Home / Pernikahan / Bukan Pernikahan Impian / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bukan Pernikahan Impian: Chapter 21 - Chapter 30

74 Chapters

Bab 21

Tiga bulan kemudian. "Waktu kalian sudah habis, Mama tidak mau mendengar alasan apapun. Kalau minggu depan hasil tes pack Vina masih negatif, maka kalian harus bercerai!" Ucap Maya penuh penekanan. Mereka sedang berada di ruang makan, tengah menikmati makan malam, yang tidak nikmat untuk Vina dan Abra. Abra dan Vina kompak saling pandang. Bercerai? Bagi Vina itu lebih baik, dia bisa lepas dari tekanan sang Mama mertua. Soal kehidupannya dan keluarganya nanti, itu bisa diatur. Toh Vina sudah lulus kuliah, sudah bisa cari kerja. Meski nanti harus hidup prihatin, karena penghasilan Vina tentu jauh dari nafkah yang diberikan Abra. Itu tak jadi masalah, yang penting hidup bebas tanpa beban. Tapi bagi Abra, itu pertanda kiamat. Mau menikah dengan siapapun, istri Abra nanti tidak akan hamil. Hasil tes kesuburan sudah menyatakan, kalau Abra Infertil, sudah tidak bisa diubah lagi. "Ma, tolong jangan berkata seperti itu. Punya anak atau tidak punya anak, aku hanya hidup bersama Vina, Ma.
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

Bab 22

Pagi itu Abra menarik dua koper besar berisi pakaian dan dokumen pribadi keluar kamar, disusul Vina yang membawa tas yang tak kalah besar, tak lupa sling bag sudah menghiasi bahunya. Mereka memutuskan untuk pindah dari rumah maya ke apartemen milik Abra. Sejak pertengkaran di meja makan beberapa minggu lalu, hubungan Abra dan Vina dengan Maya memburuk. Mereka saling diam, tak ada tergur sapa. Membuat suasana di rumah seperti neraka. Terutama Vina, dia yang paling tersiksa, dia yang menjadi korban pertikaian ibu dan anak itu. Apalagi sehari-hari Vina hanya di rumah saja, karena Abra tidak mengijinkan istrinya bekerja, takut kecantol teman sekantor katanya. Karena hanya di rumah, membuat Vina lebih sering berinteraksi dengan mertuanya. Dan terpaksa mendengar sindiran pedas mamanya Abra itu. "Ma, kami pamit." Abra dan Vina menghampiri Maya, yang tengah menikmati teh sambil membaca majalah di teras samping rumah. Maya menatap keduanya dengan tatapan nanar, apalagi koper dan tas besar y
last updateLast Updated : 2023-09-07
Read more

Bab 23

"Wah, sepertinya aku melewatkan sesuatu." Tesa berkata sambil mengenyakkan pantatnya di sofa, meski tidak dipersilahkan. Spontan Vina dan Maya melepas pelukan mereka. Keduanya kompak menatap Tesa yang tengah duduk dengan gaya angkuhnya. "Te--- Tesa?" Maya tergagap menyebut nama anak sepupu jauhnya itu. Vina melirik Maya dengan tatapan heran. Kok bisa? Maya yang biasanya selalu bersikap ramah dan antusias itu, tiba-tiba ketakutan seperti melihat setan ketika Tesa datang. Ini yang jadi pertanyaan Vina. "Iya, Tante. Ini saya Tesa, keponakan tersayang dan calon menantu Tante yang paling cantik, dan pastinya akan cepat memberi cucu pada Tante. Karena saya ini subur, nggak mandul kayak itu .... tu.... " Tesa menunjuk Vina dagunya, disertai tatapan merendahkan. Karena tak ingin terlibat masalah dengan Tesa, Vina memilih pergi. "Ma, saya ke atas dulu. Kalau ada apa-apa, Mama panggil Vina aja," pamit Vina. Maya mengangguk pelan, satu kebetulan baginya. Dia tidak ingin Vina mendengar ap
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

Bab 24

"Gila! 10M itu bukan uang yang sedikit, Vin? Dari mana aku dapat uang sebanyak itu!" Pekik Abra syok. Baru datang langsung dapat laporan kalau mamanya terlilit hutang yang jumlahnya tidak main-main, masih ditambah bunga pula. Bagaimana Abra tidak kaget. "Awalnya aku juga nggak percaya, Mas. Tapi Mama sendiri yang ngomong, aku juga dengar sendiri waktu Tesa nagih," cicit Vina. Meski bukan dirinya yang berhutang, melihat reaksi Abra yang seperti ini membuat nyali Vina ciut juga. Padahal dia janji pada mertuanya untuk bicara dengan Abra, dan membujuk suaminya itu agar mau membantu Maya melunasi hutangnya pada Tesa. Abra menghenyakkan tubuh di tepi ranjang, dia meremas rambutnya kasar, lalu meraupkan kedua tangannya ke wajah. "Kapan hutang Mama jatuh tempo?" Tanya Abra setelah merasa sedikit tenang. "Sebulan lagi, Mas." Abra meninju kasur di sebelahnya. Dia benar-benar tidak menyangka, kalo Tesa dan keluarganya yang selama terlihat baik dan ramah. Ternyata tega pada saudara sendiri
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

Bab 25

"Mas, cukup! Sekali aku bilang tidak mau, aku tetap tidak mau. Meski aku tidak tidur dengan laki-laki itu, tetap saja hukumnya Zina, Mas." Setengah memekik ketika Vina berkata, saking jengkel nya dia pada Abra yang ngeyel dari tadi. "Terus maumu apa, Vin? Kamu mau semua orang tahu kalau suamimu ini mandul? Kamu mempermalukan suamimu ini, begitu?" Vina terdiam. Berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk menyampaikan pendapatnya, tanpa menyinggung perasaan Abra. "Aku mau hamil, Mas. Tapi ---" "Tapi apa? Katakan! Tidak usah berbelit-belit," sahut Abra yang tidak sabar menunggu Vina menyelesaikan kalimatnya. "Aku mau hamil, tapi harus hamil dengan suamiku. Bukan dengan laki-laki lain, meski hanya donor sperma. Kita ini muslim, Mas. Segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai hukum agama. Aku nggak mau seumur hidup menanggung dosa. Kita bukan bule yang hidup bebas, nggak kenal Tuhan. Kamu juga harus memikirkan resiko yang harus kita terima di belakang hari, dengan mengambil keputusan
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Bab 25

"Mas, cukup! Sekali aku bilang tidak mau, aku tetap tidak mau. Meski aku tidak tidur dengan laki-laki itu, tetap saja hukumnya Zina, Mas." Setengah memekik ketika Vina berkata, saking jengkel nya dia pada Abra yang ngeyel dari tadi. "Terus maumu apa, Vin? Kamu mau semua orang tahu kalau suamimu ini mandul? Kamu mempermalukan suamimu ini, begitu?" Vina terdiam. Berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk menyampaikan pendapatnya, tanpa menyinggung perasaan Abra. "Aku mau hamil, Mas. Tapi ---" "Tapi apa? Katakan! Tidak usah berbelit-belit," sahut Abra yang tidak sabar menunggu Vina menyelesaikan kalimatnya. "Aku mau hamil, tapi harus hamil dengan suamiku. Bukan dengan laki-laki lain, meski hanya donor sperma. Kita ini muslim, Mas. Segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai hukum agama. Aku nggak mau seumur hidup menanggung dosa. Kita bukan bule yang hidup bebas, nggak kenal Tuhan. Kamu juga harus memikirkan resiko yang harus kita terima di belakang hari, dengan mengambil keputusa
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Bab 26

"Halo, Bro!" Jantung Vina hampir melompat dari tempatnya, ketika melihat dengan jelas wajah laki-laki yang disapa oleh Abra. "Ya Tuhan .... Apalagi ini?" Desis Vina dalam hati. Laki-laki itu, laki-laki yang tengah menjabat tangan Abra itu. Dia adalah laki-laki yang dulu pernah mengejar-ngejar Vina awal-awal masuk kuliah. Dia kakaknya Erlita, namanya Rangga. Dia bahkan pernah menyatakan perasaannya secara langsung pada Vina, tapi dia menolak. Karena Vina ingin fokus kuliah, bukan pacaran. Orang tuanya sudah susah membiayai pendidikannya, rasanya tak adil kalau Vina malah asik bermain cinta. Bertemu Rangga melempar kembali ingatan Vina ke masa la"Mau kemana sih, Ta? Aku mau pulang." Tolak Vina, ketika Erlita menarik tangannya menuju parkiran. "Iya, ini aku mau antar kamu pulang. Tapi mampir sebentar ke kafe kakakku. Aku lapar, kamu juga, kan?" Jawab Erlita tanpa melepaskan tangan Vina yang dia genggam. "Tapi ini sudah sore, Ta. Nanti mamaku khawatir." "Biar nanti aku yang ngomong
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

Bab 27

"Bicara berdua?" Abra membeo ucapan istrinya. "Iya, berdua saja. Boleh, kan?" Abra diam, terlihat dia tengah menimang permintaan istrinya. Apakah permintaan itu layak dia kabulkan? Mengingat tatapan Rangga yang terlihat begitu memuja Vina, jujur Abra cemburu. Tapi demi mendapatkan apa yang dia inginkan, dengan terpaksa Abra menyetujui permintaan Vina. "Oke, aku akan ke sana sebentar. Waktu kalian lima belas menit," putus Abra akhirnya. Menurut Abra, tak ada salahnya membiarkan Vina bicara empat mata saja dengan Rangga. Mungkin Vina ingin membuat kesepakatan dengan Rangga. Ah, nanti Vina juga cerita. Lagipula ini tempat umum, banyak pengunjung tak mungkin Rangga berani macem-macem sama Vina. Lagipula Abra akan terus memantau mereka, agar tidak terjadi hal tak diinginkan. "To the point aja, Mas. Waktu kita tidak banyak. Apa alasanmu bersedia menjadi pendonor?" Nada suara Vina terdengar tegas, tanpa basa-basi. "Sebenarnya aku dan Abra tidak terlalu dekat, kami hanya kenal tidak ber
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

Bab 28

"Tadi kalian ngobrol apa saja, Sayang?" Tanya Abra ketika mereka dalam perjalanan pulang. "Ngobrolin alasan dan tujuan dia, kenapa bersedia menjadi pendonor," jawab Vina jujur, tanpa menyebutkan hal lain yang sempat Rangga tawarkan tadi. "Terus, dia jawab apa?""Katanya kasihan, dan hanya ingin menolong. Bukan karena uang yang Mas kasih.""Dia nggak ngajuin syarat yang aneh-aneh sama kamu, kan?" Tanya Abra lagi. Ada kekhawatiran dalam diri Abra. Bagaimanapun juga Rangga adalah laki-laki normal, yang masih tertarik dengan perempuan, sementara istrinya begitu cantik. Bukan tidak mungkin Rangga jatuh cinta pada istrinya itu. Apalagi Rangga ini masuk golongan good looking, mapan secara finansial. Dan jangan lupakan kalau laki-laki ini fertil, bisa jadi Vina berpaling. Bukankah cinta bisa tumbuh dimana, dan kapan saja? Tak peduli status sudah menikah. "Aneh-aneh apa? Ya enggak, lah," sangkal Vina. Rangga memang tidak minta syarat yang aneh-aneh, tapi Rangga menawarkan hal yang aneh. G
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

Bab 29

"Sendirian aja, Vin? Abra mana?" Rangga bertanya sambil melongok ke arah belakang Vina, mencari keberadaan suami wanita yang masih dia cintai sampai sekarang. "Tadi di antar sampai depan aja, Mas. Kata Mas Abra kita disuruh ngaku sebagai suami istri, karena sarat program bayi tabung harus suami istri," jawab Vina dengan gugup. Sejak pertama bertemu Rangga, jantungnya sulit dikendalikan. Berdetak tak karuan. Keadaan Abra, membuat pikiran Vina travelling kemana-mana melihat postur tegap Rangga. Rasanya dia ingin memeluk, dan .... Ah, sudahlah. Dosa. Vina menghentikan pikirannya yang mulai nakal. "Oh, gitu. Oke." Rangga tersenyum lebar, matanya tak mau beralih dari Vina barang sedetik pun. "Walau hanya pura-pura nggak masalah, Vin. Yang penting pernah jadi suamimu. Dan ingat, kamu akan mengandung benihku." Batin Rangga. "Mas Rangga sudah nunggu lama, ya?" Vina merasa tidak enak pada Rangga, karena dia terlambat 30 menit dari waktu yang dia janjikan. Drama mata bengkak efek menangis
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status