Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 111 - Chapter 120

200 Chapters

Bab 111. Season 2

Pagi itu, Rendi bangun karena alarm yang berbunyi nyaring di atas nakas tepat berada di sebelahnya. Menoleh ke sisi kanan dimana biasanya membaringkan tubuh. Dan dia mendesah kecewa saat matanya tak melihat sosok sang istri di sampingnya. Biasanya, Maira akan selalu membangunkan dia saat wanita itu bangun terlebih dahulu. Namun, tidak dengan pagi itu. Sepertinya Maira masih menyimpan kesal padanya. Terbukti dengan wanita itu lebih memilih menyalakan alarm untuknya agar tidak telat bangun. Daripada harus membangunkannya sendiri.Menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuhnya, Rendi lekas beranjak turun dari ranjang. Lalu pintu kamar terbuka dari luar. Reflek Rendi menoleh, dan ia mencoba tersenyum kepada istrinya."Sayang," panggilnya. Namun Maira terlihat masih tak acuh padanya. Wanita cantik itu hanya menanggapinya serupa gumaman. "Hem?" Setelah semalam wanita itu merajuk dan meninggalkannya tidur lebih dulu. Rendi sempat berharap, istrinya akan setelah bangun tidur dengan pera
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

Bab 112. Season 2

"Dokter, kenal dengan wanita di depan itu?" ulang Bryan dengan mata memicing. Rendi sedikit salah tingkah, namun segera menguasai dirinya kembali. Mereka sama-sama lulusan Oxford. Namun, Rendi sangat paham kalau Bryan tidak akan mengenal Mita. Karena saat itu, Bryan termasuk mahasiswa paling aktif dan sangat jarang memiliki waktu untuk sekedar bersantai dengan teman-temannya. Apalagi untuk sekedar mengenal wanita. Mungkin, hal itu tidak masuk dalam kamus hidup seorang Dokter Bryan."Dia Mita–adik tingkat kita waktu di Oxford." jelas Rendi tanpa menatap Bryan. Otaknya masih sibuk mencerna tentang apa yang barusan Mita ucapkan di depan sana. 'Mita anak Pak Gunawan?' Rendi terus menggaungkan kalimat itu dalam hatinya. Sedikit perasaan tidak enak timbul di hatinya. Rendi tidak tahu firasat apa yang tengah menghampirinya itu. "Ternyata Anda masih sempat berkenalan dengan wanita selama di Oxford." Bryan melirik Rendi lalu menggaruk-garuk dagunya. Dia baru saja menyadari, ternyata dirinya
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

Bab 113. Season 2

Maira meremas kuat ponselnya. Jantungnya berdenyut ngilu di dalam sana. "Kamu lagi sama siapa, Mas?" tanya Maira berusaha menstabilkan suaranya agar tidak terdengar bergetar. "Tadinya, Mas, cuma sendiri. Tapi—""Tapi apa, Mas? Kamu nggak lagi berbohong, kan, Mas?" Maira mendesak. Dia merasa rongga dadanya terasa semakin sesak."Ini nggak seperti yang kamu pikirkan, Mai. Percaya sama Mas. Mas, nggak ada bohongin kamu." Suara Rendi terdengar tegas dan sarat akan permohonan.Sebenarnya, Maira masih ingin mendengar penjelasan Rendi lebih lanjut. Baru saja ia akan membuka mulutnya, seorang pelayan restoran datang membawakan pesanannya. Ia merapatkan mulutnya kembali.Maira melihat pelayan itu meletakkan pesanan di meja dengan menggigit bibir. Lalu mengucapkan terima kasih setelah pelayan selesai meletakkan pesanan di meja."Mai, kamu dengar Mas ngomong apa, kan?" Suara Rendi kembali terdengar setelah beberapa saat mereka saling terdiam."Mas hutang penjelasan sama aku." Maira langsung mem
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more

Bab 114. Season 2

Maira menyentak napasnya. Menyatukan tangan di meja sambil membalas tatapan Riana. "Bukan aku yang mempermalukan Tante, tapi Tante sendiri!" "Apa kamu bilang?" Urat-urat leher Riana terlihat menonjol seiring dengan napasnya yang naik turun tidak teratur. "Kamu itu semakin lama semakin berani ya, Mai! Tante kira selama ini kamu benar-benar wanita yang lemah lembut, ternyata kamu masih punya sisi licik juga," cibir Riana dengan tangan mengepal."Sudah lah, Tante. Kenapa harus bertengkar seperti ini, sih? Kapan butiknya bisa semakin maju kalau Tante terus seperti itu. Tante nggak lupa, kan, siapa yang ditunjuk oleh Mama untuk mengelola butik ini? Kenapa sekarang seolah Tante tidak terima?" Maira menggelengkan kepala dengan sorot mata lelah. Jujur saja, ia sudah muak dengan segala drama yang dibuat oleh Riana. Kalau boleh ia memilih, Maira lebih memilih untuk mengelola restoran milik orang tuanya sendiri dibandingkan mengelola butik itu. Bukannya dia tidak menghargai mama mertuanya, tapi
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more

Bab 115. Season 2

Suasana ruang makan seketika menjadi hening. Daffa dan Raihan mendadak diam dengan tatapan bingung mengarah pada kedua orang tuanya. Seolah tahu, anak dan menantunya membutuhkan waktu untuk berbicara berdua, Bu Rani cepat-cepat menyelesaikan makan malamnya saat itu. Lalu mengajak dua cucunya naik ke kamar lebih dulu. Maira mengerling ke arah mama mertua dan kedua anaknya yang beranjak dari kursi mereka masing-masing. Maira bisa menebak langkah mereka terburu-buru menaiki tangga menuju lantai dua. Suara riuh tapak kaki menapaki anak tangga membuatnya yakin, mereka benar-benar sudah meninggalkan ruangan itu.Maira menyeret kursi dan menjatuhkan berat tubuhnya disana. "Aku hanya dari restoran, Mas. Nggak dari mana-mana." "Restoran mana? Ketemu orang spesial?" sinis Rendi melirik tajam.Maira tersentak dan menoleh cepat. Ia balas tatapan suaminya tak kalah tajam. "Apa maksudmu? Kamu yang diam-diam pergi sama wanita lain, kenapa jadi aku yang kamu tuduh seperti itu?" Rendi jadi gelagapa
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

Bab 116. Season 2

"Jawab pertanyaan, Mas, Sayang. Kamu percaya sama Mas, kan?" Perasaan Rendi semakin gusar. Maira hanya diam dengan kesedihan yang tersirat lewat sorot matanya. "Sayang?" Suara Rendi tercekat, saat wanita di depannya itu menggeleng samar. Tubuhnya seketika merasa lemas."Entah lah, Mas. Aku tidak bisa percaya begitu saja," lirih Maira, kemudian meraih tangan suaminya yang menempel di pipi dan melepaskannya. Maira merangkak ke tengah ranjang, menyingkirkan ponsel sang suami dan mulai menarik selimut hingga menutup seluruh tubuhnya.Rendi melihat istrinya menarik selimut dengan hati nelangsa. Dia tahu, dia sudah salah telah menuduh istrinya macam-macam. Namun, apakah kesalahannya itu tidak pantas untuk mendapat pengampunan setelah dia mengakuinya?Rendi menjatuhkan berat tubuhnya di bibir ranjang. Menghela napas panjang-panjang dengan tatapan lurus ke depan dan dia mulai berbicara. "Namanya Mita, dia teman Mas, dari SMA. Lalu kami kembali bertemu saat di Oxford. Saat itu kami cuma salin
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

Bab 117. Season 2

Sementara di tempat lain. Maira tengah bingung karena mobil yang dikendarai olehnya tiba-tiba oleng. Cepat-cepat ia menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia yakin ada yang tidak beres dengan roda mobilnya. Dan benar saja, saat dia keluar memeriksa, kondisiroda mobilnya telah kempes. Menyugar rambutnya, Maira berdecak kesal. "Ck, ada-ada aja, sih." Seketika Maira menjadi panik. Memijat pelan pelipisnya yang berdenyut nyeri sambil menyandarkan punggung di badan mobil. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Jalanan pagi itu cukup ramai karena memang jam berangkat kerja. Namun, dia tidak mendapati orang yang mungkin bisa dimintai bantuan.Membuka pintu mobil dan mengambil ponsel yang ia letakkan di dashboard. Maira mulai menggulir layar ponselnya. Bimbang harus menghubungi siapa. Sejenak Maira kembali menyandarkan tubuhnya di badan mobil sambil mengutak-atik ponselnya. Lalu nomor sang suami muncul di deret paling atas. Tanpa sadar mulutnya mengerucut membaca nama kontak itu. "Nggak, jang
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

Bab. 118 Season 2

Tiba di ruangannya, Tanpa mengulur waktu lagi. Rendi langsung menyuruh asistennya untuk memanggil pasien yang sudah mendaftar dari urutan teratas. Asisten itu mengangguk dan segera keluar dari ruangan. Tidak sampai semenit, wanita berseragam putih polos itu kembali masuk dengan membawa buku KIA. Seorang wanita hamil berjalan di belakangnya."Silakan duduk, Bu. Ada keluhan apa?" tanya Rendi, menatap pasien yang duduk di depan mejanya. Lalu membuka buku KIA yang diletakkan di meja oleh asistennya."Saya masih sering pusing dan mual, Dok. Apa ini wajar? Kadang juga sering lemas kalau berdiri terlalu lama," adu wanita hamil itu sambil mengelus perutnya yang sedikit buncit."Usia kandungan memasuki trimester kedua ya, Bu? Sebenarnya ini masih wajar. Tapi jangan sampai tidak makan. Walaupun mual harus tetap makan, ya. Perbanyak konsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan, sesekali juga bisa mengkonsumsi daging merah supaya janin tumbuh dengan sehat," jelas Rendi sambil membaca buku catatan kes
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Bab 119. Season 2

Rendi merasakan jantungnya seperti nyaris melompat dari tempatnya. “Saya bisa jelaskan. Ini tidak seperti yang Anda lihat.” saking gugupnya pria sampai tidak menyadari, kata-kata itu tidak seharusnya ia ucapkan. Untuk apa dia menjelaskan pada orang lain yang tidak ada hubungannya dengan hal yang ia lakukan? Sedetik kemudian Rendi merutuki kebodohannya.Bryan mematung, tatapannya menelisik ke arah Rendi dan Mita secara bergantian. Lalu saat matanya tak sengaja melihat tisu bekas di tangan Mita. Bryan mendengkus.Bryan berjalan mendekat lalu duduk tepat di kursi sebelah Rendi. Mengabaikan wajah Mita yang terlihat seperti orang bodoh. Bryan kembali bersuara. “Saya tidak menyangka, dokter Rendi yang selama ini terlihat selalu menjaga jarak dengan wanita, bisa sedekat ini dengan—” Bryan tidak melanjutkan ucapannya, dia hanya mengerling pada wanita yang diam membisu berdiri tidak jauh dari meja mereka. Lalu Bryan mengerucutkan bibirnya. “Saya kasihan dengan Bu Maira.”Kalimat terakhir yang
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more

Bab. 120. Season 2

“Mita?” ulang Maira. Lalu otaknya kembali berputar pada kejadian semalam. Bukankah tadi malam suaminya juga menyebutkan sebuah nama. Maira mengerutkan dahinya, lalu menggeleng kecil. “Yang namanya ‘Mita’ nggak cuma satu,” gumamnya.“Apa?” Wanita yang duduk di sampingnya melayangkan tatapan heran padanya.“Ah, nggak apa-apa, Mbak. Mari kita ukur dulu untuk ukuran gaunnya supaya pas di badan.” ajak Maira ke sebuah ruangan khusus untuk pengukuran badan. “Maaf, tadi kamu bilang apa?” Wanita itu seperti tidak puas dengan jawaban Maira.“Bukan apa-apa, Mbak.” Maira mulai mengambil meteran dan mengukur tubuh wanita itu agar gaun yang dipesan sesuai dengan ukuran tubuhnya.“Jangan lupa, Sabtu saya ambil, ya.”“Iya, siap, Mbak.” Maira tersenyum dan mengangguk. Baru sekali itu rasanya dia melihat wajah secantik wanita di depannya. Putih mulus tanpa cela. Bulu mata lentik alami, tulang hidung yang tinggi, bibir yang kecil namun penuh, rambut bergelombang menggantung di bawah. Benar-benar cantik
last updateLast Updated : 2023-12-31
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status