All Chapters of Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai : Chapter 61 - Chapter 70

110 Chapters

61. Karena Warisan

Karena Warisan****Aku meremas jari-jemariku, menunggu jawaban dari bang Mirza, sementara itu Rahma yang berdiri di belakangku tampak tegang. Dia sesekali memberi bahasa isyarat agar aku bersikap lebih tenang. Namun entah kenapa, saat itu aku benar-benar tidak bisa bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Mengingat apa yang pernah aku lalui saat itu, tidak sekalipun bang Mirza muncul bahkan di detik-detik terakhir kehidupan bang Asrul, adiknya sendiri. Aku tidak tahu, apakah ini sebuah perasaan dendam, namun yang pasti, setiap kali aku mengingat saat itu, hatiku terasa begitu sakit, seperti teriris sembilu.“Jadi, kamu mengungkit semua yang pernah kamu lakukan untuk Asrul, suamimu?” ucap bang Mirza dengan suara sedikit tertahan.Tunggu dulu … apa yang baru saja dikatakan bang Mirza tadi? Suami? Bang Asrul sakit hingga meninggal dunia, status kami saat itu sudah berpisah. Aku hanya mantan istri saat itu. Apakah bang Mirza lupa atau Cuma pura-pura lupa?“Sepertinya bang Mirza melu
Read more

62. Kisah Yang Tak Terungkap

Kisah Yang Tak Terungkap***Aku menunggu dengan sedikit gugup apa yang akan disampaikan oleh Rahma selanjutnya, namun dalam hati aku juga berharap kalau dia tidak akan mengungkit tentang asuransi yang pernah dibeli bang Asrul saat itu. Karena aku tidak ingin umi menjadi semakin terbebani dan merasa bersalah. Terlebih lagi setelah mengetahui tentang fakta yang sebenarnya, kenaapa saat itu umi tidak pernah mengunjungi bang Asrul, bahkan di hari-hari terakhir dalam hidupnya.“Marina, sebaiknya kita sudah berada di sini. Kedatangan umi ke sini bukan untuk membuat kesamaan dengan kalian. Bagi umi saat ini yang paling penting adalah merawat dan membesarkan Mayla dengan baik. Aku yakin, Asrul pun menginginkan hal itu,” ucap umi memecah keheningan. Rahma menoleh ke arahku, seolah meminta pendapatku. Perlahan, aku mengangguk, memberi isyarat kalau aku sependapat denhgan apa yang baru saja dikatakan oleh umi. Melihat itu, wajah Rahma terlihat sedikit kecewa, namun dia memilih mengikuti permin
Read more

63. Keputusan Yang Sulit

Keputusan Yang Sulit****Umi terdiam beberapa saat, begitupun denganku yang lebih memilih untuk menunggu apa yang akan dikatakannya nanti. Aku yakin, umi masih bimbang tentang uang asuransi itu, namun mengingat dulu dia sudah mengingatnya padaku dan berkata kalau tidak bisa menerimanya. Terlebih umi juga sudah menggetahui saat itu, kalau semua biaya pengobatan dan perawatan bang Asrul aku yang menanggungnya. Masih ingat saat itu ketika umi berkata padaku; “Marina, umi bukan orang serakah. Apa yang akan dikatakan Asrul nanti jika dia tahu kalau aku, ibunya mengambil hak dari mantan istrinya, sementara yang merawatnya sampai akhir hayatnya adalah kamu, mantan istrinya. Jadi, umi menolaknya. Simpanlah, umi yakin suatu hari nanti kamu akan mendesak.”Aku menghela nafas dalam beberapa kali ketika mengingat apa yang dikatakan umi saat itu, bahkan ucapannya masih terngiang di telinga seolah baru kemarin dia berbicara denganku. Dan kini, saat ini, dia sudah duduk tepat di sebelahku membahas
Read more

64. Cerita Grace

Cerita Grace-----Grace meletakkan kedua tangannya di atas meja sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku, ingin memastikan kalau dia tidaak salah dengar, lalu berbisik, “Kamu serius, Marina?”“Hmm… aku serius dan benar-benar sudah pernah bertemu dengannya. Bahkan bergabung untuk makan malam bersama dalam satu meja,” jawabku. Kemudian aku menceritakan pada Grace awal mula aku bertemu dengan Amanda, di mana saat itu Alvaro mengajakku makan malam yang kebetulan bertemu dengan Amanda yang juga sedang menikmati makan malam bersama suami juga Kimi, anaknya. Grace menutup mulutnya dengan telapak tangan dengan mata yang memelotot seolah tidak mempercayai ucapanku.“Marina, kamu serius?” kembali Grace bertanya.“Bua tapa aku berbohong tentang hal seperti itu, Grace, tidak ada kebahagiaan buatku,” ujarku kesal.“Jadi, apa yang membuatmu meragukan ceritaku? Apakah ada rahasia yang sedang kamu sembunyikan dariku seperti waktu itu?” cecarku lagi, kali ini kupastikan Grace tidak lagi berkelit atau
Read more

65. Bertemu Amanda

Bertemu Amanda****Amanda masih berdiri di depanku, sepertinya dia menunggu jawabanku, apakah aku akan menerima permintaanya atau langsung menolaknya.“Aku lihat nanti ya, kalau misalnya tidak terlalu sibuk maka bisa kupertimbangkan,” kataku kemudian setelah berpikir sejenak. Mendengar jawabanku, Amanda tersenyum manis, dia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi mengecewakan di wajahnya.“Baiklah, aku akan menghubungimu nanti,” ucapnya kemudian.Aku melihat Amanda yang berjalan hingga dia masuk ke dalam mobil, dia membunyikan klakson sebelum akhirnya pergi. Ada perasaan lega begitu dia meninggalkan tempat ini dan itu membuatku menghela napas dalam beberapa kali.“Tapi, pak Alvaro belum pulang, dia juga tidak bisa dihubungi,” terang Hamdan sebelum saya menanyakannya. Kuremas ponsel yang masih kugenggam. “Di mana dia saat ini, apakah sesuatu telah terjadi padanya?” pikirku.“Terima kasih, Hamdan. Aku akan mencoba menghubunginya lagi,” ucapku. Pemuda itu kemudian berlalu, namun baru beb
Read more

66. Deja Vu

Déjà vu**** “Kamu yakin?” tanya Amanda penuh penekanan.Sampai detik itu, aku masih belum mempunyai gambaran tentang apa sebenarnya yang ingin disampaikan Amanda padaku. Namun aku merasa, sesuatu itu bukanlah hal yang baik.“Aku … tidak mengerti apa yang kamu katakana, Amanda,” kataku lirih sambil menggelengkan kepala.Amanda tersenyum manis sambil menatapku tanpa berkedip, entah apa yang membuat wanita cantik yang duduk di depanku ini tersenyum padaku. Namu nada satu hal yang aku tidak suka darinya, cara dia menatapku seperti seekor harimau yang sedang mengintai mangsanya dan tidak ingin kehilangan target buruannya.“Ha ha ha ha ….”Tiba-tiba Amanda tertawa, dan kali ini tawanya yang cukup kencang membuat beberapa pengunjung yang ada di sana menoleh dan memperhatikan kea rah kami. Aku menghela napas pelan, otakku berpikir keras mencari cara untuk segera mengakhiri percakapan
Read more

67. Siapa Yang Berdusta

Siapa Yang Berdusta?----Bergegas aku melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu, sebelum aku pergi, sekilas sempat kulihat Alvaro menatapku dari dalam mobil. Namun siapa yang perduli dengan semua itu? Yang kuinginkan saat itu hanyalah, segera meninggalkan mereka.Tanpa terasa, aku sudah berjalan cukup jauh dengan pikiran yang melayang entah kemana. Aku beru menghentikan langkah ketika hampir saja terjatuh ketika kakiku tersandung batu. Ku edarkan pandangan ke sekitar, ah … rupanya aku sudah berjalan sangat jauh. Hingga membuat kakiku terasa kaku dan pegal. Dan akhirnya memutuskan untuk duduk di bangku halte yang tidak jauh dari sana.Aku melepas Sepatu dan ternyata kakiku juga lecet. “Benar-benar hari yang melelahkan,” gumamku pada diri sendiri sambil menempelkan plester pada tumitku yang lecet. Kulirik arloji di tangan, “Belum terlalu sore,” gumamku lagi. Hingga aku memutuskan untuk duduk di sana untuk beberapa waktu sebelum memutuskan untuk pulang. Halte kebetulan sepi, tidak ter
Read more

68. Kejutan di Kampung

Kejutan di Kampung****Aku menyandarkan punggung di kursi bis yang akan membawaku menuju ke kotaku. Perjalanan yang cukup jauh, hal itu membuatku memutuskan untuk tidur saja. Meskipun saya tidak yakin, saya bisa tidur selama perjalanan. Dan benar saja, meskipun mataku terpejam, namun tetap saja pikiranku mengembara ke mana-mana.Bayangan wajah Alvaro tiba-tiba melintas di pelupuk mata, dengan sorot mata letihnya. Bagaimana dia memandangku ketika aku lewat dari hadapannya dan tidak mengindahkan ucapannya ketika dia akan menjelaskan sesuatu padaku tadi. Aku mungkin bermaksud sedikit kasar dan kekanak-kanakan tadi, namun semua itu kulakukan semata-mata untuk memperjelas status di antara kami. Kalau aku dan dia hanya sekedar rekan kerja, tidak lebih dari itu, dan dia tidak perlu menjelaskan apapun yang terjadi antara dia dan Amanda. “Marina, aku akan menunggumu sampai kamu siap untuk mendengarkan penjelasanku,” ucap Alvaro ketika dia berusaha mencapai langkahku tadi. Timah timah….Suar
Read more

69. Mereka Membohongiku

Mereka Membohongiku----Aku menatap wajah Mayla lekat, memindai sekali lagi bocah itu dari ujung kepala hingga ujung kaki, mencari mencoba kesamaan antara dirinya dengan bang Asrul. Hingga kemudian aku tersenyum kecut, merasa bodoh, bodoh sekali. Ternyata selama ini, aku hidup dalam bayang-bayang dusta orang-orang yang pernah menjadi bagian dalam kehidupan, bahkan setelah mereka tiada. “Sepertinya Umi benar, selama ini hidup saya penuh kesalahpahaman. Salah paham tentang kebaikan mereka, salah paham dengan bang Asrul, sbahkan salah paham dengan Umi juga. Selama ini saya selalu berpikir kalau kalian benar-benar ramah menyukai saya saat itu, tulus menerima saya sebagai bagian dari keluarga ini, ternyata saya salah paham. Kalian tidak pernah benar-benar tulus pada saya, pun bang Asrul. Ternyata semua yang diucapkannya hanyalah dusta semata. Tapi ada satu hal yang harus Umi tahu, kalau semua yang saya lakukan selama ini terhadap bang Asrul baik sebelum atau setelah kepergiannya, semuany
Read more

70. Sudah Direncanakan

Sudah Direncanakan****Lelaki itu masih berdiri di depanku, sesekali dia melihat ke sekeliling dengan gugup, seolah takut ada seseorang yang melihatnya. Melihat hal itu, aku tersenyum tipis. Itu artinya, orang yang sedang berdiri di depanku memanglah orang yang sama dengan yang kulihat saat itu. “Saya tidak kenal dengan orang yang baru saja Anda sebut namanya,” jawabnya lirih.“Anda yakin?” tanyaku dengan menatap manik matanya. Aku ingin melihat, apakah kebohongan atau kejujuran yang terpancar dari sana.“Permisi, Bu, saya harus bekerja,” ucapnya kemudian sambil buru-buru berlalu.Tidak ingin melepaskan kesempatan itu begitu saja, akupun segera berdiri dan mengejar langkahnya.“Saya akan menunggu sampai kamu selesai,” ucapku lirih saat aku berhasil menjajari langkahnya.Dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku, kali ini dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Jika tadi dia terlihat sedikit takut, kali ini aku melihat jelas emosi kemarahan dari sorot matanya. Bukan itu
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status