Hari berganti, pagi ini Fatma sibuk memersiapkan keperluan Tasya yang akan kembali ke tempat latihan bernyanyi. Pakaian bagus, sepatu dan semua hal yang dibutuhkannya disediakan oleh Fatma yang selalu memanjakannya, sedangkan putri tersayangnya menghampiri Amira di dalam kamarnya. “Kak, ini Tasya.” Suara kecilnya di depan pintu kamar kakaknya.Segera, Amira membukakan pintu saat mendengar suara adiknya. “Tasya, kamu mau pergi ya?” Raut wajah bangga dan ceria dipasangnya, tetapi justru raut wajah adiknya berbeda, tampak sendu. Tanpa aba-aba Tasya memeluk kakaknya.“Kak, Tasya mewakilkan mama minta maaf sama Kakak ..., tapi kalau Kakak tidak maafkan mama, Tasya tidak maksa kok, karena pasti hari-hari yang Kakak jalani sangat berat ....” Dalam kepalanya masih tertanam ucapan Fatma yang menjadikan Amira sebagai pekerja sexual, itulah yang mendasari kalimatnya ini.Namun, Amira dibuat tidak mengerti. Pelukan Tasya tidak dilepaskan, tetapi kalimatnya sangat menunjukan kebingungannya, “Mama
Read more