Home / Pernikahan / Ketika Babu Jadi Ratu / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Ketika Babu Jadi Ratu: Chapter 41 - Chapter 50

59 Chapters

Membawa Pengaruh Buruk

“Shera, hari ini Sus Vina tidak dapat ikut bersama kita. Mbok Nah, memerlukan bantuannya di rumah!” Fazli berbicara dengan nada yang begitu lembut, namun memberikan efek yang luar biasa kepada putrinya.“K-kenapa? Aku tidak mau pergi ke sekolah, kalau bukan Sus Vina yang mengantarku!” Shera berbicara dengan nada tinggi. Ia merasa kecewa ketika Fazli melarang Savina ikut bersamanya.“Shera, tolong dengarkan Ayah. Besok, kita bisa mengajak Sus Vina untuk pergi ke sekolah. Sekarang, ayo kita berangkat!” Fazli mencoba merayu putrinya. Laki-laki itu tampak gelisah ketika Shera tidak kunjung merespon permintaannya.Savina segera mendekat dan membujuk Shera. Wanita itu tampak berbicara dengan penuh kelembutan. Ia juga sesekali mengusap lembut pipi Shera yang telah basah oleh air mata yang mengalir di pipinya.“Shera, dengarkan Sus, sekarang pergilah ke sekolah. Sus, akan buatkan kue kesukaan Shera. Bagaimana?” tanya Savina dengan tatapan penuh kasih.Setelah berdiam cukup lama, akhirnya Sher
Read more

Kejadian Tak Terduga

“Mas, apa kamu tidak curiga kepada Shera? Bagaimana kalau Savina adalah pengaruh buruk untuk Shera?” ucap Nadia dengan tatapan menyelidik.“Maksudmu apa Nadia? Aku tidak paham.” Fazli tampak menatap lekat Nadia yang tengah duduk di hadapannya.“Bisa saja, Savina memiliki maksud lain di rumah ini!” ucap Nadia dengan nada setengah berbisik. Ia melirik kepada Savina yang tengah membawakan dua gelas orange juice di atas nampan.“Maksud lain?” lirih Fazli dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tidak paham dengan apa yang dicapkan oleh Nadia.“Ya, maksud lain. Atau jangan-jangan, kamu tidak sadar?” Nadia berbisik dengan nada sepelan mungkin.“Tolong jangan berbasa-basi, aku ingin kamu menjelaskan maksudmu!” Fazli tampak kesal karena Nadia seolah-olah ingin membuat Fazli merasa kesal.“Mas, aku merasa Savina ingin berniat buruk kepada kalian. Apalagi, dia tahu kalau kamu seorang duda. Jangan-jangan, dia menaruh hati padamu, Mas.” Nadia berbicara dengan penuh penekanan. Ia merasa Savina dapa
Read more

Singkirkan Dia!

“Mas Fazli, Shera Mas, Shera!” teriak Nadia dengan wajah panik. Wanita itu bahkan berteriak dengan suara lantang dan membuat Fazli segera berlari ke arah kolam renang.Fazli sudah sampai di tepi kolam renang, netranya terbelalak dengan wajah pias. Laki-laki itu segera menceburkan diri ketika melihat putrinya tengah menggapai-gapaikan tangannya dan hampir tenggelam.“Byur!” Fazli segera terjun ke kolam renang dan meraih tubuh putrinya. Ia bahkan terlihat sangat panik dan memeluk erat tubuh Shera.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Shera terbatuk-batuk dan memeluk tubuh Fazli. Anak itu dapat bernapas dengan lega karena Fazli datang di saat dan waktu yang tepat.“Shera, apa kamu baik-baik saja?” ucap Fazli dengan nada cemas. Laki-laki itu memeluk erat putrinya yang kini tengah berada di dalam pelukan.Shera hanya mengangguk dan masih berusaha mengatur napasnya. Ia bahkan masih memilih diam ketika Fazli tampak mengkhawatirkan dirinya.“Mas, Savina itu memang tidak becus mengurus Shera. Bagaimana bisa di
Read more

Syarat Untukmu

“Mas, kamu jangan gila dan berusaha menutup mata. Savina itu berbahaya dan jangan sampai kamu menyesal karena sudah mempertaruhkan nyawa putrimu sendiri. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak mampu menjaga amanah dari Mbak Erlita. Savina bukan siapa-siapa dan kenapa kamu masih terus berusaha mempertahankannya? Apa jangan-jangan, kamu sudah jatuh cinta kepada perempuan kampung itu?” ucap Nadia dengan tatapan yang begitu lekat.DEG!“Nad, aku mohon tinggalkan aku. Aku ingin sendiri dan fokus menemani Shera. Pulanglah, hari sudah sore dan rasanya tidak enak kalau kamu masih berada di sini.” Fazli meminta Nadia meninggalkan kediamannya. Ia tidak ingin berdebat dengan wanita yang berstatus tunangannya.“Mas, kenapa kamu mengusirku? Apa sebegitu penting Savina di dalam hidupmu? Sampai-sampai kamu tega berbicara seperti itu kepadaku.” Nadia berbicara dengan tatapan terluka. Ada kesedihan yang tergambar di wajahnya.“Nadia, tolong mengerti posisiku. Jangan membuatku semakin merasa bersalah
Read more

Aku Ingin Punya Anak

Pagi-pagi Fazli sudah sampai di salah satu toko roti miliknya. Ia sengaja melakukan sidak untuk memastikan kalau seluruh karyawan melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini, ia lakukan untuk menjaga mutu pelayan kepada para pelanggan yang sudah setia berkunjung ke tokonya.“Selamat pagi, Pak Fazli!” ucap salah satu pegawai dengan wajah terkejut. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu akan datang sepagi ini ke toko miliknya.“Selamat pagi, Ana. Apa seluruh pegawai sudah datang?” tanya Fazli dengan tatapan menyelidik. Ia mengamati suasana toko yang masih terlihat lengang.“Beberapa pegawai sudah datang, Pak. Mungkin sebentar lagi yang lain akan segera tiba.” Ana tampak sibuk menata aneka roti dan kue di etalase. Gadis itu terlihat cekatan dan menunjukkan semangat kerjanya.Fazli hanya mengangguk dan bergegas menuju ke ruangan khusus yang biasa ia tempati. Laki-laki itu tersenyum bahagia melihat toko yang menjadi pilihan Erlita untuk membuka cabang, mengalami banyak kemajuan. Semua ini, tak
Read more

Apakah Wanita itu Savina?

“Mas, tinggallah lebih lama di sini. Aku sedang masa subur dan bukankah kamu juga ingin memiliki anak dariku?” ucap Nayra dengan tatapan penuh permohonan.DEG!Firman terdiam dengan wajah pias. Nayra mungkin benar, ibunya pasti sudah sering menanyakan perihal tanda-tanda kehamilan kepada istrinya. Hanya saja, Firman memang kurang peka dan menganggap semuanya baik-baik saja.“Ya, aku akan mengusahkan untuk cuti beberapa hari lagi. Semoga saja, tidak ada hal-hal yang mendesak sehingga harus memaksaku meninggalkan kota ini lebih cepat.” Firman berbicara dengan nada datar. Ia bahkan tidak mempedulikan ekspresi kekecewaan yang ditunjukkan oleh Nayra.“Mas, aku ingin kamu tinggal lebih lama di sini. Setelah menikah, kita juga belum pernah berbulan madu. Kamu tahu, kan? Kalau ibu terus menerus bertanya mengenai kehadiran seorang cucu di dalam rumah tangga kita?” Nayra berbicara dengan tatapan lekat. Ia ingin Firman tinggal lebih lama di rumah dan tidak meninggalkan dirinya dalam waktu dekat
Read more

Terbakar Cemburu

Ketika ayam bakar itu masuk ke mulut Fazli, seketika wajah Savina tampak gelisah. Ia takut kalau Fazli tidak akan menyukai masakan buatannya.“B-bagaimana rasanya, Pak?” tanya Savina dengan perasaan was-was.Fazli terdiam untuk sesaat, laki-laki itu tampak meresapi makanan yang tengah berbaur di lidahnya. Hal itu membuat nyali Savina semakin menciut.“Ayah, bagaimana rasa masakan Sus Vina?” Shera mengguncang bahu ayahnya dan bertanya mengenai cita rasa masakan pengasuhnya.“Rasanya enak dan Ayah menyuakinya!” puji Fazli dengan senyum yang merekah.Shera dan Savina tersenyum penuh kelegaan. Mereka berdua merasa senang karena sudah memberikan yang terbaik untuk Fazli.“Ayah, ide ayam bakar ini, sebenarnya adalah permintaanku. Aku yang meminta Sus Vina untuk memasaknya. Aku bilang kepada Sus Vina, kalau Ayah sangat menyukai ayam bakar buatan bunda dan ternyata, masakan Sus Vina sangat lezat dan tidak kalah dengan masakan bunda.” Shera berbicara dengan tatapan berbinar. Anak itu merasa se
Read more

Penolakan Shera

"Sus Vina, aku mau ditemani di kamar,''ucap Shera degan raut wajah murung. Anak kecil itu segera menarik tangan Savina memasuki kamarnya.Savira menurut saja keinginan Shera, sebentar saja keduanya sudah berada di dalam kamar. Shera mengajak Savina bermain boneka kesayangannya.Savina dengan sabar menemani Shera bermain, ia ingin mengembalikan senyum anak itu."Sus, aku tidak mau bertemu dengan Tante Nadia lagi,"ucap Shera sambil menggembungkan kedua pipinya.Savina menghela napasnya, ia paham dengan apa yang dirasakan oleh Shera. Wanita itu kemudian mengusap kepala Shera dengan penuh kelembutan."Shera, anak manis tidak boleh berkata seperti itu. Tante Nadia itu orangnya baik, aku yakin satu saat nanti kalian akan berhubungan dengan baik,"Savina mencoba membujuk Shera agar bisa menerima kehadiran Nadia.Sebenarnya Savina tahu bagaimana sikap Nadia kepada Shera, sebagai seorang yang bekerja sebagai pengasuh dirinya hanya bisa memberikan nasihat yang baik kepada Shera.Shera tampa
Read more

Fitnah

"Shera?Apa yang terjadi dengan Shera?Kamu jangan membuatku panik,''ucap Fazli seraya membuka mobilnya. Laki-laki itu menatap tajam Nadia yang berdiri di hadapannya.''Mas, aku khawatir dengan pengaruh Savina untuk perkembangan Shera. Walaupun aku bukan Ibu kandungnya, tapi aku harus memperhatikan perkembangan dan kebaikan Shera,"jawab Nadia berapi-api."Nadia, sudahlah, jangan karena kamu cemburu kepada Savinamembuat kamu berprasangka buruk kepadanya. Sekarang aku mau pulang, aku sudah lelah,"ucap Fazli segera masuk kedalam mobilnya."Mas!"Tampak Nadia sangat kecewa karena Fazli mengacuhkan dirinya."Kamu masih mau berdiri di sana?"ucap Fazli mengisyaratkan agar Nadia segera masuk kedalam mobil.Nadia mengembuskan napasnya dengan kasar dan melangkahkan kakinya memasuki mobil Fazli.Mobil perlahan bergerak meninggalkan toko kue, Fazli tampak fokus mengemudikan mobil. Sementara Nadia duduk disampingnya dengan menyandarkan tubuhnya di jok mobil.Wanita itu menatap tajam jalanan, hatin
Read more

Kehilangan

Savina menghela napasnya begitu dalam, entah apa yang telah diperbuatnya sehingga malam ini Fazli memutus pekerjaannya sebagai pengasuh Shera."Ya Allah, apa yang telah aku perbuat sehingga Pak Fazli marah?"gumam Savina dengan bibir bergetar.Tidak lama Mbok Nah mendekati Savina yang tengah berkaca-kaca di sofa. Wanita itu tampak bingung dan merasa kasihan dengan yang terjadi dengan Savina."Vin, kamu sabar ya, Mbok merasa sedih dengan kejadian ini. Tapi Mbok tidak bisa berbuat apa-apa, kita sama-sama bekerja di sini,"ucap Mbok Nah sambil mengusap bahu Savina."Tidak apa-apa Mbok, mungkin sudah jalanku harus berhenti sampai di sini,"jawab Savina dengan menyunggingkan senyum penuh keterpaksaan di bibirnya.Mbok Nah menahan sekuat tenaga cairan bening yang berdesakan keluar di pelupuk matanya."Sus, bagaimana kalau kita makan malam bersama untuk terakhir kalinya,"Mbok Nah mengajak Savina makan bersama.Savina menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ajakan Mbok Nah. Keduanya kemudia
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status