Semua Bab Menjadi Istri Kontrak Tuan Besar Meier: Bab 61 - Bab 70

118 Bab

Pria Berdasi

"Mengajari Anike cara makan yang benar," seloroh Carlen. "Duduk dulu, Di," ajaknya santai.Diana tak segera mengiyakan. Dia menatap kekasihnya dan Anike secara bergantian. Setitik rasa curiga dan cemburu mulai menyerang sisi hati. "Kenapa harus kamu yang mengelap bibirnya? Asistenmu kan sudah besar, bisa melakukan semuanya sendiri," protes Diana."Memangnya kamu siapa? Seenaknya memerintah Tuan Carlen? Asal kamu tahu, ya! Aku adalah istrinya!" teriak Anike sambil berdiri dan berkacak pinggang. Dia juga menarik krah kemeja Carlen, lalu mencium bibirnya dengan buas.Sayangnya, adegan itu hanya terjadi dalam pikiran Anike. Tentu saja dia tak mungkin melakukan hal tersebut, atau Carlen akan mengusirnya keluar."Apa Tuan mau berangkat sekarang?" tanya Anike tanpa memedulikan keberatan Diana.Carlen melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya, lalu menjawab, "Ya, ini sudah siang. Aku harus meninjau pabrik hari ini.""Ingat, Carlen. Kamu sudah berjanji akan mengantarku menemui Bu Siska
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-03
Baca selengkapnya

Negosiasi

"Sudah kubilang! Aku tidak berniat menjual rumah dan kebunku!" teriak pria itu seperti kesetanan. Dino yang ketakutan, langsung bersembunyi di balik tubuh tegap Carlen. "Hati-hati, Tuan!" ujarnya ketakutan.Carlen mendengkus kesal melihat tingkah asistennya itu. Dia lalu beralih pada pria tua yang tampak beringas. Diliriknya parang berukuran cukup besar yang berada di tangan kanan pria tersebut. "Pak Hamid? Nama anda Pak Hamid, kan?" sebut Carlen. "Aku tidak akan tergoda oleh bujuk rayumu!" sentak pria itu, tak memedulikan kalimat Carlen. "Kalau memang anda tidak tertarik dengan uang, maka aku akan menawarkan untuk merelokasi rumah dan kebun anda ke tempat lain. Aku bisa menjamin bahwa tempat barumu nanti akan jauh lebih luas dari ini," tutur Carlen. "Tidak ada tempat yang lebih baik dari rumah dan kebunku!" tolak Hamid. Suaranya terdengar begitu lantang, membuat DIno yang ketakutan, semakin takut. "Percayalah, P
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

Es Cincau Untuk Anike

"Teteh, apa kabar? Ayo, masuk. Duduk dulu," ajak Hamid ramah. Sikapnya jauh berbeda jika dibandingkan dengan saat menghadapi Carlen tadi. "Di sini saja, Pak," tolak Anike sopan. "Masuk saja lah. Kebetulan tadi saya bikin es cincau. Enak diminum kalau cuaca panas begini," bujuk Hamid. Anike malah menoleh sekilas pada Carlen, seolah meminta persetujuan. "Kalau Anike diperbolehkan masuk, artinya aku juga harus masuk. Itu karena dia adalah pegawaiku," tegas Carlen sambil mencekal lengan Anike yang sudah bersiap mengikuti Hamid. "Ya, sudah. Silakan masuk," ujar Hamid tak bersemangat dengan wajah bersungut-sungut. Sesaat kemudian, raut itu berubah ceria saat menatap Anike. "Esnya dikasih banyak atau sedikit?" tanyanya. "Ck!" Carlen memalingkan muka seraya berdecak kesal melihat sikap Hamid yang berlebihan terhadap Anike. "Sedikit saja, Pak. Saya tidak suka terlalu dingin," sahut Anike. "Saya juga!" sambung Dino sambil mengangkat tangan. "Tidak tahu malu!" Gemas, Carlen menjitak pela
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

Kotak Bekal

Selama perjalanan pulang, Anike tak bicara apapun, meskipun dia berada dalam satu mobil dengan Carlen. Sedangkan Dino berada di mobil perusahaan.Mereka terlebih dulu mampir ke kantor Carlen sebelum kembali ke Kediaman Meier."Aku bisa jelaskan," ujar Carlen memecah kebisuan. "Aku memang berniat untuk memakannya, tapi aku sungguh-sungguh lupa."Anike melengos tanpa menimpali sepatah katapun."Waktu kau bertanya, aku tak ingin mengecewakanmu, sehingga terpaksa aku harus berbohong," imbuh Carlen."Sebenarnya tidak masalah jika anda jujur. Toh, aku sudah berkali-kali dikecewakan," sindir Anike dengan nada ketus."Oh, jadi kau pikir hanya kau saja yang kecewa? Aku juga!" sentak Carlen, membuat Joni sang sopir pribadi, melirik melalui spion tengah."Fokus menyetir saja, Jon!" titah Carlen galak."Ba-baik, Tuan." Gugup, Joni langsung beralih pada jalanan padat di depannya."Memangnya apa yang anda kecewakan? Bukannya anda sudah menemukan pasangan sejati?" Anike tertawa getir. "Anda sudah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-05
Baca selengkapnya

Alergi Cinta

"Nanti anda sakit perut," cegah Anike. "Ada kau yang akan merawatku, " jawab Carlen santai. "Cih!" Anike mencebikkan bibirnya. "Giliran yang susah-susah, aku disuruh maju. Kenapa bukan kekasih anda saja?" protesnya. "Aku lebih senang dirimu yang merawat," dalih Carlen. "Anda pikir aku mau?" timpal Anike. "Harus mau! Bukankah aku sudah melunasi utangmu? Itu artinya, kau yang harus membayarnya dengan bekerja padaku tanpa digaji," Carlen tersenyum lebar. Dia merasa begitu bahagia karena telah berhasil menang dari Anike. "Ck! Dasar tua bangka," geram Anike begitu lirih. Dia berusaha untuk tidak menghiraukan Carlen dan kembali ke tujuan utamanya, yaitu dapur. "Mau ke mana kau?" Carlen yang penasaran, segera mengikuti langkah Anike sambil membawa kotak makan yang sudah kosong. "Mencari sesuatu yang bisa dimakan!" jawab Anike ketus. Dia membuka lemari gantung berdesain minimalis yang melekat pada satu sisi dinding dapur. Tak menemukan apa yang dicari, dia membuka rak-rak meja dapur.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-06
Baca selengkapnya

Selimut Malam

"Sudahlah, aku pergi dulu," ucap Carlen seraya berbalik meninggalkan Anike yang keheranan. Setengah berlari dia mengejar Diana yang sepertinya kesulitan menyalakan mesin kendaraan.Dengan gayanya yang kalem, Carlen mengetuk kaca jendela mobil. Mau tak mau, Diana membukanya sambil tetap memasang wajah cemberut. "Kenapa mobilnya?" tanya Carlen."Rewel!" jawab Diana ketus. "Sama seperti kamu, menyebalkan!" Carlen terkekeh pelan sebelum berjalan memutari sedan hitam milik Diana. Dia lalu membuat gerakan isyarat agar sang kekasih membuka pintu mobilnya.Lagi-lagi Diana menurut. Dia membiarkan Carlen memeriksa kendaraannya. Berkat tangan ajaibnya, dalam sekali percobaan, mobil Diana langsung menyala. "Ayo, kuantar. Sekalian berangkat ke kantor," ajak Carlen. Diam-diam dia mengamati wajah cantik sang kekasih yang tak berseri sama sekali. "Nanti malam menginap saja di tempatku," tawar Carlen, berusaha memadamkan api amarah dalam dada Diana. Dengan wajah ditekuk, Diana menoleh pada Carlen
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

Pelukan Sesaat

"Anike, tolong aku ...." Setengah sadar, Anike mendengar suara seseorang meminta tolong. Namun, dia tetap memejamkan mata dan melanjutkan tidur. "Anike, perutku sakit sekali." Kali ini suara itu berada sangat dekat di telinganya, membuat Anike langsung mengerjap dan menoleh. "Aaah!" Dia menjerit sekencang-kencangnya saat sebuah tangan menyentuh pundaknya. "Ssst! Jangan berisik. Nanti Yanto mengira ada maling!" bisik suara itu. Anike akhirnya tersadar. Dia memicingkan mata seraya mendekatkan diri pada sosok yang kini duduk di tepi ranjang dan menghadap padanya. "Tuan Carlen?" tanya Anike ragu. "Ya, ini aku. Perutku kembung, aku tidak bisa tidur," ungkap Carlen. "Ya, ampun. Anda ini." Anike menggeleng pelan sembari menyibakkan selimutnya. "Terus kenapa anda malah kemari? Kan sudah ada Diana yang merawat dan menjaga anda dengan penuh kasih sayang," sindirnya. "Aku ingin kau yang merawatku. Aku tak mau yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

Pulang

"Ih, bapak ini bicara apa, sih?" Anike tersipu malu. "Serius, Neng. Meskipun Tuan Carlen suka marah-marah, tapi hatinya baik. Kalau dia sudah cocok dengan satu orang, maka dia akan memberikan segalanya pada orang itu. Oleh karena itulah, waktu Tuan Carlen putus dengan Bu Diana, Tuan Carlen mengalami patah hati berat. Akhirnya, dia melampiaskan rasa sakit itu dengan berganti-ganti pasangan," jelas Joni panjang lebar. "Saya tahu banyak, karena saya yang bertugas mencarikan wanita untuk Tuan," lanjutnya lagi. "Jadi ... bapak dan Pak Yanto ...." "Pokoknya saya hanya menyediakan wanita untuk Tuan Carlen. Selebihnya, saya tak tahu menahu. Itu semua menjadi urusan Pak Pandu," sela Joni sebelum Anike menyelesaikan kalimatnya. "Tapi ... sudah satu tahun belakangan, Tuan Carlen tidak terlihat dekat dengan wanita manapun. Dia juga tidak meminta untuk dicarikan pasangan, sampai Neng Anike datang ke rumah ini," papar Joni. "Bapak tahu kalau saya ...." Anike tak kuasa melanjutkan kata-katanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

Sambutan Hangat

"Sejak pulang dari Jerman, Anike belum sempat bertemu keluarganya. Aku kemari untuk mengantarkan dia," jelas Carlen."Terus terang saja, ya! Kamu tidak diterima di sini! Tolong, ceraikan anakku secepatnya! Kembalikan Anike pada kami!" sentak Abdul Manaf menggebu-gebu. Tak lama kemudian, Jajang dan beberapa orang tetangga turut masuk dan berdiri di belakang Abdul Manaf. "Ada apa, Bah? Apa bule gila ini membuat keributan?" tanya Jajang sambil mengepalkan tangannya dan bergaya bak seorang petinju yang hendak menyerang musuh."Pokoknya aku tidak setuju Anike punya suami seperti orang ini!" tunjuk Abdul Manaf tepat ke muka Carlen."Suruh cerai saja, Bah! Jajang siap menampung dan menafkahi lahir batin! Nanti sawah yang di samping sungai itu aku berikan pada Abah semuanya. Asal Jajang bisa memiliki Neng Anike," cerocos Jajang berapi-api."Tuan, bagaimana ini?" Anike semakin mengeratkan pegangannya di lengan Carlen. Sesekali, dia melirik ke wajah tampan yang tetap terlihat tenang dan kalem
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya

Menantu Sempurna

"Anike punya suami bule." Para tetangga yang masih berkumpul di teras rumah saling berbisik, membuat Jajang semakin panas. Dia merasa dipecundangi berkali-kali hari itu. Dengan amarah yang memenuhi dada, Jajang berniat pergi dari sana. Langkahnya dibuat segagah mungkin saat melintasi halaman depan. Ditendangnya sebuah batu besar yang berada di ujung halaman demi meluapkan emosi. Namun, ternyata batu itu terlalu kokoh dan berat untuk kaki Jajang yang kurus. "Aduh!" pekik Jajang kesakitan sambil memegangi jempol kakinya. Pria itu tak jadi berjalan gagah, karena dia harus terpincang-pincang menahan sakit. Hal yang berbeda tengah berlangsung di dalam rumah. Saodah dan Abdul Manaf menjamu Carlen dengan sebaik-baiknya. Mereka memperlakukan Carlen seperti seorang raja, terlebih Abdul Manaf. Kedua orang tua Anike itu begitu mudahnya takluk oleh kharisma serta wibawa yang Carlen tunjukkan. Akan tetapi, Tiara tak ingin terkecoh. Dia terus mengamati Carlen dengan sorot penuh selidik. "Apa tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status