All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 81 - Chapter 90

200 Chapters

Bab 81. Malam Pertama

Masih dihari yang sama. Sore itu Rendi terpaksa membawa Maira pulang tanpa berhasil membawa Daffa kembali. Sepanjang perjalanan pulang, mereka saling bungkam. Maira lebih banyak menatap jalanan dan Rendi fokus pada kemudinya. Suasana mendadak menjadi dingin. Kebahagiaan pasangan pengantin baru yang seharusnya mereka lakoni, sepertinya enggan menghampiri mereka saat itu."Mana Daffa? Kalian tidak menemukan Daffa?" tanya Pak Cahyo saat mereka baru saja turun dari mobil. Maira melayangkan tatapannya pada Rendi dengan wajah bingung. Rendi tahu, perempuan itu tengah meminta perlindungan padanya.Rendi mengangguk pelan. Merasa ini menjadi tanggung jawabnya. Lelaki berkemeja biru itu langsung menjawab, "Daffa masih bersama papanya, Pak. Tapi saya usahakan, Daffa pasti akan kembali sama kami. Besok saya akan mengurus semua kebutuhan dan mencari bukti untuk membawa kasus ini ke ranah hukum." Awalnya Pak Cahyo tidak terima, dan terjadi perdebatan kecil di antara mereka. "Kalau memang tidak
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

Bab 82. Kecewa

Maira berkali-kali terpesona dengan wajah teduh nan tampan itu. Manik hitam lelaki itu berhasil menyedot seluruh perhatiannya malam itu. Ia tergagap-gagap saat lelaki itu kembali mengutarakan pertanyaan yang sama. "Ada yang mau kamu sampaikan?" Bibir Maira bergetar, suaranya tercekat, tenggelam di tenggorokan. Rasanya tubuhnya semakin lemas dipandangi sedekat itu oleh Rendi."M–mas … a–aku … aku minta maaf, maaf udah membawa Mas ke dalam masalah ini," lirih Maira dengan susah payah. Rendi mengangkat alisnya. "Kamu nggak salah, Mai. Kamu nggak salah." Rendi kembali membawa Maira ke dalam dekapannya. Meletakkan dagu di kepala perempuan itu. "Mas janji, Mas akan berusaha mengambil Daffa kembali untuk kamu, doakan usaha Mas berhasil, ya." Rendi bisa merasakan perempuan itu mengangguk di dalam pelukannya. Lalu kembali mengurai dekapan untuk bisa melihat dengan jelas wajah istrinya. "Mas—" Suara Maira mengecil seiring dengan detak jantung yang kian menggila di dalam sana. Yang tadinya i
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

Bab 83. Rasanya Punya Istri

Saat itu Maira sudah merasa tubuhnya melayang karena terbuai dengan sentuhan-sentuhan lembut yang dilakukan oleh Rendi. Kelelakian Rendi yang tengah menggesek pahanya terasa semakin keras dan menantang. Maira yang menikmati belaian tangan Rendi yang terus menyusuri tubuhnya merasa kecewa, saat Rendi tiba-tiba bangkit dan sedikit menggeser tubuhnya. Maira membuka matanya. Satu pertanyaan yang terlontar dari mulut lelaki itu sukses membuat Maira kehilangan hasratnya. "Mai, kamu … udah selesai nifas?" Mata Maira terbuka lebar, detik itu juga ia langsung bangkit dan menarik kembali tali piyamanya yang melorot hingga bawah dada. "Udah selesai, Kok, Mas," balas Maira sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan. Rendi mengerutkan dahinya, tanda ia merasa heran. "Masa? Kok, cepet?""Iya, emang udah selesai, kok." "Tapi … apa nggak sebaiknya nunggu sampai kondisi kamu benar-benar pulih. Yang aku tahu, ibu pasca melahirkan itu sebaiknya tidak berhubungan intim dulu sampai kondisinya benar
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Bab 84. Pergi Sendiri

Rendi berjalan mendekati Maira, tangan perempuan itu masih menggantung di udara dengan kemeja warna navy dan celana bahan yang menjadi pilihannya hari itu."Mana bajunya? Mas mau pakai sekarang." Rendi mengambil kemeja navy itu juga celana bahan yang disodorkan Maira."Ah, iya … ini Mas." Setelah menyerahkan baju suaminya, Maira cepat-cepat berbalik badan, detak jantungnya tidak bisa dikondisikan lagi, saat matanya terus tertumbuk pada bagian tubuh Rendi yang tertutup handuk kecil. Langkah Maira terhenti, ketika suara Rendi kembali menyapa telinganya. "Mau kemana? Mas mau ngomong sebentar sama kamu." "Oh … iya Mas," jawab Maira, kemudian ia memilih untuk duduk di tepi ranjang dengan posisi membelakangi Rendi yang sedang memakai pakaiannya. Maira menghela napasnya untuk menormalkan kembali detak jantungnya.Beberapa menit Maira lalui dengan berdiam diri menunggu Rendi selesai memakai baju. Hingga akhirnya sang suami menghampirinya dengan baju yang sudah rapi. Rendi mengambil duduk d
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 85. Pergi ke Apartemen

"Mai, sekali lagi Bapak tegaskan. Bapak nggak bisa menunggu tindakan yang akan diambil oleh suamimu lama-lama. Kamu tahu sendiri, kan, bagaimana keluarga Mahendra itu? Mereka itu licik, baiknya hanya sebentar saja. Baiknya kalau mereka butuh kita saja. Selama mereka tidak membutuhkan kita, mereka juga akan melupakan kita. Bapak nggak rela Daffa tinggal bersama mereka. Bapak nggak rela, Mai. Bisa-bisa kita yang akan kesulitan untuk menemui Daffa lagi. Kamu harus bisa tegas sama suami kamu. Suruh dia bertindak cepat. Bukannya Bapak tidak menghormati kepentingan suami kamu, Bapak hanya tidak ingin kehilangan cucu Bapak. Kalau memang suamimu keberatan, biar Bapak yang turun tangan." Pagi-pagi selepas kepergian Rendi, Pak Cahyo kembali membahas perihal Daffa di depan anak dan istrinya. Pria itu masih bersikeras ingin menjemput Daffa kalau Rendi tidak segera bertindak."Iya, Pak. Nanti Maira bicara lagi sama Mas Rendi," balas Maira mencoba meyakinkan Bapaknya. "Ya sudah, Bapak berangkat d
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Bab 86. Bertemu Tania

Masih dihari yang sama, di sebuah mall besar di kota itu. Seorang wanita berambut pirang dengan pakaian sexy, nampak sibuk memilih-milih baju di salah satu outlet pakaian wanita dengan merk ternama. "Ini kayanya bagus, deh," gumam wanita itu sambil menempelkan sebuah dress berwarna merah maroon yang panjangnya tidak sampai menutup lututnya di tubuhnya yang sintal. Senyumnya kembali merekah, ketika matanya kembali melihat dress lain dengan model yang terbaru. "Kayanya yang itu juga bagus." Wanita itu berjalan mendekati dress lain yang ada di gantungan. Sorot matanya semakin berbinar, ketika jarinya yang lentik menyentuh kain dress itu. "Wow!" lirihnya takjub. "Aku harus beli ini juga. Ini nggak boleh ketinggalan, harus beli!" Wanita itu terus bergumam sendiri. Hingga akhirnya, ia membawa dua dress pilihannya itu ke bagian kasir untuk membayar."Totalnya lima juta lima ratus ribu rupiah, Mbak," kata kasir sambil memasukkan dress pilihan wanita berambut pirang itu ke dalam paper bag.
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

Bab 87. Membujuk

Rendi tersenyum miring melihat itu. Dalam hati ia bersorak. Ternyata tidak sia-sia dia meminta Pak Doni menyelidiki lebih detail tentang keluarga wanita bernama Tania Arcelia itu.Dengan gerak cepat Tania memutar tubuhnya, hingga rambutnya yang pirang itu sedikit berkibar. "Apa maksudmu?" sorot mata Tania semakin tajam menyoroti wajah Rendi yang tampak datar-datar saja."Silakan Mbak duduk dulu, nanti saya jelaskan lebih jelas lagi." Perintah Rendi.Tania kembali menghentakkan kakinya, dan menyeret kursi dengan kasar. "Cepat katakan apa maumu?" Tania menghenyakkan tubuhnya sedikit keras.Aura dingin Rendi membuat Tania sedikit gentar saat menatap laki-laki itu lebih lama. Tania segera memalingkan mukanya untuk menutupi rasa gugupnya."Jadi … Maira–istri saya, saat ini sedang terlibat masalah dengan mantan suaminya." Rendi menjeda ucapannya untuk melihat perubahan mimik muka Tania. Benar saja, wanita berambut pirang itu segera menautkan pandangannya padanya. "Lalu, apa urusannya sama
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

Bab 88. Mencari

Maira menoleh cepat dan memasang wajah waspada. Ia terus bergerak menggeser tubuhnya untuk menghindari Alfin. Dalam hatinya ia terus berdoa meminta pertolongan Tuhan. Air mata sudah mengajak sungai di pipinya. "Ayo lah, Mai. Nggak usah munafik! Aku tahu kamu juga masih ada rasa sama aku. Mumpung kita cuma berdua di sini, mari kita bersenang-senang dulu, Sayang. Suami bodohmu itu tidak akan tahu. Kamu tenang aja." Alfin terus mendekat, dan Maira terus menggeser tubuhnya mengikuti alur dinding apartemen itu.Maira terus menggeleng, dan berkata, "tutup mulut busukmu itu! Jangan pernah mengatai suamiku bodoh! Kamu bahkan tidak ada yang lebih baik darinya, Alfin!" Raut wajah Alfin berubah datar dengan tatapan tajam yang terus menyoroti Maira. Kata-kata yang baru saja diucapkan Maira sangat menyakiti perasaannya. Dia seperti sudah tidak ada artinya di mata perempuan itu. Alfin terus melangkahkan kakinya mendekati perempuan yang tampak menyedihkan itu. "Berhenti Alfin! Berhenti!" Maira s
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 89. Tidak Sengaja Bertemu

"Kemana aku harus mencarimu, Mai?" gumam Rendi. Guratan wajah lelah tercetak jelas di wajahnya yang tampak sedikit pucat sore itu. Prediksi soal demamnya akan turun ternyata salah. Demamnya tidak benar-benar turun, hingga ia merasa tenaganya benar-benar terkuras kali itu. Belum lagi pikiran-pikiran berat yang harus ia pikirkan dalam sekali waktu. Benar-benar menguras energi dan pikirannya.Rendi menepikan mobilnya saat merasa kondisi tubuhnya semakin tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Kebetulan ia berhenti di sebuah pelataran minimarket. Rasa haus dan panas di tubuhnya membuat ia bergerak keluar dari mobil menuju minimarket. Rendi berjalan di antara rak-rak makanan ringan dan beraneka merek minuman. Tidak ada yang menarik perhatiannya sama sekali, padahal sejak pagi ia hanya makan bubur yang disuapi oleh istrinya. Lelaki berkemeja navy itu terus berjalan hingga sampai di ujung lorong. Tepat di samping kirinya terdapat showcase yang memajang beraneka minuman dingin dar
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Bab 90. Menerobos

Tidak sampai lima belas menit, sebuah mobil mewah hitam mengkilat terlihat melaju dari arah belakang Rendi. Rendi menyipitkan matanya, dari kaca spion ia mengintip ke arah belakang. Hatinya sedikit lega melihat mobil Pak Doni sudah berhenti di belakang mobilnya. Detik berikutnya ia segera turun untuk menghampiri Pak Doni. "Pak." Rendi bergerak menyalami Pak doni dan dua orang pria bertubuh tinggi tegap. Rendi berpikir, mungkin mereka adalah polisi yang dimaksud oleh Pak Doni. Dua orang pria asing itu memakai kaos biasa dengan celana jins biasa, jika hanya sekilas melihat, mungkin tidak akan ada yang menyadari bahwa mereka adalah anggota kepolisian. Pak Doni mengernyit dengan tatapan lurus ke arah Rendi. "Dokter Rendi, sakit?" Rendi memaksakan sudut bibirnya untuk terangkat. "Ah, nggak, Pak. Ini … cuma sedikit kelelahan saja." Kata Rendi sambil mengusap peluh di dahinya. Walaupun Pak Doni kurang puas dengan pernyataan Rendi, pria itu tidak bisa banyak menyangkal. Sebab tugas yan
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status