Home / Pernikahan / Istri Bayaran Duda Angkuh / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Bayaran Duda Angkuh: Chapter 81 - Chapter 90

119 Chapters

Part 81 ~ Pergi Dari Sini

Awalnya sarapan pagi kali ini berjalan seperti biasa. Kamila dan Arka berbincang di sela suapan mereka, termasuk dengan Mihika. Namun, saat wanita itu mengutarakan sesuatu dan membuat mood Kamila kembali buruk. Suasana kembali tidak baik.“Mami masih berniat menjodohkan aku?”“Bukan menjodohkan Kamila, tapi mengenalkan. Siapa tahu kalian cocok lalu bisa lanjut pacaran dan menikah. Biar kamu tahu di dunia ini banyak pria yang lebih baik daripada Slamet.”“Tidak ada Mih, Cuma Slamet yang menurut aku paling baik,” cetus Kamila.“Roni ini anaknya teman Mami dan Papi. Ternyata dia juga rekanan bisnis kita, m dengan Kevin ada kerjasama. Rencananya hari ini dia mau bertemu Kevin, mami minta kalian bertemu.”Kamila berdiri. “Aku sudah selesai, permisi.”“Kamila, hei. Mami belum selesai bicara.”“Mihika, sudahlah.”“Lihat anak itu, ini karena kamu terlalu memanjakan dia.”Kamila masih mendengar perdebatan orangtua sebelum keluar dari pintu utama. Ia menghela nafas dan memukul roda kemudi sebel
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Part 82 ~ Kamila dan Slamet (Lagi)

“Kamila, berhenti!”“Tadi itu sungguh tidak lucu Mami. Apa salah Slamet sampai harus mami tampar?”“Salah apa? Kamu sadar Kamila, Slamet tidak menghargai kamu. Untuk apa kamu di pinggir jalan begitu, seperti gelandangan saja. Ini perumahan mewah, apa kamu tidak malu dilihat tetangga.”“Ada apa ini?” Arka keluar dari ruang kerjanya mendengar keributan yang ternyata Mihika dan Kamila sedang berdebat.“Putrimu ini sudah buat malu. Tadi siang kabur dari perusahaan karena tidak ingin bertemu Roni dan baru saja aku menyaksikan dia mesra-mesraan di pinggir jalan. Ini karena kamu terlalu memanjakan dia, dibela terus dan akhirnya begini.”Kamila menghela nafas dan melayangkan pandangan ke arah lain karena kesal. Kesal karena Maminya bersikap kasar pada Slamet, entah bagaimana perasaan pria itu setelah dimaki, ditampar dan diusir oleh Mihika.“Kalian duduk, kita bicarakan baik-baik!” titah Arka dan sudah menghempaskan tubuhnya di sofa tunggal.“Tidak perlu, tidak ada yang baik. Apa yang aku lak
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Part 83 ~ Kebaikan Bersama

“Kamila agresif, sepertinya dia gadis yang polos dan pendiam,” ujar Rara dan kini bergeser dan berbaring menghadap Kevin.Kevin terkekeh lalu mengusap kepala istrinya. “Jangan terkecoh, aslinya dia sangat berisik.”“Slamet sebenarnya pria yang baik, aku kenal dia selama menjadi bawahan Pak Robert.”“Orangtua kami tidak yakin, Slamet bisa membahagiakan Kamila. Bukan hanya masalah status, tapi mereka khawatir kalau Kamila ternyata tidak terlalu mencintai Slamet. Sudahlah, jangan urusi mereka. Ada hal lain yang harus kita urus.”“Jangan macam-macam Mas, aku sudah lelah.”“Ck, maksudku tidur sayang atau kamu mau aku tiduri lagi?”“Mesum.”***“Nanti siang, aku ke kantor ya. Makan siang bersama, mau dibawakan apa?” tanya Rara setelah meletakan cangkir kopi ke hadapan Kevin.“Apa saja, apa yang kamu sajikan pasti aku makan,” sahut Kevin lalu menyesap kopinya. Menikmati pancake yang dibuatkan Rara, agak bergegas karena Arka akan ke kantor pagi ini.“Aku berangkat, kamu jangan capek-capek. Bi
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Part 84 ~ Aku Benci Kalian

“Ayo pulang, ini sudah malam,” ajak Slamet.“Nanti dulu, aku masih kangen.” Kamila merajuk dan memeluk lengan Slamet dan dibalas dengan usapan di kepala.“Besok bisa ketemu lagi, kita bisa naik taksi keluar diam-diam. Pengawal kamu nggak akan tahu.”“Ck, siapa bilang. Kak Rara saja bisa ditemukan karena orang-orangnya Kak Kevin. Mereka sudah terlatih karena dibayar mahal.”“Hah, serius?” tanya Slamet dan dijawab Kamila dengan anggukan kepala. “Sayang banget buang uang hanya untuk jagain kamu agar nggak dekat-dekat denganku.”Meskipun berat, Kamila akhirnya pulang. Sudah ditunggu untuk makan malam bersama, bahkan Kevin dan Rara pun akan datang. Masih sempat tertawa bersama Slamet, tanpa tahu akan ada kejadian setelah ini yang akan membuat mereka terpisah.“Telpon aku ya,” pinta Kamila sebelum meninggalkan lobby.“Hm.”Slamet hanya bisa mengawasi dari pintu lobby, tidak bisa mengekor atau menemani Kamila ke mobil. Benar saja, sudah ada mobil lain yang membuntuti. Pria itu menghela pelan
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Part 85 ~ Ada Apa Denganmu ?

“Mas, aku jadi nggak enak deh.”“Jangan dipikirkan,” ujar Kevin sambil fokus dengan kemudi dan jalan di depan, dalam perjalanan kembali ke apartemen. Perdebatan antara Mihika dan Kamila membuat situasi tidak nyaman, tapi itu terjadi bukan salah dirinya atau Rara. Meski sempat bertanya-tanya, kenapa sikap Mami akhir-akhir ini berubah.“Tapi kasihan Kamila.”“Papi tidak akan diam, dia akan putuskan yang terbaik untuk Kamila dan untuk Mami juga. Dua wanita itu spesial di hati Papi, jadi keputusan yang diambil tidak akan sembarangan. Biarkan itu jadi urusan Papi dan Mami, kita jangan ikut campur. Belum saatnya.”Rara hanya mengangguk, merespon ucapan Kevin. Tiba di apartemen, Rara menerima panggilan telepon dari ibunya. Duduk bersandar di sofa mendengarkan nasihat sang Ibu dari ujung sana juga menyampaikan kerinduannya.Kevin ikut duduk di samping Rara, bahkan menunduk untuk melepaskan sepatu wanita itu. sempat terkejut karena perlakuan suaminya yang semakin manis dan memanjakannya.“Sstt
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Part 86 ~ Tunggu Saja

“Mih, kembalikan ponselku.” Kamila berusaha merebut ponselnya yang diambil Mihika.“Sebentar lagi pesawat kita berangkat, kamu duduk yang tenang dan buang jauh Slamet dari pikiranmu,” ujar Mihika lirih.Wajah Kamila sembab karena berkali-kali menangis menatap Mihika, tidak percaya wanita di hadapannya akan berbuat setega itu padanya. Tidak ingin berdebat dan bertengkar karena mereka sudah berada dalam pesawat. Sesekali tangan Kamila mengusap wajahnya karena air mata masih saja menetes.Satu jam setengah berada dalam pesawat, rasanya sangat lama. Ketika keluar gate Juanda Airport sambil menyeret kopernya, Kamila meminta kembali ponsel miliknya.“Mih, aku harus kabari kantor. Ada pekerjaan yang harus aku sampaikan.”“Kevin yang akan mengaturnya, kamu tidak perlu repot. Lagi pula kamu hanya karyawan magang bukan manager apalagi direktur. Itu jemputan kita, ayo.”Kamila berusaha sabar, semakin dikekang semakin dia akan melaksanakan rencana yang sempat terlintas di pikirannya. Memasuki kaw
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Part 87 ~ Butuh Kamu

Kamila terjaga, sudah lewat tengah malam. ia beranjak dari ranjang menuju lemari dan mengeluarkan ponselnya. Sengaja memilih tengah malam begini, jaga-jaga kalau Bude dan Pakde nya masih mengawasi apa yang dia lakukan.Membeli kartu seluler baru secara diam-diam saat pergi keluar dan itu pun didampingi oleh asisten rumah tangga. Beruntung ia mengingat nomor selular milik Slamet. Setelah kartu miliknya aktif, Kamila segera menghubungi Slamet.Panggilan pertama tidak dijawab, hanya terdengar nada sambung. Mungkin Slamet sedang terlelap, tapi Kamila tidak menyerah. Kembali menghubungi Slamet, dua kali nada sambung akhirnya dijawab.“Halo,” suara serak Slamet di ujung sana. “Ini siapa?”Wajar Slamet bertanya, karena Kamila menggunakan nomor baru. Alih-alih menjawab Kamila terisak.“Halo.” Terdengar lagi suara Slamet.“Slamet, ini aku.”“Kamila, ini kamu?”Suara Slamet mengoceh di ujung sana, mencecar dengan banyak pertanyaan menanyakan kabar dan posisinya. Sebelum pulsa habis, Kamila memi
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

Bab 89 ~ Melarikan diri

“Mbak Kamila, sudah ditunggu Ibu sama Bapak di bawah,” ujar Mbok Pur mengajak Kamila sarapan. “Kayaknya saya nggak turun Mbok, nggak enak badan,” jawab Kamila yang baru saja keluar dari toilet. Sejak tadi subuh sudah tiga kali dia muntah dan hanya cairan bening yang keluar karena perutnya belum terisi makanan. “Mbak Kamila sakit?” “Kayaknya masuk angin, kalau boleh saya minta teh hangat mbok.” Kamila kembali ke ranjang, berbaring di sana. Tidak lama kemudian Mbok Pur datang lagi membawakan segelas teh manis hangat juga roti bakar isi selai. Bude Ranti menyusul dan menanyakan kabar keponakan nya. “sakit apa sayang?” tanya Ranti yang sudah duduk di tepi ranjang sambil mengusap kening Kamila memastikan terserang demam atau tidak. “Entahlah Bude, sepertinya masuk angin.” “Hm. Yo wis, kamu istirahat. Itu tehnya diminum, rotinya juga dimakan atau mau dibuatkan makanan apa gitu?” “Tidak usah bude, nanti kalau aku mau sesuatu tinggal bilang ke mbak pur.” “Iya, istirahat ya.” Kondisi
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

Part 90 ~ Tak Sadarkan Diri

Kamila sudah berada di armada menuju Jogja, sengaja memilih travel agar perjalanannya lebih nyaman. Tidak peduli akan seheboh apa Bude Ranti dan Pakde Jamal saat tahu dia kabur. Menahan diri untuk tidak menghubungi Slamet sampai tiba di Jogja.Sudah merencanakan dengan baik, setelah bertemu Slamet mereka akan mencari tempat tinggal tentu saja setelah menikah. Bahkan ia merencanakan menikah siri dengan menggunakan wali hakim.“Hah, akhirnya aku lepas juga dari kandang macan.”Beberapa jam perjalanan, akhirnya ia tiba di Jogja. Mendatangi penginapan untuk beristirahat dan menunggu kedatangan Slamet. Apalagi perjalanan tadi kembali membuatnya tidak nyaman, mual dan sakit kepala lagi-lagi seperti menyiksa.Setelah membersihkan diri dan berganti piyama, Kamila berbaring. Makan malam yang dibeli saat tiba masih tersimpan rapi di atas meja. Menghubungi Slamet tidak langsung terjawab, bahkan sampai tiga kali memanggil baru terjawab.“Halo, Kamila.”“Aku sudah di Jogja,” ujarnya dengan suara l
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

Part 91 ~ Hamil

“Kamu tenang, Kamila baik-baik saja. dia terkejut karena kedatangan kita dan melihat Slamet babak belur,” ujar Arka menenangkan istrinya.Menunggu di depan UGD, sudah lebih dari setengah jam. Namun, belum ada informasi bagaimana kondisi Kamila. Melihat Kamila yang panik karena Slamet terus dihajar oleh Jamal, menerbitkan rasa sesal di hati Mihika. Putrinya begitu mencintai pria itu, bahkan mereka ditemukan dalam satu ranjang.Bukan hanya Kamila yang diboyong ke rumah sakit, Slamet pun sama. Saat ini masih dalam pengobatan karena wajahnya lebam di pipi dan bibir belum lagi dadanya yang sempat ditendang, mungkin saja mengalami patah tulang atau retak karena sejak tadi terasa sakit.“Mas, bagaimana kalau laki-laki itu menuntut kamu karena penganiayaan,” keluh Ranti pada suaminya.“Tidak akan, main-main dia dengan keluarga kita bisa aku habisi. Kamu tidak lihat, mereka satu selimut. Entah sudah melakukan apa,” sahut Jamal.Mihika dan Arka saling tatap. Apa yang dikatakan Jamal ada benarny
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status