Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 101 - Chapter 110

200 Chapters

Bab 101. Mencabut Tuntutan

Semarah apapun Maira pada Riana, melihat Riana menangis tersedu di hadapannya. Hatinya ikut merasakan kesedihan wanita itu. "Mas," panggil Maira dengan tatapan sendunya. Rendi menoleh dan mengernyit. "Ya?""Apa nggak sebaiknya … kita cabut saja tuntutan Salsa. Kasihan Tante Riana," ujar Maira.Rendi tertegun mendengar permintaan istrinya. Menghela napas pelan lalu berkata, "Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan barusan?" Rendi menatap dalam manik mata istrinya.Maira mengangguk yakin. "Yakin, Mas.""Terbuat dari apa hatimu itu, Mai?" Bu Rani menyusut sudut matanya yang tiba-tiba basah. Matanya memerah menahan air mata yang menggenang.Sementara itu, di tempatnya duduk, Riana tengah ternganga seakan tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar. Benarkah Maira mau mencabut tuntutan terhadap anaknya? "Lihatlah, An! Bagaimana sikap perempuan yang selalu kamu sakiti hatinya. Bahkan Maira rela mencabut tuntutannya terhadap Salsa. Padahal, semua bukti sudah jelas kalau Salsa memang ik
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more

Bab 102. Berbaikan

"Sa!" Riana langsung berjalan ke arah anaknya. Salsa terkejut, melihat kedatangan mamanya yang tiba-tiba. Sebelumnya Salsa sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomor mamanya dengan meminjam telepon di kantor polisi. Namun, sekalipun, Riana tidak pernah mengangkatnya. Dan kini, tiba-tiba sang mama telah berdiri di hadapannya. Ada rasa kecewa yang tak bisa Salsa sembunyikan. "Ma–Mama …." gumam Salsa dengan bibir bergetar, ia berdiri dari kursinya, seketika itu pandangannya mengabur. Buliran bening yang ia tahan kini meluncur juga dengan bebasnya. "Iya, Sa! Ini Mama." Riana berjalan mendekat dan berusaha untuk merengkuh tubuh putrinya. Salsa mundur hingga kakinya membentur kaki kursi. "Mau apa Mama datang ke sini? Bukannya Mama sudah tidak peduli sama aku?" Mata Riana memanas, dadanya terasa sesak melihat penolakan Salsa. "Sa, Mama bisa jelasin semuanya. Maafin Mama yang baru bisa datang sekarang." Riana menatap Salsa dengan sorot mata sendu.Sebenarnya Salsa tidak mengerti kenap
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

Bab. 103. Resepsi

Maira menggeliat pelan ketika membuka matanya. Badannya terasa letih, akibat sisa-sisa percintaannya dengan Rendi barusan. Lelaki itu seperti tidak ada capeknya terus menghujam tubuh bagian bawah Maira. Hingga akhirnya mereka berdua terbaring lemas setelah mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan. Melirik ke arah jam yang menempel di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul empat lebih lima puluh menit. "Hah, udah hampir jam lima?" Mata Maira langsung melebar, lalu ia mengguncang-guncang bahu kekar suaminya. "Mas, bangun, Mas!" "Hemm ….""Bangun, ih! Udah sore, ini. Sepertinya kita terlalu lama di kamar ini. Bagaimana kalau Daffa sama baby sitter-nya udah nungguin kita keluar dari kamar ini?" Maira sedikit panik, ketika menyadari dia tidak berada di kamarnya sendiri. Bergerak cekatan meraih baju yang tercecer di lantai, kemudian memakainya dengan cepat. "Mas, kok, diem aja, sih? Ayo, buruan bangun!" Maira menarik tangan suaminya, tapi Rendi hanya diam memperhatikannya tengah ber
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Bab. 104. Kedatangan Orang Dari Masa Lalu

"Mau apa kamu ke sini? Oh, aku tahu … pasti kamu mau menertawakan aku, kan?" sinis Tania, pada seorang pria yang datang membesuknya ke tempat ia ditahan. Saat salah seorang polisi memanggilnya. Tania sudah berharap kedua orang tuanya lah yang datang. Namun, saat ia tiba di ruang besuk, Tania sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Seorang pria yang tengah menunggunya untuk bertemu, melemparkan senyuman tipis yang sarat akan luka kepadanya. Seketika itu hati Tania kecewa. "Aku datang ke sini karena permintaan Tia. Dia terus merengek minta diantarkan ke tempat mamanya. Aku … sempat ke rumah orang tuamu, dan mereka bilang … kamu ditahan." Pria itu menghela napasnya untuk mengurangi perasaan sesak yang tiba-tiba memenuhi rongga dadanya."Apa kamu masih belum bisa menerima Tia sebagai anakmu?" pria bermata coklat itu menatap Tania lekat-lekat. Tania bergeming. Bayangan kejadian tiga tahun silam kembali berputar-putar di kepalanya. Dia yang telah melahirkan bayi perempuan di lua
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Bab 105. Ending

Saat itu, Rendi sedang menyapa kerabat-kerabatnya yang lain. Lalu tiba-tiba Bryan kembali mendekatinya. Pria berpakaian rapi itu membisikkan sesuatu pada Rendi. "Dia siapa?" tanya Bryan membuat Rendi mengikuti arah pandang pria itu. Rendi mengulum senyumnya dan membalas, "Namanya Salsa, dia adik keponakan saya." "Oh …." Bryan mengangguk-angguk paham. Tatapan Bryan masih tidak lepas dari Salsa.Sementara dari tempat berdiri Salsa, gadis itu terlihat rikuh dan berusaha menghindari tatapan mata Bryan yang seperti tengah menelitinya. Salsa berpamitan kepada yang lain untuk mengambil makan. Mamanya pun mengizinkan, dan Salsa lekas beranjak menuju meja prasmanan. Rendi memiringkan kepalanya dan berbicara lirih pada Bryan. "Pepet aja, Dok. Gadis itu baru saja patah hati. Siapa tahu dia sedang mencari tempat yang nyaman untuk bersandar." Bryan tercenung mendengar ucapan Rendi barusan. Lalu dari sudut matanya, Bryan melihat Salsa berjalan ke arah meja prasmanan. Bryan berdeham pelan lalu b
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Bab 106. Season 2

Bab. 105. Season 2Lima tahun kemudian …."Selamat pagi, Bu Maira," sapa karyawan butik yang tengah membukakan pintu kaca butik untuk Maira.Maira mengangkat sudut bibirnya membentuk lengkungan senyum yang begitu ramah. "Iya, selamat pagi juga, Mbak Siwi," balas wanita cantik itu sambil berjalan ke dalam. Sejak Daffa mulai sekolah PAUD di usia 3 tahun. Maira memang mulai aktif ikut mengelola butik milik mama mertuanya. Bu Rani sendiri yang memintanya ikut bergabung. Rencana kedepannya, Bu Rani ingin Maira lah yang menggantikan posisinya di butik itu saat ia sudah tidak mampu bekerja lagi. Bu Rani juga ingin fokus menemani dua cucunya di rumah sambil menghabiskan masa tuanya. Dan pagi itu, Maira baru saja mengantarkan kedua putranya ke sekolah. Kebetulan sekolah mereka menjadi satu. Hanya terpisah pagar saja. Daffa masuk TK dan Raihan masuk PAUD.Lima tahun pernikahannya dengan Rendi, ia telah mendapatkan seorang putra dari lelaki berprofesi sebagai dokter itu. Raihan Putra Prayoga–na
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Bab 107. Season 2

Maira menatap map kuning itu dengan dahi berkerut-kerut. "Ini berkas apa, Tante?""Tanda tangani saja, itu berkas kerja sama dengan salah satu butik terkenal." Riana masih menjawab dengan santai. "Butik terkenal? Tapi buat apa? Saya rasa ini tidak perlu, Tante. Bukannya butik ini mau membuka cabang baru—" ucapan Maira terhenti saat Riana langsung memotong."Sudahlah, Mai. Kamu tinggal tanda tangan saja! Kalau hanya untuk mengembangkan butik ini, Tante juga sanggup, Mai. Hanya mamamu saja yang tidak percaya. Mamamu itu terlalu meremehkan kemampuan Tante." sungut Riana sambil menggebrak meja.Ingin rasanya Maira tertawa mendengar apa yang dikatakan Riana barusan. Mengembangkan butik katanya? Padahal yang ia tahu hanya jumlah uang yang fantastis. Kalau butik itu benar-benar dikelola oleh Riana, Maira yakin tidak akan lama untuk membuat butik itu mengalami kerugian yang besar. Sejak ikut bergabung di butik milik mamanya. Terhitung sudah tiga kali Riana membuat kesalahan fatal yang hampir
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

Bab 108. Season 2

Maira baru saja memarkirkan mobilnya di carport. Lalu dari arah belakangnya, deru mobil yang lain terdengar hingga membuat wanita itu menoleh, seketika senyumnya terkembang. Seorang satpam yang menjaga rumah itu, membuka gerbang dan terlihat mobil suaminya masuk. Maira berdiri di samping mobilnya sendiri sambil bersandar, menunggu lelaki tampan itu turun dari kendaraannya. "Sore Sayang," sapa Rendi langsung mencium kening Maira. Wanita cantik itu tertawa renyah sambil merangkul pinggang suaminya. "Sore juga, suamiku.""Gimana kerjanya, Mas? Lancar?" tanya Maira sambil mereka berjalan menuju rumah. "Alhamdulillah lancar. Kamu sendiri?" Rendi memiringkan wajahnya untuk melihat wajah sang istri. "Ada sedikit masalah," balas Maira memasang muka cemberut."Ada masalah? Masalah apa?" Raut wajah Rendi berubah serius. Bahkan langkah mereka melambat."Nanti saja lah, Mas, kita bahas. Sekarang aku masih capek banget." keluh Maira sambil terus berjalan masuk ke rumah."Mama, Papa!" Senyum s
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

Bab 109. Season 2

"Udah … udah! Kok, malah jadi ribut, sih?" Bu Rani menatap mereka satu persatu. Lalu wanita itu terlihat memijit pangkal hidungnya pelan. Bu Rani kembali menatap Riana dengan raut serius. "Apa lagi yang mau kamu lakukan, An? Sini, aku lihat berkasmu? Aku harus baca dulu sebelum tanda tangan," kata Bu Rani, menarik map dari tangan Riana. Riana terlihat menahan map itu. Guratan rasa gugup tersirat dalam wajahnya. "Mbak, aku rasa Mbak nggak perlu baca dulu, ini cuma—" Riana tidak bisa melanjutkan kata-katanya, saat map itu berhasil ditarik oleh Bu Rani.Bu Rani membuka map itu, lalu mata tuanya terlihat menyipit membaca tulisan dalam berkas Riana. "Berkas macam apa ini, An? Kamu mau buat butikku bangkrut?" Bu Rani mengangkat wajahnya dan menutup kasar map itu. Tatapannya beralih dari map ke wajah Riana. Riana menelan ludah susah payah. Otaknya terasa berputar-putar. Pusing. Kalau sampai ia gagal mendapatkan tanda tangan dari pemilik butik, maka ia akan gagal untuk mendapatkan komisi be
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

Bab 110. Season 2

Seorang pria berusia enam puluhan, dengan badan tinggi besar tengah menatap awas pada putrinya. Pria itu membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidung mancungnya lalu berkata, "Jadi kapan kamu akan mengenalkan calon suamimu sama Papa, Mit?" Suaranya begitu tegas menembus gendang telinga siapapun yang mendengarnya.Di sampingnya, seorang wanita dengan rambut disanggul duduk dengan anggun ikut menatap ke arah Mita. Mita menghentikan aktivitasnya. Meletakkan sendok dan garpu kembali ke piring. Mita pun membalas tatapan Papa dan Mamanya kemudian menjawab. "Kasih Mita waktu, Pa, Ma. Mita, kan, baru sampai di Indonesia. Masa udah di kejar masalah calon suami?" Mita tersenyum simpul di ujung kalimatnya."Memangnya selama ini kamu tidak punya teman pria, hem?" Pak Gunawan–papanya Mita bertanya sambil memotong-motong sayur dalam piringnya. Lalu menusuknya dengan garpu dan menyantapnya."Papa, kan, juga tahu. Mita sibuk menyelesaikan pendidikan. Mana mungkin Mita sempat cari-cari teman
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status