Home / Pernikahan / Hasrat Yang Tertunda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Hasrat Yang Tertunda: Chapter 11 - Chapter 20

63 Chapters

BAB 11 - Menjadi Pelayan

“Sebenarnya aku sangat senang dan kerasan disini nyonya, apalagi anda sangat baik padaku, tapi … ,sepertinya aku tidak bisa lama untuk bekerja disini” ucap Arlin yang masih bingung untuk mengungkapkan alasan yang sebenarnya kenapa ia ingin pergi dari sana.“Apa, jangan-jangan, karena kelakuan putraku?!” tiba-tiba mata Arlin memandang wajah wanita di hadapannya.“Apa yang dia lakukan padamu nak?, katakanlah?!” nyonya Rubi menguncang pundak Arlin.“D-dia tidak melakukan apa-apa nyonya, hanya saja, tuan Vardyn, maksudku tuan Jerico agak kasar memperlakukanku” ucap Arlin dengan suara lirih.“Hmm, maafkanlah putraku sayang, nanti aku akan bicara padanya. Tapi ingat!, kau jangan pergi dulu dari sini” nyonya Rubi buru-buru menemui Vardyn yang entah sedang berada dimana pria itu sekarang.Beberapa saat kemudian, Arlin yang tengah membuat teh hangat untuk dirinya sendiri di kagetkan dengan kehadiran Vardyn yang di geret lengannya untuk menghadap Arlin.“Apa-apaan ini ma?!” tanya Vardyn sambil m
Read more

BAB 12 - Anda menantuku sepertimu

“Kenapa anda jahat sekali!” geram Arlin.“Aku tidak jahat, tapi aku bisa jahat jika seseorang menolak keinginanku”“Kenapa anda memaksa sekali” “Sudahlah Arlin!, bisakah kau mengiyakan saja permintaanku!” tegas Vardyn.Arlin hanya menghela nafas panjang. “Baiklah!, tapi tolong jangan perlakukan aku dengan kasar” “Itu bukan otoritasmu untuk memerintahku, tugasmu adalah melayaniku dan mematuhiku, kau paham!” Vardyn menatap mata Arlin.“Tapi bagaimana tugasku sebagai perawat nyonya Rubi?” “Kau masih tetap menjadi perawat mamaku, kau tetap akan menerima gaji darinya, dan kau menjadi pelayanku, dan kau juga menerima gaji dariku, bukankah itu sesuatu yang menguntungkan untukmu?” tukas Vardyn .“Tidak juga, itu berarti pekerjaanku akan semakin berat” “Tidak berat, karena kau akan melayaniku ketika hanya aku pulang kesini, dan aku akan kembali ke apartemen untuk beberapa pekan”“Lalu, apa yang harus kulakukan sebagai pelayan anda?, apa aku harus menyiapkan makanan atau pakaian anda?” tany
Read more

BAB 13 - Perintah lagi

Nyonya Rubi menerima telpon dari Vardyn, dan karena wanita itu sedang memakan makanannya, ia mengaktifkan load speaker di handphonenya.“Ma, Melinda akan pergi ke luar negri untuk beberapa pekan, jadi aku akan pulang kerumah mama untuk sementara waktu” ucap Vardyn di sebrang telpon.Berita itu spontan membuat Arlin sedikit kaget bercampur takut. ‘Ck, kenapa dia berbohong pada mamanya dan akan tinggal disini untuk beberapa pekan, akh benar-benar merepotkan!’ gerutu Arlin membayangkan wajah pria yang selalu membuatnya jengkel.“Apa istrimu bekerja atau hanya jalan-jalan?” tanya nyonya Rubi yang masih percaya dengan kebohongan Vardyn.“Dia, um …, bekerja ma” ucap Vardyn sedikit canggung dengan kedustaannya.“Ya, baiklah, hati-hatilah di jalan sayang” ucap mamanya dengan kasih sayang.Besok malamnya, nyonya Rubi lagi-lagi meminta Arlin untuk memijat kakinya. Gadis itu dengan kepandaiannya memijat membuat nyonya Rubi menikmati pijatannya hingga tertidur kembali.Nyonya Rubi sengaja membiark
Read more

BAB 14 - Roti

Hal buruk yang ada di benak Arlin ternyata akan terjadi, Vardyn mendekatkan wajahnya ke wajah Arlin dan jemarinya mulai akan menyentuh pipinya, tetapi Arlin yang sadar akan kelakuan tuannya, cepat-cepat menghindar dan menjauh dari pria itu.“Tuan, tolong jangan ambil kesempatan disaat aku melayani anda. Tugasku sudah cukup, aku mau beristirahat!” ucap Arlin ketus sambil akan melangkah pergi.“Oke, besok pagi kau harus kembali melayaniku, karena aku akan libur dua hari, dan akan tinggal disini sepekan, kita akan sering bertemu, pelayan” ucap Vardyn yang masih duduk di kursi dapur sambil tersenyum dengan sudut bibirnya.Arlin yang mendengar ucapan tuannya tadi seolah ingin kabur dari rumah itu, kalau saja ia tidak mengingat permintaan nyonya Rubi untuk ia tinggal di sana dan janjinya pada pria itu untuk menjadi pelayannya.Pagi, dini hari pukul 04:45Arlin sudah mengolah adonan untuk dibuat roti, ia memanggangnya dan menunggunya di depan oven.“Non Arlin bikin apa pagi-pagi begini?” dari
Read more

BAB 15 - Jalan-jalan

‘Kenapa gadis ini selalu sempurna membuat segala sesuatunya’ puji Vardyn lagi untuk Arlin di batinnya.Tak lama berselang Arlin dan sang mama Vardyn masuk kedalam rumah setelah selesai mengurus tanaman. “Hey, kau tidak menunggu kami sayang” nyonya Rubi mengecup kepala putranya yang tengah menikmati sarapan paginya.“Terlalu lama ma, aku lihat kalian sedang asik mengurus tanaman, hingga aku tidak terurus begini, enaknya jadi tanaman” ujar Vardyn yang membuat nyonya Rubi tertawa.“Hahahaa, apa kau cemburu pada tanaman?” ucap sang mama.Setelah membersihkan tangan nyonya Rubi menggeser kursi makan dan mulai duduk disana untuk menyantap sarapannya.“Arlin, bergabunglah dengan kami, ayo!, makanlah disini” nyonya Rubi menepuk kursi sebelahnya yang kosong, yaitu kursi yang berada tepat di hadapan Vardyn.“Ah, I-iya nyonya” jawab Arlin agak ragu.Arlin menatap Vardyn sejenak, mata pria itu melirik sedikit keatas kearah Arlin, karena posisi kepalanya yang tertunduk karena sedang menyantap maka
Read more

BAB 16 - Awalnya

Nyonya Ruby hanya memandanginya dari kejauhan, alangkah berbedanya ketika ia bersama Arlin, yang selalu membuatkannya sarapan, menemaninya mengobrol dan bahkan sampai mengantarnya untuk beristirahat di kamar.Tak lama berselang, seorang kurir pengantar makanan datang dan mengantar pesanan Melinda.Dari sofa ruang tamu Melinda yang tengah memainkan ponselnya memanggil si mbak dengan berteriak untuk mengambil pesanan dari kurir di depan pagar.Akhirnya makanan telah berada di hadapan Melinda. Seketika itu ia makan sendiri sambil asyik bergelut dengan ponselnya.Tanpa sadar Melinda tengah diperhatikan oleh nyonya Rubby dari kursi meja makan, yang tanpa menawarkan makanan pesanannya itu pada sang mertua.Nyonya Rubby hanya menggeleng melihat kelakuan menantunya. Akhirnya wanita tua itu berdiri dan membuat bubur oat gandumnya sendiri.Malam mulai melebar, Di sebuah persimpangan, di jalan yang sedikit redup, sebuah sedan hita
Read more

BAB 17 - Melinda pulih kembali

“Ini bukan urusanmu!” ujar Fedri.“Dia bersamaku, berarti itu menjadi urusanku” ucap Vardyn tegas.Tiba-tiba tangan Vardyn sudah mencengkram lengan Fedri, ia mencoba menyingkirkan genggamannya di tangan Arlin.Akhirnya Fedri melepaskan Arlin. Tapi kini ia menatap mata Vardyn dengan tatapan tajam.Arlin diarahkan Vardyn untuk bergeser dan berlindung ke belakang tubuhnya yang tegap. Kepala Arlin menyembul dari belakang tubuh Vardyn.“Sebaiknya anda pergi sekarang, sebelum aku memanggil security” tatapan Vardyn seolah menantang dan siap untuk berduel.“Hey, apa kau suaminya? Atau cuma bodyguard yan--..ugh!” tiba-tiba tangan kekar Vardyn meraih kerah atas kemeja Fedri dan menariknya agak naik meninggi, hingga Fedri sedikit tercekik.“Siapapun aku, itu tidak penting buatmu bung!, yang jelas aku tidak mau melihat wajah brengsekmu lagi, cepat pergi dari sini!” Vardyn melepaskan cengkraman kemeja pria didepannya sambil sedikit mendorongnya, hingga Fedri sedikit oleng.Fedri tidak berbicara sat
Read more

BAB 18 - Dia datang

Malam mulai meninggi.Beberapa saat berlalu, Vardyn mengetuk pintu kamar Arlin.“Ya sebentar!” ucap Arlin dari dalam kamar.“T-tuan?, ada apa?” tanya Arlin melihat pria di depannya dengan wajah seolah bingung di bibir pintu.“Besok siang Melinda mau datang kesini” ucap Vardyn.Nampak wajah Arlin yang terkejut dan penuh tanda tanya.“Hah? Nyonya Melinda mau datang?!”“Aku juga tidak tahu kenapa dia mau kesini dan bagaimana dia akan kesini, suaranya juga seperti orang yang sehat. Aku mau kau pergi besok sebelum dia datang, kau coba cari tahu ke mbok Min apa yang terjadi dengan Melinda, dan jangan pulang dulu sebelum aku perintahkan, paham!” “Iya tuan”Vardyn terdiam sejenak memandang baju Arlin.“Hey, baju tidurmu robek begitu, kenapa tadi tidak membeli baju tidur baru?, malahan kau beli lampu tidur, dasar aneh” ujar Vardyn setelah menatap baju tidur Arlin yang bermotif Hello kitty yang sedikit robek di lengannya.“Um, ini,..aku tidak masalah dengan bajuku tuan, kenapa anda seolah perdu
Read more

BAB 19 - Kebencian yang masih ada

“Untuk apa kau datang kesini?!” tanya Vardyn ketus ketika Melinda duduk di sebelah Vardyn.“Hm, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita” ucap Melinda sedikit tenang.“Memperbaiki katamu?!, hah, bukankan itu sudah terlambat” ucap Vardyn dengan nada sedikit acuh.“Aku rasa belum”“Sudahlah, aku sedang tidak ingin membahas masalah kita” Vardyn bangkit dari duduknya dan berlalu ke lantai atas.Malam mulai meninggi,Vardyn dan Melinda terpaksa bermalam satu kamar karena kepura-puraan mereka takut terbongkar nyonya Ruby jika wanita tua itu mengetahui mereka tidak tidur satu kamar.Vardyn dan Melinda duduk di ranjang besar, bersandar pada sandaran ranjang. Mereka duduk agak berdekatan, tetap Vardyn agak menjaga jarak.“Bagaimana kau bisa sembuh secepat ini?!, atau kemarin kau hanya berpura-pura sakit di depanku?” tanya Vardyn ketus pada Melinda dengan suara agak tertahan.“Apa kau tidak suka aku sembuh?” ucap Melinda yang masih terlihat tenang.“Uang dari mana kau membeli barang-barang mewa
Read more

BAB 20 - Penjelasan

“Kau punya otak, pikirkan saja sendiri” kemudian suara shower berbunyi hingga Melinda tidak dapat melanjutkan obrolannya dengan Vardyn.‘Dasar menyebalkan!’ umpat Melinda.Dengan sedikit geram Melinda melangkah turun menuju lantai bawah.Di ruang makan nyonya Ruby tengah meminum teh hangat sendirian. Ia seolah kehilangan seorang yang setiap pagi selalu menemaninya.“Pagi ma …” sapa Melinda sambil mengambil cangkir yang sudah tersedia di meja makan.“Ah, pagi, kau sudah bangun Mel” ucap nyonya Ruby dengan senyuman di wajahnya yang sudah berkerut.“Hari ini aku ingin mengajak mama shoping dan makan di restauran, tapi kata Vardyn kemarin mama sudah diajaknya” Melinda menuang teh kedalam cangkirnya.“Ah iya, kemarin Rico sudah mengajak mama dan Ar- …”“Ehm!, Ma!, hari ini aku ada jadwal ke gedung Emzy di pusat kota, mama mau nitip apa?” tiba-tiba Vardyn bersuara agak keras dari arah tangga.“Tidak usah sayang, aku tidak ingin membeli apa-apa” ucap nyonya Ruby yang spontan menoleh kearah pu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status