Beranda / Romansa / Gadis Nakal Milik CEO / Bab 75. Tidak Bisa Melawan

Share

Bab 75. Tidak Bisa Melawan

Penulis: Bluemoongirl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Edgar dan Lolita pergi ke ruang tamu untuk menemui Roy. Edgar masih menggenggam erat tangan Lolita, agar gadis itu tidak takut.

Roy menatap tajam Edgar, Lolita, kemudian beralih menatap kedua tangan Edgar dan Lolita yang terjalin erat.

Roy beranjak dari sofa, dan langsung melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Edgar. Sampai Edgar jatuh ke lantai.

"Kau sudah gila ya, Edgar. Aku menyuruhmu menjaga Lolita, bukan merusaknya!" Roy tidak bisa mengendalikan dirinya. Dia tidak peduli jika Lolita melihat kemarahannya yang tak pernah dia tunjukkan sebelumnya di depan anaknya itu. Dia sudah terlalu murka sekarang.

"Dad, ini juga salahku!" teriak Lolita berusaha melerai Roy dan Edgar.

Roy mendorong Lolita menjauh. "Kau diam saja, Lolita! Jangan membuatku semakin marah! Akan ada waktunya aku menyuruhmu menjelaskannya juga!"

Lolita tercekat dengan sentakkan Roy. Ayahnya tidak pernah berteriak, membentak di depannya. Ayahnya benar-benar marah besar sekarang. Lolita memundurkan langkah, dan hanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 76. Sudah Tahu

    "Apa ada hubungannya dengan Lolita, Roy?" tebak Jones setelah menyesap minumannya."Kau tahu dari mana?" tanya Roy terkejut. "Eumm …. Bagaimana ya aku menceritakannya padamu? Intinya aku pernah berada di antara hubungan mereka berdua. Awalnya aku juga merasa aneh saat melihat Edgar dan Lolita. Hubungan mereka tidak sekedar anak sahabat dengan sahabat ayahnya. Lebih dari itu," jawab Jones mengedikkan bahunya. Tapi, memberikan efek yang luar biasa pada Roy, sampai Roy enggan makan kuenya dan lebih tertarik pada cerita Jones."Bisakah kau menceritakannya lebih detail? Sejak kapan mereka jadi sangat dekat?" tanya Roy penasaran.Jones mengusap dagunya, mencoba mengingat-ingat. "Sepertinya sebelum aku bertemu dengan Lolita satu bulan yang lalu di Central Park, mereka sudah terlihat sangat dekat."Jones tidak akan menceritakan pada Roy kalau dia pernah tertarik pada Lolita. Karena dia sudah melupakan perasaannya itu. Dan tidak ingin hal itu diungkit-ungkit kembali."Berarti sudah lama ya,"

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 77. Tersenyumlah Lagi

    Satu hari berlalu. Lolita tidak seceria biasanya. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar, melamun sendirian. Tidak ada yang benar-benar ingin dia lakukan. Ponselnya masih disimpan oleh Roy, dan ayahnya itu juga melarangnya keluar rumah dengan alasan apapun untuk sementara.Roy melirik ke arah pintu kamar Lolita. Dia hanya akan menyiapkan sarapan untuk anaknya itu sebelum berangkat bekerja. Kemarin dia memikirkan tawaran dari Jones dengan lebih matang. Lalu, pada akhirnya dia memilih menerima tawaran Jones, dan melepaskan pekerjaannya sebelumnya yang menjadi karyawan di perusahaan kecil.Hari ini dia akan pergi ke perusahaan Jones untuk membicarakan pekerjaan barunya lebih lanjut.Roy naik taksi untuk pergi ke perusahaan Jones. Meski, lumayan menguras uangnya ketika dia bepergian dengan taksi. Tapi, dia tidak memiliki kendaraan. Mobil satu-satunya milik Roy sudah dia jual untuk mencukupi kebutuhannya dengan Lolita.Sesampainya Roy di perusahaan Jones. Dia segera menuju ruangan

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 78. Mencari Nola

    Nola menggiring langkahnya keluar kamar sambil membawa koper. Dia sudah meminta izin pada agensinya untuk hengkang sementara dari dunia model, dengan alasan kalau dia mengalami masalah dengan kesehatannya. Padahal, nyatanya dia akan pergi ke luar negeri selama dia hamil dan membesarkan anaknya. Menghindar dari media massa dan orang-orang yang mengenalnya.Nola baru saja menelepon Jones untuk menemaninya sebentar sebelum dia berangkat besok pagi. Jones mengiyakan permintaannya, dan mungkin pria itu sedang dalam perjalanan menuju rumahnya."Nola," panggil Jones mengetuk pintu utama setibanya di depan rumah Nola. Dia lalu mendorong pintu tersebut setelah mendengar sahutan dari Nola yang menyuruhnya untuk langsung masuk."Kau serius akan pergi besok?" tanya Jones memastikan sambil berderap menghampiri Nola yang sekarang duduk di sofa."Iya. Keputusanku sudah bulat," balas Nola mengangguk membenarkan pertanyaan Jones."Kau tidak ingin bertemu sekali lagi dengan pria yang bernama Robert itu

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 79. Tidak Bisa Menolaknya

    "Ya. Aku sanggup," jawab Robert penuh dengan keyakinan. "Karena sejak awal aku memang sudah menyukainya."Jones mengangguk puas. "Baiklah. Tapi, kalau kau membuatnya menangis. Kau akan berurusan denganku, Robert."Robert balas mengangguk. "Anda tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membuatnya menangis. Mungkin hanya menangis bahagia."Jones lalu mengajak Robert kembali kepada Nola."Apa yang sudah kalian bicarakan, huh? Kalian baru saja membicarakanku ya?" tuduh Nola kesal dengan kedua tangan terlipat di depan tubuhnya.Jones mengulas senyum. "Ini pembicaraan antar pria. Kau tidak perlu tahu."Jones lalu melirik Robert sekilas. Lalu, menatap Nola. "Apa kau akan tetap pergi ke luar negeri, Nola?""Tentu saja!" jawab Nola lantang, tak peduli jika Robert tersinggung saat mendengarnya. Padahal tujuan pria itu ke sini adalah agar Nola tidak jadi ke luar negeri.Robert mendekati Nola. "Jangan pergi, Nola. Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menikahimu."Nola bergeleng cepat. "Aku sudah meno

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 80. Kehilangan Nafsu

    Seperti pagi sebelumnya. Sekarang pun Lolita menolak sarapan bersama Roy. Dia lebih memilih tiduran di kamarnya."Baiklah. Kalau kau lapar, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu di lemari pendingin. Kau tinggal menghangatkannya saja," tukas Roy setelah mendapati penolakan Lolita saat dia mengajaknya sarapan.Roy hanya menyambar satu roti tawar gandum untuk mengganjal perutnya. Dan dia segera bergegas pergi ke perusahaan. Dia tidak mau sampai terlambat. Meski, atasannya adalah sahabatnya sendiri, dia harus tetap bersikap profesional.Ketika suara Roy lenyap setelah suara pintu yang tertutup terdengar. Lolita mendongak dari kamarnya. Dia kehilangan nafsu makannya, bahkan air pun sepertinya enggan untuk dia telan.Wajah Lolita menjadi lebih tirus, dan lingkaran hitam tercetak samar di sekitar matanya karena tidak bisa tidur, dan selalu memikirkan Edgar.Sedang apa dia sekarang? Sedang bersama siapa? Dan apakah dia juga merasakan rindu yang sama dengan yang Lolita rasakan ini?Pundak Lolit

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 81. Jangan Menyerah

    Roy bangkit dari kursinya dengan menahan amarah. Lolita sudah sadar, tapi keadaannya masih lemah. Lolita terus memanggil nama Edgar, dan meminta pada ayahnya untuk memperbolehkannya bertemu dengan Edgar lagi. Setidaknya satu kali saja."Daddy tidak akan mengizinkannya. Kau lupakan saja dia, dan fokus pada penyembuhanmu, Lolita," tukas Roy berderap pergi meninggalkan Lolita sendirian di kamar pasien yang sunyi, dan dipenuhi bau obat yang Lolita benci.Mata Lolita berkaca-kaca saat melihat kepergian Roy dari kamar pasien yang dia tempati. Satu tetes air mata berhasil jatuh tanpa bisa dia bendung.***Paginya. Roy membawakan bubur untuk Lolita. Dia duduk di kursi di samping ranjang, dia lalu menyodorkan sesendok bubur ke arah Lolita.Lolita bergeleng menolak. "Aku tidak mau makan, Dad.""Kau harus makan, Lolita. Supaya kau cepat sembuh," tukas Roy masih mempertahankan tangannya di depan Lolita yang membawa sendok berisi bubur.Lolita bergeleng lagi. "Aku tidak mau makan, kalau Daddy masi

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 82. Menjadi Penyemangat

    "Tuan, Anda akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk si gadis kecil sekarang? Bolehkah saya juga ikut menjenguknya?" tanya Franklin saat Edgar bersiap akan pergi."No, Franklin. Kau tetap saja di sini. Kau masih ada pekerjaan yang harus kau selesaikan," jawab Edgar tak memperbolehkan Franklin ikut dengannya. Franklin mengangguk kecewa. "Baik, Tuan."Edgar lalu berderap keluar dari ruangan dan segera meluncur menuju rumah sakit. Tapi, sebelumnya dia mampir ke supermarket untuk membelikan buah dan coklat yang akan dia berikan kepada Lolita nanti.Edgar melanjutkan perjalanannya setelah meletakkan buah dan coklat yang baru saja dia beli di bangku belakang mobilnya.Karena ucapan Jones tadi, dia jadi lebih bersemangat. Seakan Jones sudah menyuntikkan semangat pria itu lewat kata-katanya.Edgar menarik napas dalam dan menaikkan kecepatan laju mobilnya. Dia sudah tak sabar untuk melihat Lolita lagi.Saat sudah sampai di rumah sakit, Edgar melangkah tegas dan cepat sambil membawa buah dan

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 83. Hamil?

    Hari ini adalah hari yang sangat Lolita tunggu-tunggu. Hari ini dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Tapi, setelah Edgar mengunjunginya kemarin, pria itu tak muncul lagi."Dad ….""Iya?" Roy menatap Lolita yang berjalan di sampingnya menuju area parkir rumah sakit. Lolita tadi sudah diperiksa, dan biaya rumah sakit sudah Roy bayar lunas. Roy merasa lega. Dia tak perlu lagi pergi ke rumah sakit, dan bisa fokus pada pekerjaannya saat keadaan Lolita sudah benar-benar pulih."Bolehkah aku meminta ponselku kembali, Dad? Aku merasa bosan saat Daddy bekerja," ucap Lolita dengan wajah memelas.Roy hanya mendesah berat. Dia membukakan pintu mobil untuk Lolita, dan dia menyusul masuk."Nanti akan Daddy berikan saat sudah sampai di rumah," balas Roy saat dia mendudukkan dirinya di bangku kemudi.Lolita tersenyum senang. "Terima kasih, Daddy. Aku cinta Daddy."Lolita mencium pipi Roy singkat. Dia lalu memakai sabuk pengaman, dan terus mengulas senyumnya.Di sebuah cafe. Edgar dan Jones bertemu

Bab terbaru

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 123. Bonus

    "Winter!""Ya, Mom," balas Winter berlari ke arah Lolita yang duduk di sofa ruang tamu.Winter sekarang sudah remaja. Tingginya bahkan sudah melebihi tinggi Lolita. Senyumnya teramat manis, dan memiliki mata biru yang indah yang dia turunkan dari Edgar."Ada apa, Mom?" tanya Winter saat sudah berdiri di hadapan ibunya.Lolita saat ini sedang hamil tua. Dan dia sedang ingin makan sesuatu. "Felix ingin makan kue coklat. Bisakah kau membelikannya, Winter?"Winter memutar matanya malas. Dia lalu menatap perut ibunya yang sudah besar. "Bukan Felix yang ingin, tapi Mommy kan?"Lolita terkekeh pelan. "Kau tahu saja. Anggap saja yang ingin Felix. Kau harus membelikannya sekarang. Adikmu ini akan menendang-nendang kalau tidak segera dituruti permintaannya.""Baiklah. Aku pergi dulu, Mom." Winter berpamitan keluar pada Lolita setelah menerima uang dari Lolita. Karena Edgar masih belum pulang kerja, jadi dirinya yang bertugas menjaga ibunya yang hamil.Winter naik ke mobilnya yang menjadi hadiah

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 122. The End

    Edgar dan Lolita kini sudah sampai di New York. Mereka akan meninggalkan bandara dan pergi menuju apartemen Jones untuk menjemput Winter."Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Aku sangat merindukan Winterku. Dia juga pasti akan merindukan Daddynya ini," tukas Edgar menghela napas lega sambil menggiring kopernya.Lolita mengangguk pelan. "Aku sudah tak sabar memeluk Winter lagi. Semoga dia tidak marah pada kita karena sudah meninggalkannya cukup lama."Edgar mengedikkan kedua bahunya samar. "Dia tidak akan marah. Aku sudah menyiapkan banyak mainan untuknya. Dan lagi pula Winter kan suka pria tampan. Sudah pasti dia tidak marah, dan justru senang karena tinggal bersama Jones dan Franklin."Lolita mengerucutkan bibirnya. "Tetap saja. Bagaimana kalau dia justru bertanya kita pergi ke mana? Dan kita melakukan apa selama kita pergi? Apa yang harus aku jawab, My Husband?"Edgar mengulas senyum. "Bilang saja kalau kita sedang ada urusan pekerjaan. Kita mencari uang untuk membelikan mainan

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 121. Menyukai Papa Kuda

    Sudah lima hari Winter dan Boy tinggal di apartemen Jones. Kedua anak kecil ini selalu saja berbuat ulah, membuat Jones serta Franklin jadi kehabisan stok kesabarannya. Tapi, Jones dan Franklin berusaha untuk tetap menekan amarahnya setiap kali menghadapi dua bocah ajaib itu.Untung saja Winter dan Boy sudah menjadi lebih akrab. Jones dan Franklin jadi tidak perlu harus menemani mereka bermain. Yah, walau kadang kali Winter masih suka usil sampai membuat Boy menangis. Jones mendesah pelan. Dia dipusingkan oleh urusan perusahaan, ditambah dia juga harus mengurus Winter dan Boy. Kurang dua hari lagi, orang tua kedua bocah itu akan kembali. Dan di saat itu tiba, Jones akan tidur seharian untuk menukar tidurnya yang akhir-akhir ini selalu terganggu."Papa Kuda," panggil Winter berlari ke arah Jones yang baru saja mengistirahatkan tubuhnya di sofa.Jones yang awalnya membaringkan punggungnya ke sofa, segera menegakkan punggungnya kembali saat Winter sudah sampai di depannya. "Ya, Winter.

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 120. Panggil Aku Om

    Sore harinya. Edgar dan Lolita menikmati sunset di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menyesap minuman mereka.Edgar melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Lolita. "Sunsetnya sangat cantik ya, My Lovely."Lolita mengangguk mengiyakan. "Iya, My Husband.""Secantik kau," balas Edgar membuat Lolita tersipu."My Husband bisa aja." Lolita mencubit lengan Edgar pelan.Edgar lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Lolita, lalu berbisik, "Nanti malam aku mau lagi, My Lovely."Lolita mengernyit tak paham. "Mau apa?""Mau bercinta lagi denganmu," jawab Edgar mengulas senyumnya.Lolita bergeleng pelan. "My Husband, aku masih lelah. Tidak bisakah kita undur besok malam saja? Kita kan masih lama di Hawaii.""Baiklah. Aku akan menahannya, Lolita." Edgar menampakkan wajah kecewa.Lolita merasa gemas dengan Edgar yang seperti itu. Dia mencium bibir Edgar singkat dan tersenyum. "Begitu dong, sekali-sekali My Husband mau menurut."***Menjelang malam, Jones dan Franklin sibuk dengan balita

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 119. Dua Papa Tampan

    "Ahh …. My Husband. Lagi. Lakukan lagi. Ini sangat nikmat." Lolita memejamkan kedua matanya saat Edgar menggenjot dirinya.Edgar semakin bersemangat. Dia sudah mencapai klimaksnya sampai dua kali, tapi dia tidak mengalami kelelahan sama sekali, dia justru semakin semangat dan semakin cepat menggerakkan miliknya pada milik Lolita. Sampai dia mencapai klimaksnya lagi bersamaan dengan Lolita."Thanks, My Lovely. Aku benar-benar senang bisa bercinta lagi denganmu." Edgar tersenyum, kemudian mencium bibir Lolita. Lolita balas tersenyum saat Edgar sudah melepaskan ciumannya. ***Nola dan Robert berjalan cepat dan tergesa-gesa karena takut terlambat jadwal penerbangannya ke Bali. Nola menggendong Boy yang sedang tertidur, sedang Robert membawa dua tas besar berisi semua keperluan Boy, termasuk mainan milik Boy. "Jones!" panggil Nola memencet bel apartemen Jones. Dia hendak memecet lagi saat Jones tak kunjung menyahut dari dalam, tapi diurungkan oleh kedatangan Franklin.Franklin mengerutk

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 118. Pergi Honeymoon

    Waktu berjalan begitu cepat, dan saat yang paling ditunggu-tunggu Edgar akhirnya datang juga. Honeymoonnya dengan Lolita.Lolita yang awalnya ingin menunggu Winter berusia tiga tahun dulu, barulah dia dan Edgar akan pergi honeymoon. Memundurnya lagi satu tahun, karena dia begitu sibuk merawat Winter. Dan sekarang, tepatnya hari ini Lolita dan Edgar memutuskan akan pergi honeymoon ke Hawaii setelah sempat tertunda.Minggu lalu mereka baru saja merayakan ulang tahun Winter yang ke empat tahun. Mereka juga sudah memberitahukan rencana berlibur mereka pada Winter, tapi tidak mengatakan kalau sebenarnya yang mereka akan lakukan adalah honeymoon. Winter mengiyakannya, meski dengan syarat Edgar harus membelikan banyak mainan baru untuknya saat pulang nanti. Tentu, itu permintaan yang sangat gampang bagi Edgar. Dia langsung menyanggupi permintaan Winter dengan enteng.Kini Lolita dan Edgar pergi bersama Winter kecil ke apartemen Jones."Jones," panggil Edgar saat dia sudah sampai di depan apa

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 117. Ingin Honeymoon

    "Tidak!" tolak Edgar dengan satu kata yang tegas, singkat, dan tak terbantahkan saat Jones meminta izin padanya untuk membawa Winter selama satu hari.Jones mendengus kecewa. "Satu jam saja kalau begitu," ucapnya memelas.Edgar sekali lagi bergeleng. "Aku tidak akan mengizinkan kau membawa Winterku, Jones. Kau hanya boleh melihatnya di apartemenku seperti sekarang ini."Jones mendengus sekali lagi. "Baiklah. Benar kata Roy, kau lebih posesif."Edgar berkacak pinggang. "Kau baru tahu, huh?""Tidak. Aku sudah tahu dari dulu," balas Jones datar. Dia lalu mendekati Winter lagi."Winter, ini Om Jones," ucap Jones tersenyum lebar. Dia melambaikan tangan pada Winter, berharap bayi mungil itu melihat ke arahnya dan tersenyum untuknya.Edgar bergeleng pelan mendapati apa yang Jones lakukan. Dia berderap ke samping Jones. "Winter baru saja lahir, pandangannya masih kurang jelas. Jadi, kau tak perlu berharap Winter bisa membalas senyummu itu."Jones mengangguk paham. "Iya. Aku akan menunggu dia

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 116. Melahirkan Bayi Yang Rupawan

    Delapan bulan berlalu. Nola dan Robert kini sedang berada di rumah sakit, menanti kelahiran bayi mereka. Jones menunggu dengan tak sabaran bersama Franklin di ruang tunggu.Semenjak berita Gio dan keluarga Brown ditangkap karena kasus penyelundupan narkoba, Jones merasa tenang karena keadaan perusahaannya menjadi lebih baik dan lebih kondusif.Jones menoleh pada Franklin yang sibuk bermain dengan ponselnya. "Bagaimana? Apa Lolita juga akan melahirkan?" Franklin menurunkan ponselnya dari pandangannya. "Lolita masih melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Dokter memperkirakan Lolita akan melahirkan besok pagi."Jones mengangguk paham. Dia spontan menatap pintu ruangan di mana Nola ditangani, karena tiba-tiba suara bayi menangis terdengar dari arah sana."Aku akan benar-benar dipanggil Om setelah ini," tukas Jones tersenyum.Robert keluar dari ruangan dengan senyum bahagianya. Dia menutup pintu ruangan kembali dan langsung berlari ke arah Jones."Tuan Jones, Tuan Franklin. Boy sudah lahir

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 115. Gio Kelabakan

    "Apa yang sudah kau lakukan selama ini, Gio? Kenapa kau lengah, huh? Apa kau tahu semua orang-orang Daddy dipecat secara tidak terhormat oleh Jones?"Gio membulatkan matanya saat mendengar ucapan ayahnya. Dia sedikit berbisik agar Jones dan Valen tidak mendengar perkataannya. "Bagaimana bisa hal itu terjadi, Dad? Setahuku Jones akhir-akhir ini lebih sering menghabiskan waktunya bersama wanita-wanitanya. Dia bahkan tidak pernah pergi ke perusahaan selama aku mengikutinya.""Kau bodoh! Jadi, pekerjaanmu hanya mengikutinya saja?!" Suara ayah Gio membalas dengan suara yang keras. "Huh … aku menyesal sudah memilihmu, Gio. Aku harusnya menyerahkan semuanya pada anak kakakku, dan bukan kau. Kau hanya beban bagi keluarga Brown."Gio menggigit bibir bawahnya keras-keras. Dia menurunkan ponselnya dari telinganya setelah ayahnya memutuskan telepon sepihak. Dia mengepalkan kedua tangannya sambil terus berpikir, bagaimana bisa Jones melakukan itu? Bagaimana pria yang tahunya hanya bersenang-senang

DMCA.com Protection Status