Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 131 - Chapter 140

200 Chapters

Bab 131. Season 2

Rendi menganggukkan kepalanya. “Oke, deal, ya.” katanya seraya mengulurkan jari kelingking. Maira mencebikkan bibirnya. “Seperti anak kecil, deh, Mas!” Namun, ia tidak menolak untuk menautkan jari kelingkingnya juga. Rupanya, janji tinggal lah janji. Pagi itu, Rendi baru saja masuk ke dalam ruangannya. Baru saja ia duduk di kursinya sambil memeriksa ponsel, bermaksud mengirimkan pesan pada sang istri.Tanpa mengetuk pintu, Mita langsung membuka daun pintu ruangannya dan nyelonong masuk. Randi tersentak, ponsel mahal di tangannya nyaris terjatuh ke lantai.“Biasakan kalau masuk ruangan orang lain, ketuk pintu dulu!” Rendi berbicara tanpa menatap wanita cantik yang telah duduk di hadapannya. “Ehm, iya, Maaf.” Mita duduk dengan wajah tanpa rasa bersalah. “Mau apa lagi? Kalau tidak berkepentingan. Tolong jangan ganggu saya. Sebentar lagi jam praktek, saya buka.” tegas Rendi masih dengan kepala menunduk memperhatikan rekapan daftar pasien. “Ini.” Mita menyodorkan sebuah kertas kecil b
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Bab. 132. Season 2

“Dok, tolong, Dok … ini sakit sekali. Saya udah nggak kuat.” Alih-alih menjawab ucapan Rendi. Wanita muda itu justru bergerak gaduh dan gelisah ditengah-tengah rintihannya. Sesekali ia juga mulai mengejan.“Jangan mengejan, dulu, Bu. Bukaannya belum lengkap. Ibu bisa tarik napas pelan-pelan dan embuskan lewat mulut sambil menunggu bukaan lengkap.” Rendi terus memberikan instruksi.“Tahan dulu, jangan ngejan. Ambil napas lagi, Bu.”Wanita muda itu berusaha mendengar dan melakukan instruksi yang Rendi berikan.Semua orang dalam ruangan tampak sibuk. Salah seorang perawat menyiapkan baju bayi di atas meja tempat membersihkan bayi setelah lahir. Dan satunya lagi tengah menyiapkan berbagai alat untuk menangani bayi ketika baru lahir. Sekitar satu jam setelah perjuangan yang panjang, tepat pukul delapan malam. Seorang bayi perempuan lahir dengan selamat. Dua orang perawat yang mendampingi proses kelahiran segera membersihkan tubuh bayi itu. Rendi melepas sarung tangan Obgyn-nya, dan segera
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Bab 133. Season 2

Rendi tetap tersenyum ditengah ocehan istrinya. Ia tidak menyalahkan wanita yang telah melahirkan buah hati untuknya itu. Semua memang salahnya sendiri yang tidak memberi kabar terlebih dahulu pada Maira. “Sebentar, ya, Mas mau bersih-bersih dulu. Kamu bisa menunggu kalau memang mau dengar penjelasan Mas malam ini, tapi … kalau kamu udah capek, kamu bisa tidur dulu. Kita bisa ngobrol lagi besok pagi.” “Aku tunggu Mas bersih-bersih.” sahut Maira cepat-cepat sambil melipat tangan di depan tubuh. “Oke.” Rendi langsung bangkit dari ranjang. Lalu kembali menunduk di dekat wajah sang istri. Rendi mengecup pelan pipi Maira. “Tunggu sebentar, ya!” bisik Rendi di dekat telinga Maira. Setelah itu, pria bertubuh atletis itu langsung pergi ke kamar mandi. Sementara itu, Maira melihat tas kerja suaminya tergeletak begitu saja di sisi ranjang. Wanita cantik berambut panjang itu berinisiatif untuk memindahkan tas suaminya ke meja. Namun saat ia mengangkat tas tersebut, sesuatu yang menyembul d
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 134. Season 2

“Ehm, itu … kamu ada lihat—” “Kartu undangan?” Maira memotong ucapan Rendi. Mengubah posisi duduknya menjadi sedikit berjarak. Maira menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. “Ehm, iya … kartu undangan. Kamu udah lihat?” Rendi mengulum bibirnya.h“Udah, memangnya kenapa? Mas, ada mau ngajak aku menghadiri acara itu?” Maira mengerjapkan matanya saat menatap Rendi. “Sebaiknya nggak usah!” sahut Rendi spontan. Maira langsung mengangkat kedua alisnya. “Ehm, maksud Mas, kita nggak usah pergi ke sana. Itu … nggak penting.” Rendi sedikit merasa tidak enak ketika mengucapkan kalimat terakhirnya. Maira mengangguk-anggukkan kepala. “Memangnya dia siapa, sih, Mas? Dilihat dari kartu undangannya mewah banget. Pasti bukan orang sembarangan, ya?” Maira bukanlah seorang wanita yang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Dia sangat paham dan mengerti bagaimana kualitas kartu undangan itu. Maira yakin, sang pengundang itu pasti bukan orang sembarangan.Melihat Rendi seperti tengah kebingungan menjawab me
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Bab 135. Season 2

Maira menggeleng pelan sebelum benar-benar menutup pintu ruang kerjanya. Tidak ada waktu untuk sekedar melayani Riana yang selalu membuat emosinya naik turun. Proses pembangunan cabang butik baru sudah mencapai lebih dari sembilan puluh persen. Maira harus benar-benar menyiapkan dirinya untuk hal itu. Belum lagi belajar desain gambar yang harus mulai ia tekuni. Maira sadar, ia tidak bisa sepenuhnya menggantungkan nasib dari desain-desain mama mertuanya saja jika cabang baru butik itu telah diresmikan.Belum genap satu jam berlalu, Maira mendengar suara pintu diketuk pelan dari luar saat ia sedang serius memulai desain gambar rancangan baju. “Ya, silakan masuk,” seru Maira dari dalam. Siwi melongokkan kepala ke dalam. “Maaf, Bu. Di depan ada orang yang bernama Mita—”“Oh, Mita, ya … ya udah, langsung berikan saja pesanan gaun dia yang kemarin.” sahut Maira.Siwi terdiam sebentar sebelum melanjutkan bicara. “Tapi, itu Bu … orangnya mau bertemu sama Bu Maira. Katanya mau ada sesuatu y
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 136. Season 2

Gunawan yang menyadari sejak tadi tatapan Mita tidak lepas dari Rendi dan Maira, segera berdeham sedikit keras guna menyadarkan putrinya itu.“Ehemm!” Lalu matanya bersirobok dengan mata Mita. Gadis itu mengepakkan bulu matanya yang indah saat papanya menatapnya begitu lekat.“Are you okay?” Gunawan menyipitkan matanya. Mita menaikkan alisnya. “Okay, Pa.” balas Mita memaksakan bibirnya untuk tersenyum. “Sepertinya … ada rahasia yang Mama nggak tahu.” Nastiti memperhatikan anak dan suaminya bergantian. “Nggak ada, Sayang.” dusta Gunawan. Lalu meraih pinggang sang istri dan sedikit menariknya untuk merapat.“Iya, Ma. Nggak ada rahasia apa-apa, kok.” Mita ikut menimpali, sesekali Mita juga melihat dari sudut matanya. Sepasang suami-istri yang tengah berjalan ke arah panggung. Mita tak sanggup menahan rasa gugupnya, saat Rendi dan Maira mulai menaiki tangga naik panggung. Ia terus berdiam di samping papanya. “Selamat ulang tahun, Pak. Semoga Anda panjang umur dan diberikan umur yang
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 137. Season 2

Satu minggu kemudian ….Pagi itu, seperti biasa, Maira akan mengantarkan anak-anaknya pergi ke sekolah sebelum ke butik. Semua berjalan lancar tidak ada kendala apapun. Hingga tiba saat bel sekolah berbunyi tanda anak-anak harus segera masuk kelas. Maira melepas kedua buah hatinya untuk masuk mengikuti pelajaran. Bersamaan dengan itu. Sebuah mobil sedan mewah hitam mengkilat berhenti tidak jauh dari gerbang sekolah. Saat itu, Maira tidak terlalu memperhatikan. Sampai saat seorang pria bertubuh tinggi besar berjalan menuju halaman sekolah. Maira berusaha tak acuh walaupun merasa ada yang aneh. Sambil menunggu anak-anaknya belajar di dalam, Maira kembali membuka ponsel untuk mengecek pekerjaannya di butik. “Dengan Bu Maira?” tiba-tiba pria berpakaian serba hitam itu bertanya dan berdiri tidak jauh di depan Maira. “Siapa, ya?” Maira balik bertanya. Matanya menyipit untuk memperhatikan lebih jelas wajah lawan bicaranya. Namun sayangnya, wajah itu benar-benar asing baginya. “Benar ini
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 138. Season 2

Gila! Ini benar-benar gila. Maira tidak yakin pria yang tengah mengajaknya bicara itu orang yang waras otaknya. “Katakan saja apa maumu! Saya pasti akan memenuhi, asal kamu bersedia meninggalkan suamimu!” Lagi, kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut Gunawan.Maira meremas tas yang dia pangku. “Saya sudah memiliki semua itu, Pak. Jadi maaf, saya tidak butuh tawaran seperti itu! Harga diri suami saya terlalu tinggi dibandingkan dengan harta yang Bapak miliki!” Maira berbicara dengan hati menahan kesal setengah mati.Sekalipun ditukar dengan seluruh harta milik pria paruh baya itu. Maira tidak akan pernah melepaskan suaminya. “Sombong sekali kamu! Kamu hanya tidak pernah tahu, jika suamimu tidak lagi bekerja di rumah sakit milik saya. Bisa kamu banyangkan, akan seperti apa nasibnya?” Lalu Gunawan tertawa terbahak-bahak seperti orang tak memiliki akal sehat. “Saya bisa saja mem-blacklist nama suami kamu agar tidak diterima di rumah sakit manapun. Dan … kamu tahu apa yang akan terjadi
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab. 139. Season 2

Bertepatan dengan waktu istirahat siang. Rendi segera melajukan mobilnya menuju sekolah TK anaknya. Beruntung, jalanan siang itu tidak terlalu padat. Rendi bisa membawa mobilnya dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya.Begitu gerbang sekolah anak-anaknya terlihat, Rendi buru-buru menghentikan mobil tepat di samping mobil Maira yang masih di sana. Seorang wanita berseragam pengajar terlihat menemani kedua anaknya tidak jauh dari gerbang sekolah. Rendi segera keluar dari mobil dan berlari kecil. “Maaf, saya sudah merepotkan Ibu. Saya juga minta maaf atas keteledoran saya dalam menjemput anak-anak.” ujar Rendi ketika sudah berdiri di depan anak-anak dan gurunya. Wanita berseragam pengajar itu tersenyum ramah. Nampak sekali kelegaan yang terpancar dari raut wajahnya. “Tidak apa-apa, Pak. Syukurlah Anda sudah sampai di sini. Anak-anak sepertinya juga sudah capek.” sahut wanita itu sambil melihat Daffa dan Raihan. Lalu dua bocah itu berpindah ke sisi Rendi. “Terima kasih sudah bersed
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Bab. 140. Season 2

“Saya tidak ada maksud menggurui, Pak. Maaf jika Bapak tersinggung.” Rendi mengalah. Ia sadar tidak akan menang jika melawan pria itu di rumah sakit. Sadar diri, ia juga tengah bernaung pada rumah sakit milik pria itu.“Akhir-akhir ini saya sering mendengar ataupun melihat sendiri Dokter Rendi melanggar peraturan rumah sakit.” Gunawan menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Rendi. Rendi menutup berkas yang tengah ia periksa.“Saya minta maaf, Pak. Saya janji tidak akan mengulangi lagi.” kata Rendi, dalam hatinya ia tak yakin bisa menepati janjinya yang baru saja ia ucapkan itu. Semenjak Mita hadir di sana. Rendi merasa rumah sakit sudah seperti neraka yang menyiksanya pelan-pelan.“Saya pegang janji kamu! Saya harap, ini terakhir kalinya kamu menerobos aturan! Jangan bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan.” Pria bertubuh tambun itu membenarkan letak kacamatanya. Berdiri dan meninggalkan Rendi sendiri di ruangnya.Sementara di tempat lain ….“Makanlah, ini sudah sore! Jangan siksa d
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status