bahunya. Tapi, memberikan efek yang luar biasa pada Roy, sampai Roy enggan makan kuenya dan lebih tertarik pada cerita Jones."Bisakah kau menceritakannya lebih detail? Sejak kapan mereka jadi sangat dekat?" tanya Roy penasaran.Jones mengusap dagunya, mencoba mengingat-ingat. "Sepertinya sebelum aku bertemu dengan Lolita satu bulan yang lalu di Central Park, mereka sudah terlihat sangat dekat."Jones tidak akan menceritakan pada Roy kalau dia pernah tertarik pada Lolita. Karena dia sudah melupakan perasaannya itu. Dan tidak ingin hal itu diungkit-ungkit kembali."Berarti sudah lama ya,"
Read more

Bab 77. Tersenyumlah Lagi

Satu hari berlalu. Lolita tidak seceria biasanya. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar, melamun sendirian. Tidak ada yang benar-benar ingin dia lakukan. Ponselnya masih disimpan oleh Roy, dan ayahnya itu juga melarangnya keluar rumah dengan alasan apapun untuk sementara.Roy melirik ke arah pintu kamar Lolita. Dia hanya akan menyiapkan sarapan untuk anaknya itu sebelum berangkat bekerja. Kemarin dia memikirkan tawaran dari Jones dengan lebih matang. Lalu, pada akhirnya dia memilih menerima tawaran Jones, dan melepaskan pekerjaannya sebelumnya yang menjadi karyawan di perusahaan kecil.Hari ini dia akan pergi ke perusahaan Jones untuk membicarakan pekerjaan barunya lebih lanjut.Roy naik taksi untuk pergi ke perusahaan Jones. Meski, lumayan menguras uangnya ketika dia bepergian dengan taksi. Tapi, dia tidak memiliki kendaraan. Mobil satu-satunya milik Roy sudah dia jual untuk mencukupi kebutuhannya dengan Lolita.Sesampainya Roy di perusahaan Jones. Dia segera menuju ruangan
Read more

Bab 78. Mencari Nola

Nola menggiring langkahnya keluar kamar sambil membawa koper. Dia sudah meminta izin pada agensinya untuk hengkang sementara dari dunia model, dengan alasan kalau dia mengalami masalah dengan kesehatannya. Padahal, nyatanya dia akan pergi ke luar negeri selama dia hamil dan membesarkan anaknya. Menghindar dari media massa dan orang-orang yang mengenalnya.Nola baru saja menelepon Jones untuk menemaninya sebentar sebelum dia berangkat besok pagi. Jones mengiyakan permintaannya, dan mungkin pria itu sedang dalam perjalanan menuju rumahnya."Nola," panggil Jones mengetuk pintu utama setibanya di depan rumah Nola. Dia lalu mendorong pintu tersebut setelah mendengar sahutan dari Nola yang menyuruhnya untuk langsung masuk."Kau serius akan pergi besok?" tanya Jones memastikan sambil berderap menghampiri Nola yang sekarang duduk di sofa."Iya. Keputusanku sudah bulat," balas Nola mengangguk membenarkan pertanyaan Jones."Kau tidak ingin bertemu sekali lagi dengan pria yang bernama Robert itu
Read more

Bab 79. Tidak Bisa Menolaknya

"Ya. Aku sanggup," jawab Robert penuh dengan keyakinan. "Karena sejak awal aku memang sudah menyukainya."Jones mengangguk puas. "Baiklah. Tapi, kalau kau membuatnya menangis. Kau akan berurusan denganku, Robert."Robert balas mengangguk. "Anda tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membuatnya menangis. Mungkin hanya menangis bahagia."Jones lalu mengajak Robert kembali kepada Nola."Apa yang sudah kalian bicarakan, huh? Kalian baru saja membicarakanku ya?" tuduh Nola kesal dengan kedua tangan terlipat di depan tubuhnya.Jones mengulas senyum. "Ini pembicaraan antar pria. Kau tidak perlu tahu."Jones lalu melirik Robert sekilas. Lalu, menatap Nola. "Apa kau akan tetap pergi ke luar negeri, Nola?""Tentu saja!" jawab Nola lantang, tak peduli jika Robert tersinggung saat mendengarnya. Padahal tujuan pria itu ke sini adalah agar Nola tidak jadi ke luar negeri.Robert mendekati Nola. "Jangan pergi, Nola. Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menikahimu."Nola bergeleng cepat. "Aku sudah meno
Read more

Bab 80. Kehilangan Nafsu

Seperti pagi sebelumnya. Sekarang pun Lolita menolak sarapan bersama Roy. Dia lebih memilih tiduran di kamarnya."Baiklah. Kalau kau lapar, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu di lemari pendingin. Kau tinggal menghangatkannya saja," tukas Roy setelah mendapati penolakan Lolita saat dia mengajaknya sarapan.Roy hanya menyambar satu roti tawar gandum untuk mengganjal perutnya. Dan dia segera bergegas pergi ke perusahaan. Dia tidak mau sampai terlambat. Meski, atasannya adalah sahabatnya sendiri, dia harus tetap bersikap profesional.Ketika suara Roy lenyap setelah suara pintu yang tertutup terdengar. Lolita mendongak dari kamarnya. Dia kehilangan nafsu makannya, bahkan air pun sepertinya enggan untuk dia telan.Wajah Lolita menjadi lebih tirus, dan lingkaran hitam tercetak samar di sekitar matanya karena tidak bisa tidur, dan selalu memikirkan Edgar.Sedang apa dia sekarang? Sedang bersama siapa? Dan apakah dia juga merasakan rindu yang sama dengan yang Lolita rasakan ini?Pundak Lolit
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status