Semua Bab Hasrat Yang Tertunda: Bab 41 - Bab 50

63 Bab

BAB 41 - Datang tepat waktu

“Sialan kau! Baji***n!!” pekik Vardyn geram dengan darah yang mendidih.“Tolong jangan sakiti dia! Biar aku yang disiksa!” ujar Vardyn sedikit memohon. Ia tak sanggup mendengar Arlin menjerit diperlakukan kasar oleh anak buah Frdeick.“Sssshh ... kau diam saja!” ujar Fedrick yang kini mengarahkan pistolnya ke Vardyn. “Baiklah tuan Vardyn , kini nyawamu akan berakhir tanpa penyiksaan” Fedrick mengarahkan pistolnya tepat kearah kepala Vardyn.Arlin sempat melepaskan diri, berlari, beranjak dari sofa. Tapi anak buah Fedrick buru-buru mengejarnya. Kemudian Arlin ditarik dan jatuh kelantai.Vardyn memejamkan matanya, ia tidak sanggup berbuat apa-apa lagi.Tetapi kemudian, …“Hey pak tua!, mungkin sebaiknya aku bantu kau untuk beristirahat, di neraka!” Suara dari belakang Fedrick membuatnya spontan menoleh, dan matanya yang sedikit keriput membulat, menyaksikan beberapa anak buahnya sudah terkapar bersimba darah di lantai.
Baca selengkapnya

BAB 42 - Siapa yang kau suka

“Jadi?, kau tidak suka padanya?” tanya Vardyn seolah menjebak.“Apa-apaan sih pertanyaan anda tuan. Maaf aku harus menaruh handuk anda”Arlin yang akan bangkit dari duduknya, terpaksa duduk kembali setelah lengannya di tarik paksa oleh Vardyn.“Duduk!, aku belum menyuruhmu berdiri”“Jadi, siapa pria yang kau sukai?”Arlin menghempaskan nafas panjang kemudian menurunkan pundaknya.“Aku belum menyukai siapa-siapa tuan!” “Aku?, bagaimana denganku?” tanya Vardyn kembali.“Aku, aku tidak akan berani untuk menyukai anda tuan, anda masih berstatus suami nyonya Me-…”“Aku akan segera menceraikannya!, dia bukan siapa-siapa lagi untukku”“Arlin, tolong jawab aku, apa kau menyukaiku?” kali ini Arlin dibuat bingung.Vardyn memegang kedua pundak Arlin dengan mengguncangnya sedikit.“Aku,..kenapa aku harus menjawab pertanyaan itu tuan?”“Arlin!, maafkan perlakuanku selama ini pada
Baca selengkapnya

BAB 43 - Hasrat terpendam

Jemari Vardyn sudah mulai menjelajah jauh di dalam pakaian Arlin, sedangkan kepalanya masih di samping kepala Arlin, menikmati keindahan leher gadis itu.“Tuan!, sadarlah!” pekik Arlin sambil terus mendorong dan memukul tubuh kokoh tuannya.“Agh!, tuan!!” kini jemari Vardyn mulai menyentuh bagian dada gadis itu.PAAK!!!…Sebuah tamparan telak di pipi menyadarkan Vardyn. Pria itu spontan menghentikan perbuatannya. Ia membatu saat itu juga, diam tak bergerak. Vardyn yang seolah sadar dari kerasukannya dengan mata membulat melihat wajah Arlin yang pucat dan mata gadis itu yang berkaca-kaca, kemudian ia melihat posisinya yang berada di atas tubuh gadis itu di sofa.“Ah, a-aku…” Vardyn memegang pipinya yang perih, kemudian ia menarik tubuhnya menjauh dari Arlin.Kini Vardyn duduk dengan menunduk, sikunya bertumpu pada lutut. Ia meraup kasar rambutnya.“Akh! Sial. Arlin, maafkan aku, aku tidak berniat-…” Vardyn yang mencoba me
Baca selengkapnya

BAB 44 - Kebersamaan dengan Rey

“Ah, iya maaf bu…” Arlin segera melayani pembeli tadi.Ketika waktu istirahat tiba, Arlin membalas pesan Rey.‘Bisa tuan Rey, tapi aku tidak ingin diketahui tuan Vardyn. Apa bisa anda merahasiakan pertemuan kita dari tuan Vardyn?’Ternyata Rey langsung membalas pesan Arlin.‘Tentu saja bisa. Baik aku tunggu pukul lima sore ini di bangku taman dekat danau di ujung jalan Gahara’Arlin yang datang agak telat lima belas menit, langsung melihat sesosok pria dari belakang, dengan hoodie hitam dan kepulan asap rokok dari sekitaran kepalanya.Ia yakin itu adalah Rey. Kemudian Arlin mendekatinya.“Tuan Rey?” sapa Arlin.“Hey, ayo duduk sini” ucap Rey.Kali ini penampilan Rey agak berbeda dari yang kemarin, tetapi memakai pakaian apaupun pria itu tetap terlihat tampan dan berkharisma.“Maaf aku terlambat” ujar Arlin sambil duduk perlahan di sebelah Rey.“Tidak apa, aku tidak akan menyalahkanmu,
Baca selengkapnya

BAB 45 - Perampok

Sesaat keduanya diam, dalam keheningan, tiba-tiba masing-masing ingin mengatakan sesuatu secara berbarengan, …Mereka tertawa kecil,“Baiklah, tuan bicaralah dulu” ujar Arlin.“Yah, aku hanya ingin mengatakan, sebenarnya Vardyn pria yang baik, aku tahu dia menyukaimu, cobalah untuk mengerti sifatnya” ucap Rey.“Tapi dia hanya memperlakukanku sebagai seorang pelayan” ujar Arlin sedikit kecewa.“Aku rasa tidak juga, dia suka memperlakukanmu seperti itu karena dia senang bercanda denganmu”Arlin hanya mengangkat kedua alisnya.“Yap, aku rasa sudah cukup, aku hanya ingin mengatakan itu tadi, kalau sepupuku sebenarnya menyesal memperlakukanmu seperti itu, dan dia tidak ada niatan sama sekali untuk melecehkanmu, dia hanya khilaf, aku rasa kau bisa memaafkannya”Rey bangkit dari duduknya dan berdiri.“Baiklah, aku pamit dulu Arlin, Oya apa kau mau diantar pulang?” Rey menunjuk motor ninja hitam yang di parkir
Baca selengkapnya

BAB 46 - Melawan perampok

Si perampok beralih menodongkan senjatanya kearah Rey yang baru masuk.Rey mengangkat tangannya keatas.“Jangan bergerak!, diam disitu!” pekik si perampok.“Hey hey hey…santai bung. Akh, kau sudah duluan rupanya…,Apa kau mau kita berbagi hasil malam ini?. Aku juga akan membantumu, bagaimana jika kita ambil juga sebagian barang-barang disini. Mari kita bekerja sama” ‘Tuan Rey?, apa-apaan itu?!’ Arlin sempat terkejut dengan perkataan Rey.“Apa kau juga perampok?” tanya pria bermasker.“Kalau kau mau menyebutnya seperti itu boleh saja” ucap Rey santai.“Baik kawan, apa yang mau kau ambil?, minuman soda?, makanan atau apa? Biar aku yang mengambilnya untukmu” tanya Rey.“Kenapa aku harus percaya padamu?” tanya si perampok.“Karena aku juga punya ini …” Rey dengan sangat cepat mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, dan …DAR!!! …Sebuah tembakan tepat mendarat di lengan kanan si perampok
Baca selengkapnya

BAB 47 - Kedekatan dengan Rey

“Tuan Rey, sebenarnya apa pekerjaan anda? Anda belum menjawabnya setiap kali aku bertanya”Arlin memiringkan sedikit kepalanya, hingga rambutnya sedikit melambai terhempas angin.“Aku hanya pekerja biasa, tidak sehebat Vardyn” jawab Rey merendah.“Tapi tuan Vardyn juga tidak sehebat anda…”“Dalam hal apa?, dia adalah pria hebat”“Dari beberapa hal, aku rasa lebih hebat anda tuan Rey” ujar Arlin.“Ha ha ha,…mungkin dalam hal menakuti wanita…”Arlin juga tertawa ringan mendengar kilah Rey yang tidak ingin dipuji.Akhirnya mereka sampai di rumah sewa Arlin. Gadis itu turun dari motor.“Terimakasih banyak tuan Rey, maaf merepotkan” ucap Arlin sopan.“Aku tidak merasa direpotkan. Apa kau tidak takut tinggal sendiri?”“Aku sudah biasa”“Oya, sebenarnya tadi aku ingin bertemu denganmu cuma mau menyampaikan, kalau Vardyn sudah bercerai dengan Melinda, dan ayah Melinda menyetujuinya” u
Baca selengkapnya

BAB 48 - Terjebak macet

Arlin, gadis yang ia kagumi, tubuhnya yang indah hanya terbalut handuk yang akan dibukanya. Rey sempat melihat punggung Arlin yang putih bersih sampai hampir ke bagian bawahnya ketika handuk wanita itu akan diturunkan.‘Kenapa dia tidak mendengarku memanggil tadi’ gumamnya seolah menyesal telah memasuki kamar.“Tuan Rey!, apa anda masih disitu?!” tanya Arlin dari dalam kamar.“Iya, aku … masih disni. Arlin, maaf aku tak berniat- …” pintu kamar terbuka.“Kenapa anda masuk kamarku?!” tanya Arlin yang sudah memakai pakaian lengkap di bibir pintu.Sedangkan Rey, seperti pria lugu, ia masih membelakangi pintu menahan malu.“Tuan Rey?” panggil Arlin kembali agar pria itu menoleh padanya.“Ah, ya. Apa kau sudah berpakaian?” tanya Rey setengah gugup.“Ya, lihatlah sendiri” ujar Arlin.Dengan perlahan Rey menoleh. Ia memandangi pakaian Arlin.“Maaf, tadi aku memanggilmu beberapa kali, tapi kau tak menja
Baca selengkapnya

BAB 49 - Dibawah guyuran hujan

“Hah?, hujan-hujan begini?” alis Arlin menaut.“Kenapa?, bukankah seru, sudah lama aku tidak main hujan-hujanan. Ayo!” Rey menggandeng Arlin untuk keluar dari satu sisi pintu mobil.“Lalu mobil anda?” tanya Arlin.“Anak buahku sedang dalam perjalanan kesini, dia akan mengurus mobilku”Rey menggandeng Arlin menyusuri jalan di sebrang rute kemacetan. Mereka berlari karena hujan yang cukup deras mengguyur.Pakaian Rey dan Arlin basah kuyup. Mereka terus berlari kecil hingga kearah jalan yang terdapat banyak pepohonan di kanan dan kirinya. Jalan potong yang panjang dan sepi, hanya terdapat pepohonon agak besar, dengan percikan air hujan yang dapat terlihat dari jalanan.Disana, hanya ada mereka berdua, pepohonan dan guyuran hujan …“Sudah berapa lama kau tidak main hujan Arlin?” suara Rey sedikit dikeraskan karena tertimpa guyuran hujan.“Sudah lama tuan, terakhir ketika aku kecil umur tujuh tahun” ujar Ar
Baca selengkapnya

BAB 50 - Dia si pengganggu lagi

Arlin sedikit melirik pada pria misterius itu. Tak disangka pria itu juga menoleh kearah Arlin dari luar kaca toko walau wajahnya tidak terlalu jelas terlihat, kemudian pria itu melangkah pergi.Setelah semua pekerjaan Arlin selesai, ia berpamitan pada temannya dan akan pulang ke rumah sewanya.Saat itu petang sudah mulai terkikis gelap, sedikit lagi malam akan tiba.Di depan toko, gadis itu mencoba beberapa kali menelpon Rey tapi sepertinya pria itu belum juga menjawab panggilan Arlin. Akhirnya Arlin mengirim sebuah pesan bahwa ia ingin diantar pulang oleh Rey karena takut dengan pria tadi.Hampir sepuluh menit berlalu, dan Arlin masih berdiri menunggu balasan dari Rey, dan ia tidak juga mendapati balasan apapun.Dengan raut wajah kesal, Arlin akhirnya memutuskan untuk pulang sendiri.Dengan bus umum Arlin menuju rumah sewanya dengan tetap waspada.Seturunnya dari bus, ia harus berjalan kaki untuk sampai ketuj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status