Home / Pernikahan / Bukan Pernikahan Impian / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Pernikahan Impian: Chapter 41 - Chapter 50

74 Chapters

Bab 40

"Kusut amat itu muka, kayak baju gak pernah disetrika," seloroh Erlita melihat Rangga yang datang dengan wajah ditekuk-tekuk. "Cerewet, lu. Buatin kopi kayak biasa, Ta." Erlita melengos, dia berjalan menuju meja pantri membuatkan pesanan kakaknya. "Gagal proyek apa gimana? Kayak perawan lagi patah hati aja, muka sampai lecek begitu." Erlita kembali melempar candaan, sambil meletakkan kopi di depan Rangga. Setelahnya dia menyeret kursi dan duduk tepat di depan kakaknya. Erlita memang tak paham dunia per-kontraktor-an, bisnis yang dijalani kakaknya itu. Tapi untuk menjadi pendengar keluh kesahnya, Erlita siap, Kok. Meski pada akhirnya tidak bisa memberi solusi apa-apa, setidaknya bisa sedikit mengurangi sesak di dada. "Nggak." Singkat sekali jawaban Rangga, tanda dia sedang tidak sedang baik-baik saja. "Terus apa? Ditolak cewek?" Tebak Erlita. "Ck! Sok tahu, lu!" Erlita tergelak mendengar jawaban Rangga. "Jadi, bener masalah Kakak ini ada hubungannya dengan cewek?" Rangga melirik
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 41

Rangga hendak mendebat Erlita, ketika sekelebat bayangan tertangkap matanya. "Ta, kamu merekrut karyawan baru?" Sontak Erlita menoleh ke arah tatapan Rangga, meski sekilas Erlita tahu betul siapa yang dimaksud Rangga. Vina. Sosok yang tertangkap pandangan Rangga memang Vina, sahabat Erlita. Sudah dua hari ini Vina memaksa bantu-bantu di kafe, sebenarnya Erlita sudah melarang, tapi Vina memaksa. "Aku sudah enakan, kok, Er. Bosen aku, tiap hari makan tidur mulu. Boleh ya, aku bantu-bantu. Aku janji nggak bakal bikin kacau resto, beneran. Aku nggak enak ngrepotin kamu terus, tanpa bantu apa-apa."Selama seminggu ini Vina tinggal di kamar belakang yang ada di kafe, bukan hanya makan minum gratis, tapi dia juga mendapat perawatan gratis dan baju untuk ganti. Saat kabur, Vina tak membawa apa-apa, untung dia masih pakai cincin dan anting, yang akhirnya dia jual untuk membeli barang kebutuhannya sendiri. Tak mungkin semuanya dia meminta pada Erlita, itu nggak tahu diri namanya. Sudah ditol
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Bab 42

Erlita memijat keningnya. Ternyata Vina yang secara fisik terlihat sempurna, mempunyai kisah yang rumit dan pahit. "Ah, aku ada ide. Kita buat suamimu tidak berkutik," cetus Erlita tiba-tiba. Vina mengangkat kedua alisnya, keningnya berkerut tanda dia penasaran dengan ide dari sahabatnya tersebut. "Kamu laporin aja suamimu itu ke polisi, dengan tuduhan KDRT. Pasti suamimu langsung mendekam di penjara, dan kalau kamu menggugat cerai langsung dikabulkan." Vina menggeleng. Sejak awal kejadian, tak pernah terlintas sekalipun dalam benak Vina untuk memenjarakannya Abra. Meski apa yang dilakukan Abra sudah diluar batas, menurut Vina penjara bukan solusi yang tepat. Ada perasaan orang tuanya yang harus dijaga, ada mertuanya yang pasti akan sedih kalau anaknya mendekam di balik jeruji besi. Dan yang paling membuat Vina malas membawa masalah ini ke meja hijau, adalah urusannya bakal panjang dan berbelit-belit. "Kenapa?" "Kejadiannya seminggu yang lalu, Er. Bekasnya sudah hilang, aku ngga
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more

Bab 43

"Vi---Vina? Ini beneran Vina, kan?" Rangga tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, melihat gadis yang sebulan ini mengganggu pikirannya, kini berdiri di depannya memakai seragam karyawan kafe miliknya. Sama, Vina pun tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Selama ini dia selalu berhasil 'melarikan diri' setiap melihat Rangga datang, tapi kini dia terpaksa bertatap muka dengan kakaknya Erlita itu. 'Mau bagaimana lagi? Kafe ini miliknya, cepat atau lambat pasti kami bertemu' kata batin Vina. Vina hanya nyengir lebar, menanggapi kekagetan Rangga. "Kamu kerja di sini? Sejak kapan? Kok, Erlita nggak ada ngasih tahu aku?" Cerca Rangga, karena tak kunjung mendapat jawaban dari Vina. Gadis itu justru celingak celinguk menatap kanan kiri, di mana karyawan lainnya sibuk mempersiapkan acara. Andai tidak mendapat mandat dari Erlita, agar acara ini dihandle Vina. Hampir bisa dipastikan Vina bakal kabur dari depan Rangga. Dia belum siap memberi penjelasan apapun pada laki-laki ini. "Vin!
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Bab 44

"Aku akan berusaha menolongmu semampuku. Aku akan sangat merasa bersalah, kalau kamu harus menanggung semuanya sendiri. Sementara aku yang menjadi penyebabnya," lanjut Rangga. Vina mendorong pelan dada Rangga, hingga pelukan itu melonggar. Kini dia balas menatap ke dalam mata Rangga. "Mas, boleh aku minta satu hal?""Tentu saja. Jangankan hanya satu, kamu minta banyak saja pasti aku kabulkan, selagi aku mampu." Rangga berkata sambil mengangkat sebelah alisnya. Setelah memeluk Vina, Rangga jadi sedikit berani melemparkan kalimat menggoda. Dia merasa mendapat lampu hijau, Vina tak lagi menghindari dia. Digoda seperti itu pipi Vina merona seketika. Dia lalu menunduk tak berani membalas tatapan Rangga. Sebagai wanita dewasa, Vina tahu arti tatapan Rangga. Tatapan memuja dan penuh harap. Bukannya Vina GR, tapi Rangga sendiri pernah berterus terang padanya, kalau sampai saat ini hanya Vina yang bertahta di hatinya. Hal ini yang membuat Vina ragu untuk minta tolong pada Rangga. Tak etis
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

Bab 45

Usai mematikan mesin, Rangga membuka seat belt dan buru-buru keluar dari mobil. Vina baru saja pingsan, dia ingin membantu gadis pujaannya itu. Selain karena rasa sayang, dia ingin membuat Vina terkesan, dengan membukakan pintu. Rangga berusaha menggandeng tangen Vina saat mereka berjalan menuju kafe, tapi istri Abra itu menolak. "Aku hanya tidak mau kami jatuh, Vin." Vina tak menjawab, dia hanya mengangguk dan tersenyum sekilas. Mereka terus melangkah beriringan, hingga terhenti demi melihat siapa yang berdiri di depan pintu masuk. "Ma---Mas .... " Wajah Vina berubah pucat, dengan gemetaran dia bersembunyi di belakang punggung Rangga. Tidak salah kalau Vina gemetaran seperti itu, yang berdiri di depan mereka itu adalah Abra. Suami Vina. Orang yang sudah tega menghajar Vina hingga babak belur. Rasa sakit dan trauma itu masih membekas begitu dalam di diri Vina, wajar kalau dia sampai ketakutan begitu. Dia takut Abra kembali murka, dan menyiksanya lagi. Meski ada Rangga sekalipun.
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Bab 46

Tangis Vina pecah, melihat tubuh ringkih tak berdaya Marni tergolek di brangkat dengan selang di beberapa bagian. Rasa bersalah semakin menyiksa Vina. Andai dia tak pergi, pasti Mama tidak begini. Begitu rintih batin Vina. "Mama nggak pa-pa, Sayang. Beliau hanya tidur, bukan koma. Kita do'akan saja semoga Mama cepat pulih." Abra berkata sambil memeluk pundak Vina. Vina mengusap air matanya, lalu berjalan mendekat ke brankar. Diraihnya tangan sang Mama. Netra tua itu terpejam rapat, membuat sesal di dada Vina semakin menggunung. 'Andai aku tidak pergi, pasti Mama tidak seperti ini.' Vina membatin. Dulu, sebelum Vina menikah dengan Abra. Marni sering sakit-sakitan, karena kelelahan mencari nafkah untuk anak-anaknya. Jadi orang tua tunggal dengan dua anak yang masih sekolah, mau tak mau memaksa Marni kerja lebih keras. Suaminya meninggal hangat meninggalkan uang pensiun yang tak seberapa, masih dipotong membayar cicilan rumah yang mereka tempati. Tapi sejak Abra datang, kehidupan Ma
last updateLast Updated : 2023-10-01
Read more

Bab 47

Infertil 47Tentu Vina tidak lupa dengan syarat yang diajukan Abra, kalau dirinya nekat menggugat cerai. Mengembalikan semua pemberian Abra, bukan perkara mudah untuk Vina dan keluarganya. Dari mana uang sebanyak itu? "Tapi kamu harus bercerai dengan Abra, Nak. Dia tidak hanya temperamen, tapi juga sakit jiwa." Vina terhenyak mendengar ucapan mamanya. "Sakit jiwa? Maksud Mama apa?" Setahu Vina Abra memang dominan dan otoriter, tapi dia penyayang. Selama menjadi istrinya, Vina diperlakukan bak ratu. Hanya saja sejak dinyatakan mandul, Abra banyak berubah. Sikapnya semakin posesif, dan cemburunya makin menjadi-jadi. Dan puncaknya dia ngamuk, Vina dihajar hingga babak belur, hingga akhirnya Vina memutuskan melarikan diri. Vina pikir lebih baik mengakhiri pernikahan yang tidak sehat ini, tapi mengingat kondisi Marni, Vina jadi berfikir dua kali untuk menggugat cerai Abra. Tapi bukan berarti itu mengindikasikan Abra sakit jiwa, kan? Dan sekarang Marni meminta Vina berpisah dari Abra? Ua
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Bab 48

"Kamu berhutang penjelasan padaku, sayang," ucap Abra pelan, suaranya terdengar begitu lembut, namun terdengar begitu mengerikan di telinga Vina. Pasalnya Abra berkata dengan tatapan dingin, yang membuat Vini ngeri seketika. Inilah saat yang paling ditakutkan Vina, kembali ke rumah mertuanya, berdua dengan saja dengan Abra. Sebenarnya mereka tidak benar-benar berdua saja, ada Maya di lantai bawah, tapi Vina tidak yakin wanita itu mau membantunya. Mengingat mertuanya itu sekarang bergantung sepenuhnya pada Abra, hutangnya pada ayah Tesa kini jadi tanggungan Abra. Vina sudah berusaha mengulur waktu, agar tidak kembali ke rumah ini dengan berbagai alasan, tapi sayangnya Abra tidak mengijinkan. "Sementara aku tinggal di rumah Mama ya, Mas? Biar bisa ngurus Mama. Boleh, ya?" Pinta Abra, kala kondisi Marni dinyatakan sudah membaik dan diijinkan pulang. Dia berharap bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk sejenak 'lari' dari Abra. Selama Marni dirawat di rumah sakit, sikap Abra sangat be
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

Bab 49

Maya terus terisak, menangisi menantunya yang belum juga siuman sejak tadi. Di atas brankar, tubuh Vina tergolek tak berdaya. Selang infus menancap di tangan kirinya. Dibantu tetangga sebelah, Maya membawa Vina ke klinik terdekat. Maya sempat bingung saat Pak Ardi, tetangga sebelahnya itu banyak bertanya. "Bagaimana ceritanya, Mbak Vina sampai babak belur begini, Bu?" "Saya sendiri nggak tahu, Pak. Saya menemukannya sudah seperti itu." Meski tahu siapa pelakunya, Maya tetap tidak mau terbuka. Tak mungkin dia membuka borok anaknya sendiri, kan? "Mas Abranya mana? Sudah tahu kalau istrinya jadi korban penganiayaan?" Tanya Pak Ardi lagi. "Abra ke luar kota, tadi sudah saya telfon." Bohong Maya, dia sendiri tidak tahu keberadaan anak sulungnya itu. Pagi-pagi sekali Abra sudah pergi tanpa pamit. "Ada barang yang hilang atau rusak, Bu?" Pak Ardi sudah mirip polisi yang tengah menginterogasi, dari tadi terus menanyai Maya. Padahal wanita itu sebenarnya malas meladeni. Laki-laki seumur
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status