Home / Pernikahan / Hasrat Yang Tertunda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Hasrat Yang Tertunda: Chapter 31 - Chapter 40

63 Chapters

BAB 31 - Kepulangan Arlin

Vardyn serasa ingin memeluk gadis itu, tapi dengan cepat ia urungkan niatnya.“Kau selamat Arlin” hanya itu yang Vardyn ucapkan sambil membuka ikatan yang membelenggu gadis itu.Perasaan rindu, cemas dan bahagia masih disembunyikan oleh Vardyn, ia masih bersikap seolah-olah biasa saja.“Tuan, bagaimana anda menemukanku?” tanya Arlin dengan mata yang berkaca-kaca, membuatnya semakin indah.“Sudahlah, jangan banyak tanya dulu, ayo cepat pulang, mama sudah menunggu” ujar Vardyn.Sesampainya dirumah, nyonya Rubby tidak dapat membendung cemasnya, ia langsung memeluk Arlin dengan erat dan menangis dalam pelukannya.“Syukurlah kau selamat sayang” ujar wanita tua itu.“Aku juga tidak mengira akan selamat nyonya” ucap Arlin dengan air mata yang juga tumpah.“Ma, aku mau bicara sebentar” ujar Vardyn.“Arlin, kau mandilah dulu kemudian istirahat ya” ucap nyonya Melinda sambil mengusap bahu gadis itu yang terlihat kusut.“Iya nyonya, terimakasih”Di ruang tengah, “Aku tidak mengerti, kenapa tuan
Read more

BAB 32 - Perintah lagi

Arlin yang tanpa sengaja melihat penampakan tubuh atletis Vardyn spontan menunduk dan mengalihkan pandangannya.“Hey, siapkan handukku, nanti bawa ke kamar mandi atas” perintah Vardyn pada Arlin yang masih sibuk di dapur.“Richo, apa kau tidak bisa mengambilnya sendiri?, Arlin masih sibuk di dapur!” ucap mamanya membela Arlin.“Tidak apa nyonya, biar aku ambilkan”“Dia memang begitu nak..” ucap nyonya Rubby yang kasihan pada Arlin.Di depan kamar mandi atas Arlin mengetuk pintunya.“Tuan, ini handuknya, aku letakkan di depan pintu ya”“Sini bawa masuk!” teriak Vardyn dari dalam kamar mandi.“Ha?, tapi-…” ucap Arlin ragu.“Aku bilang bawa masuk kesini! Buka saja pintunya!” perintah Vardyn lagi.“Apa aku harus masuk?, aku letakkan di wastafel dekat pintu saja ya tu-…”“Apa kau tuli ya?!, aku bilang bawa masuk ya bawa masuk!” kali ini suara Vardyn agak meninggi.‘Ck!, kenapa sih pria ini selalu saja begini padaku’ gerutu Arlin.Dengan perlahan dan keraguan, Arlin terpaksa membuka pintu ka
Read more

BAB 33 - Pertemuan dengan Rey

“Ah ya, baik nyonya” Arlin juga ingin membeli minuman.“Apa kau mau diantar Richo?” tanya nyonya Rubby.“Tidak perlu nyonya, aku sendiri saja”“Kau yakin tidak apa-apa sendiri?” nyonya Rubby memastikan, seolah khawatir dengan perawat kesayangannya.“Ya nyonya, tidak apa, aku permisi dulu”Arlin menuju lift untuk ke lantai dasar, karena kantin berada di lantai dasar.Gadis itu sudah menekan tombol turun di dalam lift, tetapi seseorang dengan buru-buru mencegah pintu lift menutup. Seorang pria dengan mantel panjang hitam dan rambut klimis rapih kebelakang, berwajah tampan dengan alis tebal memasuki lift dan juga memencet tombol.Sekilas ia memandang Arlin. Kemudian ia berdiri di sebelah Arlin agak menjauh. Wajahnya agak mendongak menatap pintu lift.Tidak ada orang lain lagi di dalam lift, hanya mereka berdua, membuat Arlin sedikit khawatir.Penampilannya lebih mirip mafia. Dingin dan sedikit menyeramkan walaupun Arlin mengakuinya ia adalah pria yang tampan dan gadis itu menyukai penamp
Read more

BAB 34 - Pendekatan

Gadis itu masih mengatur nafasnya yang tidak beraturan, jantungnya yang berdegup tak karuan.“Sayang, kau tidak apa-apa?” tanya nyonya Rubby melihat ekspresi tegang Arlin.“A, I-iya nyonya..” ‘Dari mana datangnya pria itu’ berbagai pertanyaan belum sempat terjawab di benak Arlin.Akhirnya ia memberanikan diri menoleh ke arah suara berat tadi, berharap ia bukan pria yang ditemuinya di lift.‘Akh, ternyata memang dia’ batin Arlin dengan ketegangan yang belum hilang.Pria itu menatap Arlin dengan tatapan menyeramkan, atau memang matanya yang terlampau tegas ditambah alisnya yang tebal, hingga terlihat sedikit seram.‘Dari mana pria ini muncul?, kenapa tiba-tiba ada disini?’ tanya Arlin yang tidak ada habisnya terheran-heran ‘Apa dia muncul dari balik gorden?, tadi aku tidak melihatnya ketika sampai disini’“Arlin, kenalkan ini keponakanku, Reyyand, pangil saja dia Rey. Dia teman kecil Vardyn. Dulu mereka sering bermain hujan dan lumpur bersama” Sambil tertawa kecil nyonya Rubby mengenal
Read more

BAB 35 - Nyaman

“Lalu, kenapa anda mengira tuan Vardyn menyukaiku?” kali ini Arlin menatap serius wajah Rey.“Yaah, karena kau cantik, lalu kau adalah wanita idamannya dan mamanya, dan dia tidak mencintai Melinda, tidak ada alasan dia untuk tidak menyukaimu”“Aku?, wanita idamannya?, jangan bercanda tuan, sepertinya anda terlalu berlebihan. Itu cuma dugaan anda saja”“Aku mengenalnya sejak masih kecil, aku tahu mana perempuan yang dia suka dan tidak”“Tapi aku hanya seorang perawat tuan, sedangkan tuan Vardyn orang yang sangat tinggi jabatannya, status kami terlalu jauh berbeda”“Apa perasaan suka itu bisa diukur dengan harta atau jabatan?”Arlin mulai mengerti apa yang Rey coba sampaikan. Ia mulai nyaman dengan obrolan itu dan rasa takutnya terkikis sedikit demi sedikit.“Anda sendiri?, apa sudah menikah tuan?” kali ini Arlin menyungging senyuman manis yang membuat Rey gagal fokus.“Ah, um…Belum, tapi kalau kau mau mendaftar b
Read more

BAB 36 - Jus Alpukat

Akhirnya Rey berlalu pergi setelah pamit pada Arlin.Di dalam mobil, Arlin duduk di depan di sebelah Vardyn yang memegang kemudi.“Sepupuku bicarakan apa saja?” tanya Vardyn sambil terus menyetir mobilnya.“Tidak banyak, kami lebih banyak diam” jawab Arlin agak canggung.“Dia tampan ya, …” Vardyn seolah menguji Arlin.“Um, wajahnya tidak jauh beda dengan anda tuan” jawab Arlin ringan.Dari situ mereka diam tak berbicara lagi sampai kerumah.Di dalam rumah yang megah, Vardyn langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.Beberapa saat mereka beristirahat, Vardyn yang memesan mie ramen dan beberapa makanan ringan, memakan sendiri di meja makan, setelah selesai pria itu kembali merebahkan tubuhnya di sofa.“Hey!, buatkan aku jus alpukat” perintah Vardyn entah kepada siapa.Arlin yang tidak merasa dipanggil acuh dengan kesibukannya merapihkan meja makan bekas Vardyn menyantap makanannya tadi.
Read more

BAB 37 - Perhatian Rey

“Kau masuklah” Vardyn memberi kode dengan wajahnya pada Arlin untuk masuk.Arlin buru-buru berlalu ke ruang dapur setelah meraup celana panjang Vardyn yang kotor.“Akh, Rey ayolah jangan terlalu serius, aku hanya bersenang-senang” Vardyn menyembunyikan kegugupannya.“Bersenang-senang, hah?” ucap Rey seolah menyindir.“Ck!, sudahlah … “ “Vardyn, aku tahu kau memberinya gaji, tapi apa harus memperlakukan dia seperti itu?” tanya Rey sambil menghempaskan kepulan asap tipis dari sela bibir.“Akh, Sudahlah, kenapa harus membahas masalah sepele. Oya, ada apa kau kesini?” Vardyn mengalihkan pembicaraannya.“Mamamu memintaku membawakan beberapa pakaian dan perlengkapan yang dia lupa, dia menelponmu tapi tidak kau angkat” jelas Rey.“Ah, baiklah. Apa kau tahu yang mana saja yang harus di bawa?” tanya Vardyn.Rey mengeluarkan secarik kertas dari saku kemejanya.“Nah, kata mamamu Arlin yang tahu pakaian i
Read more

BAB 38 - Demam

“Hey!, tanaman mama belum disiram dari kemarin, siramlah!, kalau sampai tanaman itu mati aku yang akan kena marah” perintah Vardyn.Arlin tanpa banyak bicara mulai mengerjakan apa yang diperintahkan tuannya. Di taman belakang rumah, Arlin menyemprot tanaman hias di sisi kiri dan kanan taman.Kemudian ia merapihkan beberapa tanaman, menyusunnya, memberinya obat tanaman, dan menatanya kembali hingga rapih.Di depan Arlin terdapat kolam buatan, yang juga terdapat beberapa tanaman di sisi tembok batu.Vardyn sambil mengunyah sarapannya di meja makan, melihat ke arah taman belakang melalui pintu kaca besar yang memisahkan ruang makan dengan taman, ia melihat Arlin beraktifitas, kemudian ide jahil terlintas dalam benak pria itu.Arlin yang membelakangi pintu kaca lagi-lagi seolah akan menjadi sasaran empuk kejahilan Vardyn.Setelah menyelesaikan sarapannya, pria itu mengendap-endap mendekati gadis itu, kemudian, …BYUUUR!!!
Read more

BAB 39 - Mafia

“Siapa nama belakang keluarganya?, atau ayahnya mungkin” tanya Rey kembali.“Diando, mereka keluarga Diando, dia adalah Jerry Diando, dan nama ayahnya adalah Fedrick Diando”“Aah, keluarga Diando rupanya, aku tahu mereka” ucap Rey.“Kau kenal mereka kan?, mereka mafia juga kan?, ya si Jerry ini yang mengancamku, dia meminta sejumlah bayaran untuk biaya kompensasi berdirinya perusahaanku yang berada di wilayahnya, padahal perusahaan ini sudah lama berdiri, kenapa si bodoh itu baru sekarang mendatangiku” jelas Vardyn sedikit kesal.“Mereka bukan mafia, mereka hanya preman jalanan yang suka memeras. Baiklah akan kuurus si bodoh ini” tukas Rey masih di sebrang telpon.“Hey Rey, sepertinya mereka berbahaya, apa kau berani menghadapinya?” tanya Vardyn.“Haah, untuk menangkap seekor kecoa, tidak harus seeokor singa yang maju bukan?, aku akan menyuruh anak buahku yang mengurusnya, dia bukan tandinganku”Walau Vardyn tak terlalu
Read more

BAB 40 - Mereka sudah masuk

Belum selesai terkejutnya Vardyn dan Arlin, pintu besar utama yang kokoh juga berhasil di jebol paksa hingga rusak.Vardyn menodongkan pistolnya untuk melindungi dirinya dan Arlin. Arlin yang tidak sempat lari hanya bisa berlindung di belakang tubuh Vardyn.Tangan Vardyn yang gemetar, keringat ketakutan yang menetes di pelipisnya seolah menandakan kepanikan Vardyn yang sangat.Ia dengan posisi memegang pistol dan mengarahkannya tegang ke depan dan kirinya tempat para lawannya berada dengan bergantian, entah yang mana dulu yang harus ia hadapi.Mereka juga menodongkan senapannya secara serempak kearah Vardyn dan Arlin, mereka berdua terpojok.Dari arah pintu utama, dari tengah-tengah para pria yang menodongkan senapan kearah Vardyn, seorang pria agak tua melangkah terus kedepan dan berdiri di hadapan Vardyn.Penampilannya sedikit rapih dengan rambut klimis dan mantel coklat panjang.“Kau yang bernama Vardyn bukan?. Nikmat
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status