Home / Pernikahan / Istri Bayaran Duda Angkuh / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Bayaran Duda Angkuh: Chapter 61 - Chapter 70

119 Chapters

Part 61 ~ Kembalikan

Rara menatap Ibunya dan Kevin bergantian. Harap-harap cemas, khawatir jika Ibunya marah. Sedangkan Kevin terlihat biasa saja, bahkan dengan percaya diri menghampiri Ibu dan mencium tangan wanita itu.“Kalian … sudah bertemu?” tanya Ibu.“Sudah Bu, bahkan dari kemarin saya ingin bertemu Ibu.”“Duduk Nak Kevin, tapi begini adanya,” ujar Ibu mempersilahkan Kevin duduk lalu menarik pelan tangan Rara agar membuatkan minum untuk suaminya.Ibu Rara duduk di kursi tunggal, sedangkan Rara dan KEvin di sofa panjang. Rara hanya menundukan wajah, menunggu Ibunya atau Kevin memulai pembicaraan. Sangat khawatir kalau Kevin akhirnya diusir atau yang lebih parah diminta menceraikan Rara.“Saya mohon maaf, karena ulah saya Ayah jatuh sakit dan akhirnya … pergi.” Bukan hanya Rara yang merasa sangat bersalah dengan kepergian Ayahnya, Kevin pun sama. Apalagi Rara dan Ibunya sampai terusir dari rumah dan ia terlambat datang untuk menangani masalah itu.“Sudahlah Nak Kevin, memang sudah takdir dan ketentua
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Part 62 ~ Kangen

Rara menatap pria yang menghentikan ulah Harun. Bahkan mengambil paksa ponsel miliknya dan dikembalikan. Masih dalam keadaan bertanya-tanya siapa gerangan pria itu, tapi Rara ingat betul kalau dia pernah diikuti oleh pria ini.“Ini Bu.”Rara menerima ponselnya dan menganggukan kepala.“Heh, lo siapa?” tanya Harun bahkan sambil mendorong tubuh pria itu.“Tidak perlu tahu saya siapa, yang jelas anda sudah mengganggu majikan saya jadi anda berhadapan dengan saya.”Harun mengernyitkan dahinya lalu menatap Rara seakan menunggu penjelasan siapa pria itu, padahal Rara pun tidak tahu dan hanya bisa mengedikan bahunya.“Ada yang bisa saya bantu Bu?”Menjelaskan maksudnya berada di sana, pria itu mengenalkan diri sebagai bawahan Kevin yang ditugaskan mengawasi Rara. Mengetahui Rara ditemani oleh bodyguard, nyali Harun ciut dan langsung undur diri.“Mari saya temani ke sana,” ujar pria itu mengarahkan Rara kembali ke kantor.Sudah mendapatkan minuman yang diinginkan, Rara menyeruput juicenya sam
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Part 63 ~ Ada Hubungan

Kevin dan Rara keluar dari apartemen dengan raut wajah berbeda. Binar ceria tampak di wajah Kevin, sedangkan Rara biasa saja bahkan tidak bergairah. Bagaimana tidak, seharusnya dia masih bisa tidur satu jam lagi saat Kevin datang. Dengan alasan rindu dan merengek bak anak kecil, Kevin meminta haknya pada Rara.Selama mengenal Kevin, pria itu selalu terlihat angkuh dan arogan. Namun, kali ini semua itu tidak tampak. Rara yakin kalau Kevin memang mencintainya, terlihat dari perlakukan dan kepedulian yang ditunjukan beberapa hari ini termasuk saat penyatuan diri. Pria itu melakukannya dengan lembut meski dilanda kerinduan luar biasa.“Kita sarapan dulu ya,” ajak Kevin saat berada dalam lift.“Tidak usah, nanti aku telat.”“Kamu harus makan Ra, apalagi baru saja aku makan,” sahut Kevin tanpa rasa bersalah.Rara menoleh dan berdecak mendengar ucapan Kevin yang bersenandung pelan. Benar-benar bukan seorang Kevin. Cinta bisa membuat orang berubah, mungkin saja ungkapan itu benar karena Kevin
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Part 64 ~ Buka Puasa

Kamila bergegas meninggalkan Kevin, padahal pria itu berteriak memanggilnya.“Gawat, kalau Kak Kevin tahu hubunganku dengan Slamet, Papa dan Mama juga pasti tahu,” gumam Kamila.Tepat saat keluar dari lift, dia melihat Slamet. Ditariknya tangan pria itu menuju koridor toilet, tidak peduli ada yang melihat kejadian ini. Slamet, tentu saja sejak tadi memanggil namanya dengan logat jawanya yang kental.“Ini aku mau dibawa kemana?”“Sstt, berisik,” ujar Kamila lalu menatap sekeliling memastikan tidak ada orang lain selain mereka berdua. “Sepertinya aku salah bicara.”“Salah bicara, bagaimana?”“Kak Kevin. Dia tanya hubungan kita. Ish, ini karena mulutku yang asal bicara,” ungkap Kamila sambil menepuk bibirnya sendiri.Slamet mengernyitkan dahinya menunggu penjelasan gadis itu. Memang mereka ada hubungan yang dirahasiakan dari Kevin. Meskipun rekan-rekan kerjanya sudah menduga ada sesuatu diantara mereka. Jika Slamet bisa saja diam-diam suka, beda dengan Kamila. Diantara mereka Kamila yang
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Part 65 ~ Kedatangan Arka

“Pak Kevin, nanti dulu.”“Aku sudah bilang buka, kenapa tidak dibuka.”“Iya, tapi … Pak Kevin, aduh.”“Ups, sorry. Aku pelan-pelan. Sabar baby, Daddy mau jenguk kamu.”Ternyata Kevin serius dengan ucapannya, masalah buka puasa. Padahal pagi tadi sudah meminta haknya dan sekarang, Rara baru melangkah masuk ke dalam apartemen langsung diterkam olehnya. Kalau Rara bukan dalam keadaan hamil, Kevin pasti akan penuh semangat untuk bergerak dan memacu tubuhnya.“Ah, sayang. Hm … kamu nikmat seperti biasanya.”“Pe-lan aja.”“Tahan sayang, oh …. Sebentar lagi, aku sampai.”Rara hanya bisa meremas sprei sambil memejamkan mata ikut menikmati sentuhan dan gerakan yang dilakukan oleh Kevin. Bagaimanapun Kevin berhak atas tubuhnya, dessahan dan lenguhan seakan bersahutan sampai akhirnya Rara meledak di bawah sana. Begitu pun dengan Kevin.Masih dengan nafas memburu, Kevin mengusap keringat di dahi istrinya lalu mengecup bibir itu dan merebah ke samping Rara.“Hah, nikmat sayang.”“Selimutnya,” ujar
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Part 66 ~ Agresif

“Itu ….” Slamet menggaruk kepalanya yang tidak gatal, hanya pengalihan karena gugup untuk menjawab pertanyaan Kevin. Bagaimana tidak gugup kalau dia berhadapan dengan pimpinan di tempatnya bekerja juga kakak dari perempuan yang dia suka.Sebenarnya Slamet ragu untuk semakin mendekatkan diri karena perasaannya pada Kamila, salah satu alasannya karena mereka berbeda status sosial. Namun, yang ada malah semakin dekat karena ulah Kamila.“Itu apa?” tanya Kevin dengan raut wajah datar.Slamet semakin menunduk, apapun jawaban yang keluar dari mulutnya akan menjadi bumerang.“Itu … saya memang suka dengan adik Bapak. Saat ini kami memang sedang dekat,” jawab Slamet ragu-ragu dan lirih.“Apa Kamila juga menyukaimu atau jangan-jangan kamu memaksanya?”Memaksa apanya, yang ada nempel terus. Mana agresif banget, kadang aku ragu kalau Kamila adik kandung Pak Kevin. Mereka terlihat beda sekali, batin Slamet.“Tidak ada pemaksaan di sini, ini murni ….”Brak.“Kak Kevin.”Slamet menoleh, Kamila berj
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Part 67 ~ Gara-gara Daster

“Bu, Rara nggak pa-pa. Dokter bilang hanya kontraksi palsu dan sekarang sudah nggak sesak lagi.”“Kamu berhenti kerja deh Ra, mungkin karena kamu kecapekan jadi begini.”“Sudah bu, Rara sudah ajukan resign. Tinggal tunggu keputusan HRD kapan boleh mulai off.”Ibu yang diberitahu kalau Rara dalam perawatan langsung menuju rumah sakit, bergantian dengan Kevin yang harus ke kantor. Meskipun awalnya enggan berangkat karena khawatir dengan kondisi Rara.“Kalau begini, ibu malah kepikiran kamu terus. Ibu ikut kamu pindah ke apartemen ya.”“Serius Bu?”“Hm, ini dimakan dulu,” titah ibu sambil meletakan piring berisi buah potong ke atas ranjang lalu menyuapi Rara.Menjelang sore, Rara dikunjungi Slamet dan Kamila. Mendadak kamar itu jadi ramai, karena celoteh Kamila. Ibu hanya tersenyum dan sesekali menggelengkan kepala mendengar ucapan Kamila. Slamet yang baru bertemu lagi dengan Rara, bertanya dan berbincang banyak hal.“Kalian … dekat ya? Apa ada yang aku lewati?” tanya Rara pada Slamet da
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Part 68 ~ Tak Ada Nyali

“Tidur Ra, aku belum bisa tiduri kamu jadi jangan menggoda terus,” ujar Kevin sudah ikut berbaring di samping Rara.“Siapa yang menggoda, pikiran kamu aja yang aneh,” sahut Rara. “Katanya mau pulang, kasihan Kamila dia butuh support kamu.”“Biarkan saja, lagi pula dia masih muda.”“Bukan begitu, kalau nanti diluar dia malah nekat gimana?”Kevin terdiam, apa yang disampaikan Rara ada benarnya. Namun, kondisi Rara saat ini lebih penting. Meskipun ada ibu mertuanya yang menempati kamar lain, Kevin tidak tega kalau harus meminta wanita itu menjaga Rara lalu dia pulang ke rumah orangtuanya.Sedangkan di tempat berbeda, Kamila menunggu kedatangan Slamet di beranda rumah. Sore tadi dia pulang duluan dan meminta Slamet menyusul. Terlihat pintu gerbang pagar terbuka, Kamila menyambut kedatangan Slamet.“Kamila, sumpah aku gugup banget,” ujar Slamet sambil menatap tempat tinggal Kamila yang sangat besar dan pernah dilihat dalam sinetron atau film.“Ayo masuk, Mami dan Papi ada di dalam. Kelamaa
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Part 69 ~ Kecewa

Slamet bukan pengecut atau tidak bernyali seperti yang Kevin katakan, tapi terlalu berat yang harus dia tempuh. Kedua orangtua Kamila menolak. Dilihat dari segi apapun memang berat hubungan mereka. Dari pada sulit dan akan saling menyakiti, Slamet memilih mundur.Tidak peduli dengan ejekan yang keluar dari mulut Kevin, Slamet terima saja. Termasuk konsekunsi yang harus dia terima untuk tidak menganggap Kamila seperti sebelumnya.Semoga saja aku sanggup, batin Slamet.Pria itu kembali ke ruangannya dan terjadi kehebohan. Informasi kalau Kamila adalah adik Kevin.“Kamu sudah tahu?” tanya rekan Slamet padanya.Slamet hanya mengangguk pelan.“Aku kepikiran, sebelumnya pernah jahat sama Kamila nggak ya.”“Jangan khawatir, dia tidak begitu dan mulai besok akan ditempatkan di divisi lain.”Seharian ini Slamet tidak berusaha konsentrasi dengan pekerjaan agar tidak memikirkan Kamila. Ponselnya sengaja diletakan di dalam laci meja, agar tidak mengganggu. Benar saja, banyak panggilan tidak terja
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

Part 70 ~ Bertemu Mihika

Kamila berusaha fokus dan mendalami tugasnya di tim marketing. tujuannya magang dan ditempatkan di beberapa bagian agar dia paham semua alur kegiatannya. Ketika nanti waktunya dia memimpin perusahaan seperti Kevin, sudah menguasai semua bagian terpenting di perusahaan. Sesekali mengecek ponselnya, berharap ada balasan atau komunikasi dari Slamet. Namun, harus gigit jari karena tidak ada panggilan atau pun pesan masuk dari Slamet. Kalau di divisi keuangan, tidak ada yang tahu siapa Kamila. Berbeda dengan posisinya di tim marketing, semua tahu kalau dia adalah adik dari Kevin. “Mbak Kamila mau bareng ke kantin?” ajak salah satu rekannya. Kamila baru menyadari sekarang sudah waktunya makan siang, menolak dengan halus. Beralasan sedikit lagi dan akan menyusul ke sana. benar saja, Kamila menyimpan pekerjaannya lalu mengambil beberapa lembar uang dan membawa ponselnya. Sengaja agak lambat, menunggu kantin tidak terlalu ramai seperti di jam awal istirahat. Para senior di tim marketing seda
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status