All Chapters of Menjadi Istri Kontrak Tuan Besar Meier: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

Pengakuan Carlen

Dua anak manusia itu saling berpelukan di atas ranjang yang mungil. Tak ada satupun dari mereka yang bisa terpejam. Masing-masing hanya saling terdiam, merasakan debaran jantung yang seolah berlomba. Terlebih Anike yang harus menarik napas panjang berkali-kali demi menahan gejolak dalam dadanya. Deru napas Carlen yang lembut dan hangat, menerpa pucuk kepalanya. Ingin sekali Anike mengungkapkan semua yang dia rasakan saat itu. Namun, baru saja dia hendak membuka mulut, lagi-lagi dering telepon mengganggu keheningan itu. "Apa anda tidak ingin mengangkat teleponnya?" tanya Anike setelah beberapa saat lamanya ponsel tersebut berbunyi, dan Carlen masih tetap bergeming. "Biar saja, itu pasti dari Diana," jawab Carlen enteng. "Kalau anda tidak menerimanya, Bu Diana pasti akan menelepon sampai pagi," sungut Anike. "Ck, baiklah." Dengan malas, Carlen bangkit dan meraih ponsel yang tergeletak di meja kecil samping ranjang. Benar dugaannya, Diana lah yang gigih menghubunginya sejak tadi. "K
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Takluk

"Istri?" desis Diana. Seluruh tubuhnya gemetar saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Carlen. "Kamu tidak sedang bercanda, kan?" "Aku serius. Anike bukan sekadar asisten. Dia adalah istriku," ujar Carlen seraya merengkuh Anike dan merangkul pundaknya erat. "Carlen ...." Wajah cantik Diana berubah merah padam. Tangannya terkepal erat dengan rahang mengeras. "Kenapa?" desisnya. "Maafkan aku, tapi inilah kenyataannya. Aku sudah menikah dengan Anike, sebelum kita dipertemukan kembali beberapa minggu yang lalu. Jujur saja, hubungan kami selama ini tak mulus. Banyak sekali kesalahpahaman yang terjadi," beber Carlen sembari meremas bahu Anike. "Aku sempat berpisah dengan dia." Carlen menoleh dan menatap Anike dengan sorot penuh arti. "Kuakui, aku merasa sangat kacau saat jauh dari istriku. Saat itulah, kau datang dan meminta bantuanku. Lalu, tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalaku ...." "Kamu hanya memanfaatkanku sebagai pelampiasan?" terka Diana memotong kalimat Carlen begitu s
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Tanda Merah

Usianya boleh kepala empat. Namun, nyatanya fisik dan kekuatan Carlen tak ada bedanya dengan pemuda di awal dua puluhan."Tuan ...." Entah yang keberapa kali Anike merintih. Dia tak berdaya di antara kungkungan lengan kekar Carlen yang terus memacu diri.Carlen seolah tak puas dengan permainan panas di dalam shower box. Dia malah meminta untuk melanjutkan percintaan mereka di tempat yang berbeda.Sudah lewat setengah jam sejak Carlen mendudukkan Anike di tepian meja wastafel. Akan tetapi, tak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan segera menghentikan aksinya.Carlen malah mendekap erat tubuh molek Anike yang rapat melingkarkan tangan di lehernya. Gairahnya semakin terbakar tatkala sang istri menyesap lehernya."Kau makin pintar," bisik Carlen di antara napas yang memburu. "Tuan, aku ...." "Tahan, Anike," potong Carlen, bersamaan dengan dirinya yang mencapai puncak nirwana.Dia dapat merasakan tubuh Anik
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more

Bersulang

Carlen menikmati waktu sendirinya di ruang kerja sambil membayangkan percintaan panas antara dia dan Anike tadi pagi.Wanita muda itu seolah memberikan energi positif yang membuatnya merasa begitu segar dan bersemangat.Carlen tersenyum membayangkan paras cantik Anike. Rasa rindu mulai menyergap, padahal baru beberapa jam saja mereka berpisah.Tepat pada saat Carlen hendak menghubungi Anike, saat itu sebuah panggilan masuk datang dari Diana.Tanpa pikir panjang, Carlen segera mengangkat teleponnya. "Ada apa, Di?" tanyanya, seolah tak pernah terjadi apapun di antara mereka."Apa kita bisa bertemu? Aku ingin membicarakan tentang masalah penjualan," sahut Diana."Boleh. Kapan dan di mana?" Kalimat Carlen terdengar singkat dan lugas."Di kantorku! Pukul lima tepat," jawab Diana.Aku tidak tahu apakah pekerjaanku sudah selesai di jam itu. Seperti yang kau tahu, Pandu akan datang hari ini. Aku harus menyelesaikan beberapa hal dengannya," ujar Carlen."Kalau begitu, kutunggu sampai kau selesa
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more

Anggur Beracun

"Apa yang kau masukkan dalam anggurku ini, Diana?" Carlen mengulangi pertanyaannya karena Diana tak menjawab. Wanita itu hanya tersenyum samar sambil terus memperhatikan Carlen."Memangnya, kamu pikir apa? Aku memberimu racun? Kalau anggur itu ada racunnya, pasti aku juga ikut mati, karena aku meminumnya juga," dalih Diana. Carlen terdiam. Iris mata birunya tajam menatap Diana. "Baiklah, aku memilih percaya padamu. Lagipula, jika kau cerdas, kau tak mungkin berani mencelakaiku. Selain jaringanku luas dengan koneksi tak terbatas, aku juga lah yang membantu bisnis perhiasanmu hingga sukses seperti sekarang," tutur Carlen panjang lebar."Oh, itu sudah pasti, Sayang. Aku bukan orang yang mudah melupakan jasa baik orang lain, walaupun orang itu sudah sangat menyakitiku," sindir Diana dengan gaya bicaranya yang anggun.Carlen terkekeh pelan. Dia menatap Diana lekat-lekat seolah mencari kebohongan di sana. Tak dihiraukannya kepala yang tiba-tiba berdenyut nyeri."Aku tak mengira bahwa kau b
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more

Kritis

Anike tak bisa memejamkan mata sedikit pun. Dia terus berjaga di samping Carlen yang masih tampak lemah. Sesekali dia memijit pelipis sang suami pelan, seraya mengoleskan minyak angin."Tuan, anda sakit apa, sih?" tanya Anike lesu. "Anda tidak berbuat macam-macam kan dengan nyonya bohay itu?""Tuan, aku bisa patah hati kalau anda selingkuh." Anike terus mengomel, walaupun Carlen tak dapat mendengarkan."Apa perlu kupanggilkan dokter?" cetus Anike. Dia semakin khawatir tatkala Carlen tak segera siuman. Saat itu, dia tiba-tiba teringat pada Lula."Mungkin Lula lebih paham kondisi Tuan Carlen," gumam Anike. Tanpa pikir panjang, dirinya langsung menelepon adik iparnya itu. Cukup lama dia menunggu nada sambung sampai panggilannya diangkat."Halo, Anike. Apa kabarmu?" sapa Lula di seberang sana."Aku, ehm, aku baik-baik saja, Lula," jawab Anike kikuk. "Kabarmu bagaimana?""Aku baru saja masuk rumah setelah seharian di kampus," jelas Lula. "Kamu sedang apa?""Aku ...." Anike kebingungan menja
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more

Dendam

Setelah 24 jam berada di ruang ICU, kini kondisi Carlen sudah mulai stabil. Dia kemudian dipindahkan ke ruang perawatan biasa.Anike dengan setia menemani. Tak sedetikpun dia beranjak dari sisi ranjang Carlen, walaupun di ruang perawatan VVIP tersebut, terdapat sofa dan tempat istirahat khusus bagi pendamping pasien. Anike terkantuk-kantuk menyandarkan kepalanya di tepian ranjang."Buatkan aku kopi, Anike."Suara Carlen membuat Anike tersadar sepenuhnya. Dia langsung mengangkat kepala dan mendekatkan wajahnya pada sang suami. "Tuan? Anda sudah sadar?" serunya penuh haru."Aku ingin kopi," pinta Carlen lagi."Ini di rumah sakit. Tidak ada kopi untuk pasien seperti anda," ujar Anike."Rumah sakit?" ulang Carlen seraya memegangi kepalanya. "Oh, iya. Tadi malam perutku sakit sekali.""Bagaimana rasanya sekarang, Tuan?" tanya Anike lembut.Carlen tak segera menjawab. Dia menoleh kepada Anike dan menatap paras cantik itu lekat-lekat.
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

Pijatan Mesra

"Bicara apa kamu, Tuan Marten?" Ekspresi Diana mendadak berubah tegang. "Rasa marah yang luar biasa, memang bisa mematikan logika. Aku pernah mengalaminya," tutur Marten kalem. "Aku tidak mengerti sama sekali." Diana berdecak kesal. "Kutegaskan sekali lagi bahwa aku tidak memiliki dendam terhadap Carlen!" "Anda tidak dendam, hanya emosi sesaat. Betul begitu?" pancing Marten. Diana tak menanggapi. Dia hanya menunjukkan raut gelisah. "Tidak apa-apa, Nyonya Diana. Aku mengerti. Setiap orang tak lepas dari berbuat kesalahan. Akan tetapi, yang terpenting adalah bagaimana kita dapat belajar dengan cepat dari kesalahan itu," ucap Marten bijak. "Sebenarnya kamu mau apa? Tidak usah bertele-tele!" sentak Diana tak sabar. "Begini ...." Marten yang awalnya menyandarkan punggung di sofa, beringsut maju dan mencondongkan tubuhnya. "Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku bersedia membantu anda untuk membalaskan dendam. Bukan kepada Carlen, melainkan pada Anike." Diana menahan napas saat men
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

Sweet Carlen

Carlen duduk di belakang meja kerja sambil melipat kedua tangan di dada. Pandangannya terarah pada Pandu, tetapi pikirannya terbang ke tempat Anike berada. Tadi dirinya sudah memperingatkan sang istri agar tidak berpakaian lebih dulu. Anike harus menunggu sampai Carlen selesai berbincang dengan Pandu. "Aku tidak mempunyai banyak waktu," ucap Carlen sebelum Pandu sempat berbicara. "Memangnya anda mau ke mana?" tanya Pandu. "Aku tidak ingin membuat Anike kedinginan," jawab Carlen yang membuat Pandu semakin kebingungan. "Ah, sudahhlah. Sebenarnya hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" Pandu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Ini tentang Nyonya Diana," ujarnya. "Apa kau sudah menemukan bukti keterlibatannya?" Suara Carlen terdengar begitu berat dan dalam. "Tuan, tanpa diselidiki pun, sudah terlihat jelas bahwa Nyonya Diana berniat untuk mencelakai anda," tutur Pandu. "Seperti dulu. Apa anda tidak ingat?" Carlen terdiam tak menanggapi. Dia menyandarkan punggun
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

Satu Lawan Satu

"Tidak seharusnya anda kemari," desis Pandu yang tak menunjukkan sikap takut maupun tunduk sama sekali. "Kenapa? Apa karena ada Anike di sini?" Marten menyunggingkan senyuman sinis. Pandu terkesiap untuk sesaat, sebelum kembali bersikap biasa. "Jadi, apa yang akan anda lakukan? Tuan Carlen dan Nyonya Anike masih terikat hubungan pernikahan yang sah secara agama. Anda tidak dapat memisahkan mereka berdua," tegasnya. "Kenapa kau berpikir bahwa aku akan memisahkan mereka berdua?" Marten memicingkan mata. "Oh!" serunya tiba-tiba sambil mengangkat satu telunjuk ke udara. "Jangan-jangan ...." Marten mendekatkan wajahnya pada Pandu. "Apa kau jatuh cinta pada Anike juga?" terkanya seraya tersenyum lebar. "Kau jatuh cinta pada istri majikanmu!" Marten mengarahkan telunjuknya pada Pandu. "Jaga mulut anda, Tuan!" sentak Pandu dengan muka memerah. "Berani kau membentakku, hah!" balas Marten. "Apakah harus kuingatkan siapa kau dan di mana kedudukanmu?" geramnya dengan tangan mengepal. "Saya
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status