Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 121 - Chapter 130

200 Chapters

Bab 121. Season 2

Rendi melirik istrinya yang terlihat santai saja ketika mendengar ocehan mamanya. Wanita itu dengan santai mengambil piring, dan mengisinya dengan nasi juga lauk pauk serta sayur yang tertata di meja. Tidak terpengaruh sama sekali.“Jangan cuma dilirik! Tapi diajak bicara, Ren!” perintah Bu Rani membuat Rendi tersentak. Maira pun menoleh ke arahnya. Alisnya yang tebal dan rapi terangkat.“Kenapa?” tanya Maira sambil meletakkan satu piring nasi yang sudah lengkap dengan sayur dan lauknya itu ke hadapan Rendi.“Eng–enggak apa-apa,” kata Rendi menahan gugup, lalu memusatkan perhatiannya pada sepiring nasi yang sudah disiapkan istrinya. Maira memang pintar mencari perhatian Mama. Dia bisa terlihat biasa saja di depan Mama dan berubah dingin ketika berhadapan denganku. batin Rendi. Pukul tujuh lebih dua puluh menit. Mereka makan bersama di meja makan yang besar dengan suasana dingin. Hanya bunyi sendok garpu dan piring beradu yang terdengar. Dua anak kecil yang biasanya akan ramai di me
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

Bab 122. Season 2

Rendi dan Bu Rani saling melempar pandangan. Terlihat sekali Rendi tidak nyaman berada di situasi itu.“Tidak ada yang perlu dikatakan. Ini sudah malam, sebaiknya kita semua segera istirahat,” kata Rendi dengan tegas. Beranjak dari kursi dan langsung meninggalkan ruang dapur. Apakah ini sama dengan pengecut? Batin Rendi meronta saat ia meninggalkan dua wanita itu di dapur. Bukan, ini hanya belum saatnya ia bicara dengan mamanya soal Maira. Dia tidak boleh gegabah. Lagi, hatinya sangat mencintai wanita berwajah teduh itu. Apalagi, saat ini di antara mereka sudah ada Raihan. Seharusnya dengan adanya anak itu, hubungan mereka akan semakin erat.Bu Rani melihat wajah Maira semakin murung. “Sabar ya, Mai. Namanya orang berumah tangga itu pasti ada saja ujiannya. Mama percaya, kamu pasti bisa melaluinya.” Bu Rani berjalan mengitari meja dan berhenti di sebelah Maira. Wanita paruh baya itu mengusap-usap punggung Maira untuk memberikan dukungan.Maira merasa dirinya sudah lelah lahir dan bat
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more

Bab 123. Season 2

“Tidak boleh,” sahut Rendi cepat-cepat. Ia merasa tertohok oleh ungkapan hati Maira itu. Beranjak dari ranjang lalu duduk bersimpuh di depan Maira. Meraih jemari lentik itu, kemudian mengecupnya berkali-kali. Hari itu, Rendi memutuskan untuk berdamai dengan rasa cemburunya. Lagian, Maira sudah mengatakan, dia bisa bertanya pada Dokter Bryan. Apalagi yang bisa membuatnya ragu?“Sayang, maafin Mas, kalau Mas udah banyak salah sama kamu. Tolong … jangan pergi ke mana-mana dulu. Kita harus menenangkan diri kita masing-masing. Mas janji kalau hati kamu sudah lebih tenang, nanti kita bisa ke rumah Bapak Ibu.” kata Rendi panjang lebar dengan tatapan menghiba.Maira menghela napasnya, hatinya sedikit lebih lega. Bagaimana pun, dia sangat mencintai pria di hadapannya itu. Dia lah pahlawannya. Pria itu pernah bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya. Dan itu selalu membuat Maira jatuh cinta berkali-kali pada suaminya itu. Kesalahan-kesalahan kemarin, sebenarnya tidak seberapa jika dibandingkan de
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 124. Season 2

“Nggak mau!” teriak bocah kecil itu sambil berurai air mata. “Aku mau ikut Kak Daffa.” Maira bimbang harus menyusul Daffa atau menenangkan Raihan dulu. Akhirnya ia berdiri dari kursinya lalu menghampiri Raihan. “Sayang, udah. Nggak boleh teriak-teriak seperti itu sama Papa.” Maira memeluk tubuh anaknya dan mendekapnya erat-erat.Bocah itu masih sesenggukan. “Ihan mau sama Kak Daffa, Ma,” rengeknya berusaha melepaskan diri. “Iya Sayang, ya udah, kita susul Kak Daffa sekarang, ya.” bujuk Maira sambil mengecup kepala Raihan berkali-kali. Dapat Maira rasakan kepala anak itu mengangguk dalam dekapannya. “Ma, Mas … aku susul Daffa dulu, ya,” pamit Maira pada suami dan mertuanya. “Iya Mai.” balas Bu Rani dengan tatapan sendu. Sementara Rendi terlihat beberapa kali menghela napas besar. Pria itu menatap nanar ke arah punggung istrinya yang berlalu dari meja makan bersama Raihan dalam gendongannya. “Apa masalah kalian sudah selesai?” tanya Bu Rani tiba-tiba. Rendi mengangguk ragu-ragu. Se
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 125. Season 2

“Dokter Rendi?” Suara perempuan yang tidak asing lagi menyapa telinga mereka pagi itu. Sepasang suami-istri itu menoleh ke belakang. Dan seketika wajah Rendi menjadi tegang. “Dia, kan—” Maira berkata lirih yang hampir serupa bisikan. Namun terdengar menakutkan di telinga Rendi. Pria itu buru-buru menoleh pada istrinya. “Kamu kenal sama dia?” tanya Rendi dengan dahi berkerut. Belum sempat Maira menjawab, wanita itu sudah lebih dulu berbicara.“Wah … kebetulan ketemu di sini, ini anak-anak kamu?” Wanita itu menatap Rendi sebentar, lalu melihat Daffa dan Raihan dengan mata berbinar. Lalu tangan putih mulusnya mengusap pelan puncak kepala keduanya. Mengabaikan Maira yang menatapnya dengan sorot mengerikan. “Iya, Mbak … mereka anak-anak kami,” balas Maira. Mengukir senyum di bibir tipisnya namun sorot matanya tajam seperti siap menusuk lawannya. “Oh … iya … iya,” wanita itu mengangguk mengerti, dan membalas tatapan Maira sedikit sungkan.Maira mengerling pada Rendi dengan mimik muka p
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 126. Season 2

Tiba di ruangannya, Gunawan langsung menghentakkan berat tubuhnya di atas kursi kebesarannya. Pria paruh baya itu menghembuskan napasnya dengan kuat. “Tolong panggilkan Dokter Rendi agar menemui saya,” titah Gunawan sambil memutar kursi kebesarannya. Menatap jendela yang meneruskan pandangannya ke arah luar. Hal yang selalu menjadi favorit pria paruh baya itu, yaitu menatap pemandangan kota dari lantai teratas. Seseorang yang selalu mendampinginya mengangguk patuh dan berkata, “Siap, Pak.” Lalu pria itu segera membalikkan badannya dan keluar dari ruangan Gunawan.“Tidak akan aku biarkan tangismu sia-sia, putriku,” gumam Gunawan. Matanya menerawang jauh ke depan.Tidak berapa lama, pintu ruangannya diketuk sebanyak tiga kali. Lalu seorang yang tadi disuruh memanggil Dokter Rendi masuk bersama Rendi yang berjalan di belakangnya. “Pak, ini Dokter Rendi sudah datang,” ujar pria tadi. “Baik, terima kasih. Kamu boleh keluar.” Setelah Gunawan mengatakan itu, pria tadi langsung keluar dari
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 127. Season 2

“Kalau Papa tetap memaksa, lebih baik aku kembali ke luar negeri saja!” gertak Mita.Gunawan terhenyak. Tidak boleh, itu tidak boleh terjadi. Apapun itu, Mita harus tetap tinggal bersamanya. Harapannya kini hanya Mita yang bisa meneruskan mengurus rumah sakit mereka. Anak bungsunya sudah menyerah lebih dulu dan lebih memilih meneruskan usaha mertuanya. Gunawan menghela napas panjang-panjang. “Jangan lakukan itu Mita!” Pria itu menautkan pandangannya pada sang putri. “Jangan pergi lagi. Papa tidak akan memaksakan jodoh untukmu. Tapi … Papa mohon, jangan ganggu Rendi. Dia pria beristri, Nak.” Sorot mata Gunawan sudah sangat sendu ketika mengatakan itu. Dia berharap Mita mau mendengarkannya. Dia juga tidak mau putri kesayangannya menyakiti perasaan sesama wanita. Mita diam tidak menyahut. Tapi, di dalam hatinya, dia menolak usulan sang Papa. Obsesinya terhadap Rendi akan sangat sulit untuk dilenyapkan. Dia sudah mengagumi pria itu sejak lama. Tidak mudah bagi Mita untuk sampai pada tit
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 128. Season 2

Maira cepat-cepat menyelesaikan sapuan bedaknya sebelum Rendi benar-benar sampai di dekatnya. Kini ia memoleskan lip tint berwarna peach ke bibirnya yang sudah merona. “Aku dandan begini biar kamu nggak malu punya istri sepertiku, Mas.” kata Maira, memutar tubuh tanpa beranjak dari kursinya.Rendi berhenti tepat di depan wanita itu. Matanya mengerjap berkali-kali. Lalu sedikit menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Maira. “Aku nggak pernah malu punya istri sepertimu, Sayang.” Mendengar gombalan seperti itu sudah membuat Maira merasakan pipinya memanas. “Gombal, ah! Nanti kalau aku nggak dandan takutnya kamu lirik sana lirik sini.” Bibir Maira mengerucut. Tapi matanya melirik ke wajah suaminya. “Udah, ah, jadi berangkat nggak ini?” Maira mendongakkan wajahnya dengan ekspresi yang masih sama. “Ya jadi, dong. Ayok!” Rendi menegakkan tubuh lalu mengulurkan tangannya pada sang istri. Maira tersenyum menyambut tangan Rendi. Wanita cantik itu berdiri lalu menyambar tas tangan yang
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Bab 129. Season 2

“Bu Maira?” Kelopak mata Maira sedikit terangkat. Sebisa mungkin ia menetralkan ekspresi terkejutnya. “Ya,” balas Maira sambil mengulas senyum terbaiknya di depan wanita yang tidak lain adalah Mita. “Perawatan di sini juga?” tanya Maira dengan mempertahankan senyuman di bibirnya. Mita menganggukkan kepalanya. “Ya, baru mau mencoba. Kata teman-teman saya, perawatan di sini hasilnya sangat memuaskan.” Mita juga tersenyum pada Maira, seakan di antara mereka tidak pernah ada apa-apa. “Bu Maira sendirian?”Maira sudah menyandarkan punggung kembali menoleh. “Oh, nggak. Saya bersama suami dan anak-anak.” jawab Maira dengan tenang dan elegan.Mita mengangkat alisnya. Wanita cantik dengan rambut bergelombang itu tampak mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi salon.“Suami saya sedang menemani anak-anak main di Timezone.” celetuk Maira, mengerti dengan sikap Mita yang terlihat seperti tengah mencari seseorang.“Oh ….” Mita tergagap kemudian mengangguk. Dalam hati, wanita itu menyayangkan,
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Bab 130. Season 2

“Mas!” tegur Maira dengan mata melebar. Merasa tidak enak hati dengan Bryan atas perkataan Rendi yang dirasa tidak pantas. Apalagi, kedua anak mereka ikut mendengar.Bryan terkekeh-kekeh. “Memangnya boleh, ya, seperti itu?” sahut Bryan dengan santai. Wajah Rendi semakin muram. Kalau tidak anak-anaknya sedang ikut menyaksikan, bisa dipastikan Rendi akan memberikan pelajaran berharga untuk pria bermata sipit itu.“Saya hanya bercanda, Dokter Rendi. Jangan diambil hati,” kata Bryan kemudian. Pria berwajah oriental itu lalu maju beberapa langkah dan menepuk pundak Rendi. “Saya permisi dulu, Dok. Sepertinya sudah malam dan saya juga belum menemukan apapun untuk dibawa pulang.” Lalu Bryan kembali menoleh Maira. “Saya permisi, Bu Maira,” pamitnya sambil sedikit membungkuk dan tersenyum tipis.Setelah Bryan terlihat turun menggunakan eskalator. Rendi langsung menggendong Raihan. Sambil mengambil tubuh kecil itu, Rendi berkata. “Jangan dekat-dekat sama dia. Mas nggak suka!” bisiknya di dekat
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status