Home / Rumah Tangga / Bukan Pernikahan Impian / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bukan Pernikahan Impian: Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

Bab 30

"Kamu dengar sendiri apa kata Dokter tadi kan, Vin? Kita berdua sama-sama sehat, sama-sama subur. Pembuahan konvensional lebih efektif dibanding IVF, kenapa kita tidak mencobanya?" Vina sontak menghentikan langkahnya, dia menatap Rangga dengan perasaan tak menentu. Sejak awal dia sudah menolak permintaan Abra untuk menjalani prosedur IVF, tapi atas nama bakti pada suami dan demi menutup aib Abra, Vina rela menjalani IVF meski setengah hati. Dan sekarang Rangga menawarkan pembuahan konvensional? Kalau pembuahan konvensional itu dilakukan dengan Abra, tentu saja Vina dengan senang hati melakukannya. Tapi ini Rangga yang menawari. Yang benar saja? Vina tidak ada bakat jadi penghianat. "Maksud kamu ngomong kayak gitu apa, Mas? Kamu lupa tujuan awal kita? Ingat kamu hanya pendonor! Nggak lebih. Kalau memang keberatan, mending ngomong sana sama Mas Abra! Aku nggak masalah, kalau IVFnya batal!" Ketus Vina. Lalu dia mempercepat langkahnya meninggalkan Rangga. "Vin! Tunggu, Vin!" Rangga men
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Bab 31

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah bangunan yang nampak asri. Vina menghela nafas panjang, bayangan saat dia sering berkunjung ke tempat ini kembali terlintas. "Ini kafe punya kakakku, lho, Vin." Ucapan Erlita kala Vina pertama kali datang ke kafe ituitu, kembali terngiang di benak Vina. Waktu itu kafe belum sebesar sekarang. "Oh ya? Wah, Mas Rangga hebat, dong. Punya usaha sendiri di usia muda, dia tajir berarti." Erlita tersenyum getir. "Nggak juga, tempat ini dulunya rumah makan milik orang tua kami, sejak ayah sakit-sakitan gak ada yang ngurus lagi. Tempat ini jadi sepi pengunjung, dan akhirnya tutup. Ayahku sudah meninggal, sebagai pengganti Ayah Mas Rangga memutar otak bagaimana caranya agar menghidupi kami bertiga. Lalu muncullah ide merubah rumah makan ini jadi kafe, mengikuti yang lagi ngetren dikalangan anak muda. Bahkan kami terpaksa menggadai rumah, untuk mendapat modal. Semoga kafenya rame dan cepat berkembang, Vin. Ayah meninggalkan banyak hutang yan
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

Bab 32

Senyum Rangga terus mengembang, melihat adik dan gadis bidikannya itu terus bertukar cerita, dengan sesekali diiringi gelak tawa. Wajah mendung yang dari pagi ditunjukkan Vina, kini berubah cerah. Banyak topik yang jadi bahan obrolan mereka, dari mengenang masa kuliah, hingga masa-masa mereka menghabiskan waktunya setelah terpisah.Meski diabaikan, kehadirannya tak dianggap. Rangga sama sekali tidak kecewa, dia justru bahagia. Itu artinya dia bisa memanfaatkan kedekatan Erlita dan Vina untuk menjalankan misinya. Merebut Vina dari Abra. Bisa dibilang, Rangga ini tak kalah kalau dibanding Rangga. Soal wajah, mereka sama-sama tampan. Soal harta? Rangga bahkan lebih mapan. Dan satu lagi yang membuat Rangga menjadi yakin dan merasa di atas angin. Dia subur, tidak seperti Abra yang mandul. Tinggal pelan-pelan menaklukkan hati Vina. Toh, gadis itu pernah ada rasa padanya. "Terus kakak angkatan yang dulu ngejar-ngejar kamu, gimana kabarnya?" Erlita bertanya usai tawanya mereda. "Kakak kel
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Bab 33

"Jadi, gimana hasil pemeriksaaan hari ini?" Tanya Abra, ketika mereka berada di meja makan. Malam ini Maya menginap di rumah anaknya yang lain, hingga mereka hanya makan berdua Vina menatap nanar suaminya, mendengar nada datar yang keluar dari bibir itu. Sebelumnya laki-laki yang menikahinya lebih dari setahun lalu itu, tak pernah bersikap dingin seperti ini. Entah kemana tatapan hangat dan penuh cinta yang selalu dia tujukan dirinya? Kemana senyum manis yang selalu Abra suguhkan padanya? Apakah Abra marah? Tapi kenapa? Bukankah Vina sudah menuruti keinginannya? Pertanyaan itu kini memenuhi kepala Vina. "Vin!" Suara Abra meninggi, membuat Vina yang tengah menyuap nasi ke mulutnya itu terlonjak kaget. Bahkan sendok yang dia pegang terlepas hingga meluncur ke lantai. Tiba-tiba jantung Vina berdegup kencang, dia merasa Abra sedang tidak baik-baik saja. Tak biasanya suaminya itu mengajak dia ngobrol saat makan, apalagi Vina tengah mengunyah tadi. Biasanya Abra akan sabar menunggu sam
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 34

"Tampar lagi, Mas! Tampar! Biar kamu puas!" Tantang Vina. Amarahnya sudah memuncak. Dia sudah mengalah, sudah menuruti apa yang Abra mau. Tapi laki-laki itu seperti tak ada puasnya. Apa ini karena dia merasa minder dengan keadaannya? Abra merangsek, tangannya terulur ke arah Vina. Membuat perempuan itu spontan memejamkan mata, dia pasrah andai ini menjadi akhir hidupnya. "Maafin Vina, Ma. Maafin Vina belum bisa membahagiakan Mama," ratap Vina dalam hati. "Dengar perempuan sundal! Jangan memancing emosiku, kalau kamu masih ingin menghirup udara!" Ancam Abra, dengan tangan mencengkeram wajah Vina. "Aku sangat mencintaimu, aku tak mau kamu dekat dengan laki-laki manapun. Kamu dengar itu, jalang!" Abra mengencangkan cengkeramannya, membuat Vina tak berani membuka mata. Dia benar-benar takut melihat kemurkaan Abra. "Aku mencintaimu, Vin. Sangat mencintaimu. Aku tidak mau kehilangan kamu, hanya kamu yang bisa menerima kekuranganku." Usai berkata Abra mengecup lembut bibir Vina, kemudia
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Bab 35

Hal pertama yang dicari Vina adalah tasnya, dia menyimpan ponselnya di sana. Mata Vina membelak melihat tas itu tergeletak di atas meja rias. Meski sulit, Vina berusaha meraihnya. Dia hampir saja meraih benda itu, ketika pintu kamar mandi terbuka dan Abra sudah berdiri di depannya. "Mau apa kamu?"Tubuh Vina gemetaran melihat Abra melangkah ke arahnya. Jantungnya berdegup kencang, seolah kematian sudah berada di depan mata. "Vin! Vina!" Terdengar suara Abra memanggil namanya, sebelum semua menjadi gelap. * * * * * * *Perlahan Vina mengerjapkan mata, bau obat menusuk indera penciumannya. Membuat dia sadar, kini tengah berada di rumah sakit. Hal yang pertama kali dia rasakan adalah nyeri di sekujur tubuhnya. Wanita itu memejamkan mata, bayangan saat Abra menyiksanya tanpa belas kasihan kembali terlintas di benaknya. Air mata Vina meluncur tanpa bisa dikendalikan, nasib seolah tak berpihak kepadanya sejak menikah dengan Abra. Mulai hidupnya yang terkekang, dituduh mandul mertua sen
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 36

"Dokter, boleh saya minta tolong?" Ucap Vina hati-hati. Meski Antoni bersikap baik padanya, tetap saja dia harus waspada. Bagaimanapun juga, laki-laki di depannya ini bersahabat dengan suaminya. Bukan tak mungkin dia lebih membela sahabatnya, dari pada Vina. "Minta tolong? Tentu saja boleh. Saya akan dengan senang hati menolongmu," jawab Antoni yakin. "Boleh saya ---" Vina menjeda ucapannya, tiba-tiba ragu menyergap. Akankah Antoni bersedia menolongnya? Mengingat persahabatan mereka begitu erat, bahkan sejak masih sama-sama remaja. "Kamu mau pinjam telfon?" Tebak Antoni. Sejak semalam dia tidak melihat benda pintar itu berada di sekitar istri sahabatnya itu. Vina menggeleng pelan. Dia memang ingin menghubungi seseorang untuk minta tolong, tapi dia tidak ingat nomer telfonnya. "Jangan takut, aku akan menolongmu. Katakan saja! kamu ingin aku melakukan apa?" Antoni kembali bertanya, setelah Vina tak kunjung buka suara. Dia nampak sabar sekali menghadapi Vina. Antoni sadar, Vina bar
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Bab 37

"Astaghfirullah, Vinaa...! Apa yang terjadi?" Pekik Erlita begitu melihat sahabatnya itu datang dengan dipapah laki-laki yang bukan suaminya. Keadaannya begitu payah dan mengenaskan. Muka penuh lebam, jalan pun sempoyongan hingga harus dibantu. Memang Vina mengalami kecelakaan di mana? Kenapa dibawa ke sini, bukan ke rumah sakit? Begitu tanya batin Erlita. Dua sahabat itu saling berpelukan. Dalam pelukan Erlita, Vina menangis sejadinya. Dia butuh dada untuk menumpahkan tangisnya. Cukup lama mereka berpelukan, hingga Antoni yang dari tadi tak dianggap keberadaannya, berdehem. "Hmm!" Keduanya kompak melerai pelukan. "Maaf Mbak-Mbak cantik, saya harus kembali bekerja. Saya tinggal dulu, ya?""Terima kasih sudah menolong saya, Dok," jawab Vina. Sementara Erlita yang belum tahu siapa Antoni, nampak kebingungan. "Sama-sama, Vin. Kalau butuh bantuan jangan sungkan-sungkan menghubungi saya. Mbak, saya nitip Vina ya?" Antoni beralih menatap Erlita. "Iya, Dok. Terima kasih sudah menganta
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

BAB 38

Abra mengeram frustasi. Antoni kekeh menyembunyikan keberadaan Vina, sahabatnya itu konsisten tutup mulut meski Abra memaksa. "Sorry, Bra. Kali ini aku pro istrimu, ini semua demi kebaikan kalian berdua. Bukan tidak mungkin kamu akan semakin menyakiti Vina, kalau nanti kalian kembali bertemu," jawab Antoni ketika Abra terus mendesak. "Aku janji tidak akan menyakiti dia lagi, Ton. Aku hanya ingin minta maaf, dan memastikan keadaannya baik-baik saja.""Aku jamin Vina di tempat dan bersama orang yang tepat. Nggak usah khawatir, dia akan baik-baik saja." Meski Antoni baru sekali bertemu Erlita, tapi dia yakin sahabat Vina itu orang baik. "Ton, please.... Bagaimanapun juga dia istriku, aku berhak tahu keberadaannya," mohon Abra dengan wajah memelas. "Sudahlah, sebaiknya kamu pulang. Yang kamu butuhkan sekarang itu memenangkan diri dan instropeksi."Abra meninggalkan ruang praktek dengan hati penuh amarah. Kemana dia harus mencari istrinya? Sementara Antoni yang tahu keberadaan Vina, me
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 39

Seminggu sudah Vina menghilang, selama itu juga Abra terus mencari keberadaan istrinya. Ditemani Marni dia mendatangi satu persatu keluarga besar Vina, baik saudara dekat maupun saudara jauh. Bukan hanya keluarga besar dari pihak Marni, dari pihak papanya Vina pun, mereka datangi. Bukan hanya keluarga besar, teman-teman Vina pun tak luput dari sasaran Abra. Tapi sayang seribu sayang, harapan tinggal harapan. Vina bagai ditelan bumi, menghilang tanpa jejak yang bisa ditelusuri. Gara-gara mencari Vina, Abra jadi sering ijin keluar, dan banyak pekerjaannya yang terbengkalai. Untung perusahaan tempat Abra kerja milik adik papanya, kalau tidak, di sudah dipecat. Mendatangi Antoni pun percuma, sahabatnya itu masih konsisten tutup mulut. Meski Abra mendesak dan memohon, Antoni tetap bergeming. Tak ada rasa iba sama sekali di hati Antoni, padahal Abra terlihat begitu menyedihkan. "Sorry, Bra. Aku sudah terlanjur berjanji pada Vina, aku tidak mau mengingkarinya," jawab Seksolog itu diplomat
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status