“Ah, iya maaf bu…” Arlin segera melayani pembeli tadi.
Ketika waktu istirahat tiba, Arlin membalas pesan Rey.‘Bisa tuan Rey, tapi aku tidak ingin diketahui tuan Vardyn. Apa bisa anda merahasiakan pertemuan kita dari tuan Vardyn?’Ternyata Rey langsung membalas pesan Arlin.‘Tentu saja bisa. Baik aku tunggu pukul lima sore ini di bangku taman dekat danau di ujung jalan Gahara’Arlin yang datang agak telat lima belas menit, langsung melihat sesosok pria dari belakang, dengan hoodie hitam dan kepulan asap rokok dari sekitaran kepalanya.Ia yakin itu adalah Rey. Kemudian Arlin mendekatinya.“Tuan Rey?” sapa Arlin.“Hey, ayo duduk sini” ucap Rey.Kali ini penampilan Rey agak berbeda dari yang kemarin, tetapi memakai pakaian apaupun pria itu tetap terlihat tampan dan berkharisma.“Maaf aku terlambat” ujar Arlin sambil duduk perlahan di sebelah Rey.“Tidak apa, aku tidak akan menyalahkanmu,Sesaat keduanya diam, dalam keheningan, tiba-tiba masing-masing ingin mengatakan sesuatu secara berbarengan, …Mereka tertawa kecil,“Baiklah, tuan bicaralah dulu” ujar Arlin.“Yah, aku hanya ingin mengatakan, sebenarnya Vardyn pria yang baik, aku tahu dia menyukaimu, cobalah untuk mengerti sifatnya” ucap Rey.“Tapi dia hanya memperlakukanku sebagai seorang pelayan” ujar Arlin sedikit kecewa.“Aku rasa tidak juga, dia suka memperlakukanmu seperti itu karena dia senang bercanda denganmu”Arlin hanya mengangkat kedua alisnya.“Yap, aku rasa sudah cukup, aku hanya ingin mengatakan itu tadi, kalau sepupuku sebenarnya menyesal memperlakukanmu seperti itu, dan dia tidak ada niatan sama sekali untuk melecehkanmu, dia hanya khilaf, aku rasa kau bisa memaafkannya”Rey bangkit dari duduknya dan berdiri.“Baiklah, aku pamit dulu Arlin, Oya apa kau mau diantar pulang?” Rey menunjuk motor ninja hitam yang di parkir
Si perampok beralih menodongkan senjatanya kearah Rey yang baru masuk.Rey mengangkat tangannya keatas.“Jangan bergerak!, diam disitu!” pekik si perampok.“Hey hey hey…santai bung. Akh, kau sudah duluan rupanya…,Apa kau mau kita berbagi hasil malam ini?. Aku juga akan membantumu, bagaimana jika kita ambil juga sebagian barang-barang disini. Mari kita bekerja sama” ‘Tuan Rey?, apa-apaan itu?!’ Arlin sempat terkejut dengan perkataan Rey.“Apa kau juga perampok?” tanya pria bermasker.“Kalau kau mau menyebutnya seperti itu boleh saja” ucap Rey santai.“Baik kawan, apa yang mau kau ambil?, minuman soda?, makanan atau apa? Biar aku yang mengambilnya untukmu” tanya Rey.“Kenapa aku harus percaya padamu?” tanya si perampok.“Karena aku juga punya ini …” Rey dengan sangat cepat mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, dan …DAR!!! …Sebuah tembakan tepat mendarat di lengan kanan si perampok
“Tuan Rey, sebenarnya apa pekerjaan anda? Anda belum menjawabnya setiap kali aku bertanya”Arlin memiringkan sedikit kepalanya, hingga rambutnya sedikit melambai terhempas angin.“Aku hanya pekerja biasa, tidak sehebat Vardyn” jawab Rey merendah.“Tapi tuan Vardyn juga tidak sehebat anda…”“Dalam hal apa?, dia adalah pria hebat”“Dari beberapa hal, aku rasa lebih hebat anda tuan Rey” ujar Arlin.“Ha ha ha,…mungkin dalam hal menakuti wanita…”Arlin juga tertawa ringan mendengar kilah Rey yang tidak ingin dipuji.Akhirnya mereka sampai di rumah sewa Arlin. Gadis itu turun dari motor.“Terimakasih banyak tuan Rey, maaf merepotkan” ucap Arlin sopan.“Aku tidak merasa direpotkan. Apa kau tidak takut tinggal sendiri?”“Aku sudah biasa”“Oya, sebenarnya tadi aku ingin bertemu denganmu cuma mau menyampaikan, kalau Vardyn sudah bercerai dengan Melinda, dan ayah Melinda menyetujuinya” u
Arlin, gadis yang ia kagumi, tubuhnya yang indah hanya terbalut handuk yang akan dibukanya. Rey sempat melihat punggung Arlin yang putih bersih sampai hampir ke bagian bawahnya ketika handuk wanita itu akan diturunkan.‘Kenapa dia tidak mendengarku memanggil tadi’ gumamnya seolah menyesal telah memasuki kamar.“Tuan Rey!, apa anda masih disitu?!” tanya Arlin dari dalam kamar.“Iya, aku … masih disni. Arlin, maaf aku tak berniat- …” pintu kamar terbuka.“Kenapa anda masuk kamarku?!” tanya Arlin yang sudah memakai pakaian lengkap di bibir pintu.Sedangkan Rey, seperti pria lugu, ia masih membelakangi pintu menahan malu.“Tuan Rey?” panggil Arlin kembali agar pria itu menoleh padanya.“Ah, ya. Apa kau sudah berpakaian?” tanya Rey setengah gugup.“Ya, lihatlah sendiri” ujar Arlin.Dengan perlahan Rey menoleh. Ia memandangi pakaian Arlin.“Maaf, tadi aku memanggilmu beberapa kali, tapi kau tak menja
“Hah?, hujan-hujan begini?” alis Arlin menaut.“Kenapa?, bukankah seru, sudah lama aku tidak main hujan-hujanan. Ayo!” Rey menggandeng Arlin untuk keluar dari satu sisi pintu mobil.“Lalu mobil anda?” tanya Arlin.“Anak buahku sedang dalam perjalanan kesini, dia akan mengurus mobilku”Rey menggandeng Arlin menyusuri jalan di sebrang rute kemacetan. Mereka berlari karena hujan yang cukup deras mengguyur.Pakaian Rey dan Arlin basah kuyup. Mereka terus berlari kecil hingga kearah jalan yang terdapat banyak pepohonan di kanan dan kirinya. Jalan potong yang panjang dan sepi, hanya terdapat pepohonon agak besar, dengan percikan air hujan yang dapat terlihat dari jalanan.Disana, hanya ada mereka berdua, pepohonan dan guyuran hujan …“Sudah berapa lama kau tidak main hujan Arlin?” suara Rey sedikit dikeraskan karena tertimpa guyuran hujan.“Sudah lama tuan, terakhir ketika aku kecil umur tujuh tahun” ujar Ar
Arlin sedikit melirik pada pria misterius itu. Tak disangka pria itu juga menoleh kearah Arlin dari luar kaca toko walau wajahnya tidak terlalu jelas terlihat, kemudian pria itu melangkah pergi.Setelah semua pekerjaan Arlin selesai, ia berpamitan pada temannya dan akan pulang ke rumah sewanya.Saat itu petang sudah mulai terkikis gelap, sedikit lagi malam akan tiba.Di depan toko, gadis itu mencoba beberapa kali menelpon Rey tapi sepertinya pria itu belum juga menjawab panggilan Arlin. Akhirnya Arlin mengirim sebuah pesan bahwa ia ingin diantar pulang oleh Rey karena takut dengan pria tadi.Hampir sepuluh menit berlalu, dan Arlin masih berdiri menunggu balasan dari Rey, dan ia tidak juga mendapati balasan apapun.Dengan raut wajah kesal, Arlin akhirnya memutuskan untuk pulang sendiri.Dengan bus umum Arlin menuju rumah sewanya dengan tetap waspada.Seturunnya dari bus, ia harus berjalan kaki untuk sampai ketuj
“Tidak! Tidak!, jangan tuan, kumohon!”“Sshhh …” bisik pria itu.Kaki Arlin terus dihentakkan dan tangannya mencoba menjauhkan tubuh pria itu darinya.Tapi hasrat pria itu terlalu menggebu, ia mulai mencumbui Arlin dengan rakusnya.Gadis itu ingin berteriak sekuatnya, tetapi mulutnya di tutup dengan tangan kekar milik Fedri.Arlin hampir kehabisan tenaga. Pria itu masih melanjutkan perbuatan bejatnya, sampai akhirnya tangan pria itu mulai menjelajahi daerah sensitif Arlin.Tanpa sadar dan kelelahan yang sangat, Arlin meneteskan air matanya. Ia merasa hari itu adalah hari yang akan merubah hidupnya, karena kesuciannya mungkin takkan mampu ia pertahankan, seolah ia telah pasrah. Arlin hanya mampu memejamkan mata dengan tenaga yang hampir habis, ia masih mencoba meronta dan berontak dengan lemah.“T-tuan, kumohon lepaskan a-ku …” suara Arlin semakin melemah.Tapi tanpa disangka, ….KLIK …Bunyi pe
“Terimakasih tuan Rey” bisiknya sambil mendekatkan bibirnya ke arah bibir Rey.Pria itu membalas perlakuan gadis cantik di hadapannya, ia membiarkan perasaan mereka yang bergejolak membias di malam itu. Rey meraih leher Arlin dengan lembut.Beberapa saat mereka menikmati hasrat ringan yang terasa dalam. Mereka larut dalam perasaan yang sama.Akhirnya mereka menyudahi tautan bibir mereka berdua. Arlin kembali menatap mata pria didepannya.“Arlin, apa kau ingin tahu pekerjaanku?. Tapi aku khawatir jika kau tahu, setelah itu kau akan menjauh dariku” ujar Rey.“Memangnya apa pekerjaan anda?, apa anda seorang pembunuh? … Aku tidak tahu tuan Rey, bisa saja aku menjauh jika itu memang pekerjaan anda, tapi asal anda tahu, aku tetap akan mengagumi anda lebih dari siapapun” ucap Arlin.“Ya, kau benar, aku memang pernah membunuh beberapa orang. Aku adalah seorang mafia, sekaligus pengusaha di luar negeri sana. Kau tau?, pemegang saham terbe
Arlin diantar pulang oleh Rey. Di dalam mobil, mereka lebih banyak diam, memendam perasaan masing-masing.“Tuan Rey, besok kau tidak perlu repot untuk mengunjungiku dan menjagaku seperti ini. Aku tahu kesibukanmu” akhirnya satu kalimat terlontar dari bibir Arlin setelah sebelumnya beberapa saat hening.“Benarkah kau tidak membutuhkan aku?” tanya Rey seolah sindiran halus.Arlin hanya diam dan menunduk.Sepekan berlalu, Vardyn telah kembali ke sisi Arlin. Namun Arlin mendapati sikap Vardyn yang sedikit berubah, ia agak pendiam semenjak kepulangannya dari Luar Negeri.“Richo, kalau ada masalah mungkin kau bisa bercerita padaku” ucap Arlin di sela waktu santai mereka dan di temani suguhan teh melati hangat.“Masalah?, sepertinya tidak ada masalah. Oya, bagaimana kabar bu Siska?, kau bilang tempo hari ingin mengunjunginya?” tanya Vardyn sedikit mengalihkan pembicaraan.“Bu Siska sedang pulang kampung. Aku belum tau apa dia s
“Yup, ini kediaman kecilku” jawab Rey santai.“Kecil?” gumam Arlin.Mereka duduk di sofa mewah tadi. Arlin agak canggung dengan keadaanya. Ia seperti anak desa yang berada di istana megah.“Apa kau tinggal sendirian disini tuan Rey?” tanya Arlin masih menyimpan kekaguman luar biasa pada pribadi Rey yang sedikit demi sedikit terkuak.“Aku tinggal bersama anak buahku dan, ohya … tadi aku ingin mengenalkanmu pada Big Black” Rey mengisyaratkan jarinya pada pria yang berdiri tegak di dekat dinding.Pria itu menghampiri Rey dan menunduk karena Rey berbisik sesuatu padanya. Pria itu mengangguk kemudian berlalu dari sana.Tak lama kemudian, si pria tadi membawa seekor anak macan kumbang yang berbulu hitam mengkilat. Ia di rantai di lehernya. Matanya kuning menyeramkan. Tapi anak macan kumbang tersebut sungguh menggemaskan, bagai kucing hitam yang lucu.“Nah, kenalkan, dia Big Black” Rey menggendong Big Black kemudian mengelusnya. Hewan itu sangat penurut di tangan Rey.“I-ini piaraanmu?. Dia s
“Apa anda tidak sibuk tuan Rey?” tanya Arlin dengan keheranan yang belum sepenuhnya hilang.“Tidak, aku tidak sesibuk Vardyn” jawab Rey entang.“Anda selalu berkata seperti itu” kata Arlin sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela.Sesampainya di kediaman bu Siska. Mereka turun dari mobil. Tapi Arlin melihat rumah bu Siska sepi dan seolah sudah ditinggal beberapa hari yang lalu, terbukti dari debu yang menempel di lantai teras.Seorang tetangga sempat menghampiri Arlin, seorang ibu sedang menggendong anak bayinya melangkah mendekat kearah Arlin.“Cari bu Siska ya, Mba?” tanya si ibu sopan.“Ah, iya bu, apa bu Siska pergi ya?” Arlin juga menjawab sopan.“Iya, bu Siska sedang pulang kampung, sudah beberapa hari yang lalu” ujar si ibu tersebut.“Oh, gtu ya bu. Saya gak tau bu. Baik, terimakasih ya bu, permisi” kata Arlin sambil sedikit menundukan kepalanya.“Iya, Mba sama-sama” Arlin mendekat
Kemudian Vardyn mendekati istrinya dan mereka menikmati kebersamaan di malam itu.Hari kepergian Vardyn ke Luar Negeri sedikit berat untuk Arlin, walau suaminya hanya pergi untuk beberapa pekan, tapi tetapi ia akan menjalani hari-harinya dengan sendirian.Arlin menatap punggung Vardyn ketika pria itu sudah akan beranjak ke mobil sedannya setelah sebelumnya mencium dan mengucapkan kata-kata perpisahaan sementara diantara mereka.Dari dalam pintu mobil yang kecanya terbuka, Vardyn menyembulkan kepalanya sambil menoleh ke belakang dan memberi lambaian tangan pada Arlin, sambil memekik agak keras, “Rey akan datang siang ini, sayang. Kau tunggu saja ya. Dah! aku pergi!”“Hah?! tuan Rey akan kesini siang ini?” ekspresi terkejut Arlin tidak sempat di saksikan suaminya, karena sudah berlalu dari sana.Arlin yang masih berdiri di posisinya masih tercengang dengan kata-kata terakhir dari Vardyn. “Dia serius akan mengirim tuan Rey untuk menemaniku”
“Vardyn, aku tahu kau masih memikirkan tentang penabrak mobilmu. Bagaimana jika pelaku penabrak mobilmu ditemukan?, apa yang akan kau lakukan?” tanya Rey.“Entahlah, mungkin aku ingin pelakunya merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan sebuah harapan, merasakan sakit yang mendalam” ujar Vardyn terdengar geram.Rey hanya diam dengan pernyataan sepupunya itu.“Oya Rey, sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu, tapi aku khawatir kau tidak akan bersedia”Rey mengerutkan alisnya. “Memangnya kenapa aku harus tidak bersedia?,” tanya Rey penasaran.“Pekan ini aku harus pergi ke Luar Negeri. Ada bisnis yang harus kujalani. Aku khawatir jika meninggalkan Arlin sendirian. Maukah kau menjaganya sementara aku pergi?”“Hah?, apa kau gila Vardyn?!. Dia istrimu, mana mungkin aku menjaganya disini” tolak Rey dengan wajah heran.“Nah, kan. Aku sudah tahu jawabanmu” kata Vardyn datar.“Bukan begitu maksudku. Apa kau yakin istri
Entah darimana datangnya, aliran deras air mata yang tiba-tiba melucur jatuh membasahi selimut Arlin. Wanita itu sudah bisa menerka apa yang terjadi walau dokter belum menjelaskannya.“A-apa itu tentang bayiku dokter?” tanya Arlin, suaranya bergetar diiringi tangis yang mulai membuncah.“Maaf nyonya, iya benar, bayi anda tidak selamat, akibat guncangan hebat maka kandungan anda mengalami pendarahan, dan terpaksa kami harus mengangkat rahim anda karena beberapa resiko yang akan kami jelaskan nanti” jelas dokter yang membuat Arlin memecahkan tangisnya.Arlin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dengan segera bu Siska yang sudah mengetahui yang sebenarnya memeluk Arlin dengan erat.Tangisan Arlin tumpah dalam pelukan bu Siska, kini keduanya berduka dan menangis.“yang sabar ya sayang …” hanya itu yang mampu di ucapkan bu Siska dengan isak tangisnya dan suaranya yang bergetar hebat.Sedangkan Arlin hanya lemas dengan air mat
“Arlin!, jangan-jangan kau hamil!” Vardyn mengeraskan suaranya menandakan semangatnya.“Hamil?” ucap Arlin yang masih menahan mualnya.“Ayo bergegas, kita ke rumah sakit!” ucap Vardyn sambil melangkah cepat ke kamar untuk mengganti pakaian.“Benarkah dok?!, istriku hamil?” wajah kegembiraan Vardyn tak bisa di sembunyikan, ia sangat bahagia mendengar Arlin hamil, karena memang selama ini ia ingin sekali memiliki keturunan.“Ya pak, usia kandungan istri bapak baru berjalan satu minggu lebih, hampir dua minggu” jelas Dokter yang memeriksa Arlin.Arlin dan Vardyn saling memandang sambil tersenyum bahagia. Hari demi hari yang mereka lalui seolah semua sempurna. Arlin juga sangat beruntung karena Vardyn mencintainya sepenuh hati. Sikap pria itu kini sangat berbeda dengan ketika pertama kali ia bertemu.Usia kandungan Arlinpun semakin membesar, sudah tiga bulan wanita cantik itu mengandung benih Vardyn.“Sayang, bukankah ini terlalu cepat, pakaian bayi bisa kita beli ketika usia kandunganku
Arlin sedikit mendongak, ia menatap wajah Rey tanpa berkata apa-apa. Tanpa disadari mereka berdua mendekat.Rey memiringkan sedikit wajahnya, jemarinya memegang lembut leher belakang Arlin, mereka berdua menautkan bibir dalam sebuah rasa yang sama walau tak bisa bersatu.Arlin seolah tidak ingin saat itu berakhir, namun semua harus diakhiri.“Jaga dirimu baik-baik Arlin” Rey kembali mengecup kening Arlin dengan lembut. Karena bisa jadi setelah ini mereka tidak akan bertemu untuk waktu yang cukup lama.“Tuan Rey, aku…aku sangat mengagumimu” ucap Arlin lembut.“Aku juga … kau adalah wanita yang spesial untuk pria manapun” Rey mengelus pipi Arlin.“Apa kita akan bertemu lagi tuan Rey?” ucap Arlin lirih.“Aku harap begitu dan aku pasti selalu menginginkannya ” Rey menghela nafas.“Baiklah mari kita kembali ke dalam, mungkin Vardyn mencari kita” ujar Rey sambil berlalu dari hadapan Arlin, mungkin tak sanggup menatap lama gadis yang dicintainya itu.Arlin menatap punggung pria itu seolah ti
Vardyn yang datang dari arah belakang Arlin langsung menghampiri Rey. Mereka saling berpelukan. Rey mencoba menguatkan Vardyn dan memintanya untuk bersabar.“Bibi Rubby adalah wanita terbaik yang pernah kutemui” ujar Rey pada Vardyn sambil menepuk-nepuk punggung sepupunya.“Yah, kita semua kehilangan” ucap Vardyn.“Dia tidak bisa menghadiri pernikahan yang sangat diinginkannya, mama sangat ingin memiliki menantu Arlin, andaikata aku lebih awal mengenal Arlin”“Hey, tidak ada yang sia-sia, semua pasti sudah diatur seperti itu” ujar Rey “Jadi kapan pernikahanmu?”“Bulan depan semua sudah siap, Hey jangan bilang kau akan kembali ke luar negeri” ucap Vardyn sambil merangkul sepupunya.“Sayangnya, itu benar, aku harus kembali secepatnya” ucap Rey sambil menunduk kemudian melihat kearah Vardyn.“Ck!, kau sok sibuk!, apa tidak bisa sehari saja disini hadir di pernikahanku” decak Vardyn.“Hey, aku memang orang sibuk bun