Gadis itu masih mengatur nafasnya yang tidak beraturan, jantungnya yang berdegup tak karuan.“Sayang, kau tidak apa-apa?” tanya nyonya Rubby melihat ekspresi tegang Arlin.“A, I-iya nyonya..” ‘Dari mana datangnya pria itu’ berbagai pertanyaan belum sempat terjawab di benak Arlin.Akhirnya ia memberanikan diri menoleh ke arah suara berat tadi, berharap ia bukan pria yang ditemuinya di lift.‘Akh, ternyata memang dia’ batin Arlin dengan ketegangan yang belum hilang.Pria itu menatap Arlin dengan tatapan menyeramkan, atau memang matanya yang terlampau tegas ditambah alisnya yang tebal, hingga terlihat sedikit seram.‘Dari mana pria ini muncul?, kenapa tiba-tiba ada disini?’ tanya Arlin yang tidak ada habisnya terheran-heran ‘Apa dia muncul dari balik gorden?, tadi aku tidak melihatnya ketika sampai disini’“Arlin, kenalkan ini keponakanku, Reyyand, pangil saja dia Rey. Dia teman kecil Vardyn. Dulu mereka sering bermain hujan dan lumpur bersama” Sambil tertawa kecil nyonya Rubby mengenal
“Lalu, kenapa anda mengira tuan Vardyn menyukaiku?” kali ini Arlin menatap serius wajah Rey.“Yaah, karena kau cantik, lalu kau adalah wanita idamannya dan mamanya, dan dia tidak mencintai Melinda, tidak ada alasan dia untuk tidak menyukaimu”“Aku?, wanita idamannya?, jangan bercanda tuan, sepertinya anda terlalu berlebihan. Itu cuma dugaan anda saja”“Aku mengenalnya sejak masih kecil, aku tahu mana perempuan yang dia suka dan tidak”“Tapi aku hanya seorang perawat tuan, sedangkan tuan Vardyn orang yang sangat tinggi jabatannya, status kami terlalu jauh berbeda”“Apa perasaan suka itu bisa diukur dengan harta atau jabatan?”Arlin mulai mengerti apa yang Rey coba sampaikan. Ia mulai nyaman dengan obrolan itu dan rasa takutnya terkikis sedikit demi sedikit.“Anda sendiri?, apa sudah menikah tuan?” kali ini Arlin menyungging senyuman manis yang membuat Rey gagal fokus.“Ah, um…Belum, tapi kalau kau mau mendaftar b
Akhirnya Rey berlalu pergi setelah pamit pada Arlin.Di dalam mobil, Arlin duduk di depan di sebelah Vardyn yang memegang kemudi.“Sepupuku bicarakan apa saja?” tanya Vardyn sambil terus menyetir mobilnya.“Tidak banyak, kami lebih banyak diam” jawab Arlin agak canggung.“Dia tampan ya, …” Vardyn seolah menguji Arlin.“Um, wajahnya tidak jauh beda dengan anda tuan” jawab Arlin ringan.Dari situ mereka diam tak berbicara lagi sampai kerumah.Di dalam rumah yang megah, Vardyn langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.Beberapa saat mereka beristirahat, Vardyn yang memesan mie ramen dan beberapa makanan ringan, memakan sendiri di meja makan, setelah selesai pria itu kembali merebahkan tubuhnya di sofa.“Hey!, buatkan aku jus alpukat” perintah Vardyn entah kepada siapa.Arlin yang tidak merasa dipanggil acuh dengan kesibukannya merapihkan meja makan bekas Vardyn menyantap makanannya tadi.
“Kau masuklah” Vardyn memberi kode dengan wajahnya pada Arlin untuk masuk.Arlin buru-buru berlalu ke ruang dapur setelah meraup celana panjang Vardyn yang kotor.“Akh, Rey ayolah jangan terlalu serius, aku hanya bersenang-senang” Vardyn menyembunyikan kegugupannya.“Bersenang-senang, hah?” ucap Rey seolah menyindir.“Ck!, sudahlah … “ “Vardyn, aku tahu kau memberinya gaji, tapi apa harus memperlakukan dia seperti itu?” tanya Rey sambil menghempaskan kepulan asap tipis dari sela bibir.“Akh, Sudahlah, kenapa harus membahas masalah sepele. Oya, ada apa kau kesini?” Vardyn mengalihkan pembicaraannya.“Mamamu memintaku membawakan beberapa pakaian dan perlengkapan yang dia lupa, dia menelponmu tapi tidak kau angkat” jelas Rey.“Ah, baiklah. Apa kau tahu yang mana saja yang harus di bawa?” tanya Vardyn.Rey mengeluarkan secarik kertas dari saku kemejanya.“Nah, kata mamamu Arlin yang tahu pakaian i
“Hey!, tanaman mama belum disiram dari kemarin, siramlah!, kalau sampai tanaman itu mati aku yang akan kena marah” perintah Vardyn.Arlin tanpa banyak bicara mulai mengerjakan apa yang diperintahkan tuannya. Di taman belakang rumah, Arlin menyemprot tanaman hias di sisi kiri dan kanan taman.Kemudian ia merapihkan beberapa tanaman, menyusunnya, memberinya obat tanaman, dan menatanya kembali hingga rapih.Di depan Arlin terdapat kolam buatan, yang juga terdapat beberapa tanaman di sisi tembok batu.Vardyn sambil mengunyah sarapannya di meja makan, melihat ke arah taman belakang melalui pintu kaca besar yang memisahkan ruang makan dengan taman, ia melihat Arlin beraktifitas, kemudian ide jahil terlintas dalam benak pria itu.Arlin yang membelakangi pintu kaca lagi-lagi seolah akan menjadi sasaran empuk kejahilan Vardyn.Setelah menyelesaikan sarapannya, pria itu mengendap-endap mendekati gadis itu, kemudian, …BYUUUR!!!
“Siapa nama belakang keluarganya?, atau ayahnya mungkin” tanya Rey kembali.“Diando, mereka keluarga Diando, dia adalah Jerry Diando, dan nama ayahnya adalah Fedrick Diando”“Aah, keluarga Diando rupanya, aku tahu mereka” ucap Rey.“Kau kenal mereka kan?, mereka mafia juga kan?, ya si Jerry ini yang mengancamku, dia meminta sejumlah bayaran untuk biaya kompensasi berdirinya perusahaanku yang berada di wilayahnya, padahal perusahaan ini sudah lama berdiri, kenapa si bodoh itu baru sekarang mendatangiku” jelas Vardyn sedikit kesal.“Mereka bukan mafia, mereka hanya preman jalanan yang suka memeras. Baiklah akan kuurus si bodoh ini” tukas Rey masih di sebrang telpon.“Hey Rey, sepertinya mereka berbahaya, apa kau berani menghadapinya?” tanya Vardyn.“Haah, untuk menangkap seekor kecoa, tidak harus seeokor singa yang maju bukan?, aku akan menyuruh anak buahku yang mengurusnya, dia bukan tandinganku”Walau Vardyn tak terlalu
Belum selesai terkejutnya Vardyn dan Arlin, pintu besar utama yang kokoh juga berhasil di jebol paksa hingga rusak.Vardyn menodongkan pistolnya untuk melindungi dirinya dan Arlin. Arlin yang tidak sempat lari hanya bisa berlindung di belakang tubuh Vardyn.Tangan Vardyn yang gemetar, keringat ketakutan yang menetes di pelipisnya seolah menandakan kepanikan Vardyn yang sangat.Ia dengan posisi memegang pistol dan mengarahkannya tegang ke depan dan kirinya tempat para lawannya berada dengan bergantian, entah yang mana dulu yang harus ia hadapi.Mereka juga menodongkan senapannya secara serempak kearah Vardyn dan Arlin, mereka berdua terpojok.Dari arah pintu utama, dari tengah-tengah para pria yang menodongkan senapan kearah Vardyn, seorang pria agak tua melangkah terus kedepan dan berdiri di hadapan Vardyn.Penampilannya sedikit rapih dengan rambut klimis dan mantel coklat panjang.“Kau yang bernama Vardyn bukan?. Nikmat
“Sialan kau! Baji***n!!” pekik Vardyn geram dengan darah yang mendidih.“Tolong jangan sakiti dia! Biar aku yang disiksa!” ujar Vardyn sedikit memohon. Ia tak sanggup mendengar Arlin menjerit diperlakukan kasar oleh anak buah Frdeick.“Sssshh ... kau diam saja!” ujar Fedrick yang kini mengarahkan pistolnya ke Vardyn. “Baiklah tuan Vardyn , kini nyawamu akan berakhir tanpa penyiksaan” Fedrick mengarahkan pistolnya tepat kearah kepala Vardyn.Arlin sempat melepaskan diri, berlari, beranjak dari sofa. Tapi anak buah Fedrick buru-buru mengejarnya. Kemudian Arlin ditarik dan jatuh kelantai.Vardyn memejamkan matanya, ia tidak sanggup berbuat apa-apa lagi.Tetapi kemudian, …“Hey pak tua!, mungkin sebaiknya aku bantu kau untuk beristirahat, di neraka!” Suara dari belakang Fedrick membuatnya spontan menoleh, dan matanya yang sedikit keriput membulat, menyaksikan beberapa anak buahnya sudah terkapar bersimba darah di lantai.
Arlin diantar pulang oleh Rey. Di dalam mobil, mereka lebih banyak diam, memendam perasaan masing-masing.“Tuan Rey, besok kau tidak perlu repot untuk mengunjungiku dan menjagaku seperti ini. Aku tahu kesibukanmu” akhirnya satu kalimat terlontar dari bibir Arlin setelah sebelumnya beberapa saat hening.“Benarkah kau tidak membutuhkan aku?” tanya Rey seolah sindiran halus.Arlin hanya diam dan menunduk.Sepekan berlalu, Vardyn telah kembali ke sisi Arlin. Namun Arlin mendapati sikap Vardyn yang sedikit berubah, ia agak pendiam semenjak kepulangannya dari Luar Negeri.“Richo, kalau ada masalah mungkin kau bisa bercerita padaku” ucap Arlin di sela waktu santai mereka dan di temani suguhan teh melati hangat.“Masalah?, sepertinya tidak ada masalah. Oya, bagaimana kabar bu Siska?, kau bilang tempo hari ingin mengunjunginya?” tanya Vardyn sedikit mengalihkan pembicaraan.“Bu Siska sedang pulang kampung. Aku belum tau apa dia s
“Yup, ini kediaman kecilku” jawab Rey santai.“Kecil?” gumam Arlin.Mereka duduk di sofa mewah tadi. Arlin agak canggung dengan keadaanya. Ia seperti anak desa yang berada di istana megah.“Apa kau tinggal sendirian disini tuan Rey?” tanya Arlin masih menyimpan kekaguman luar biasa pada pribadi Rey yang sedikit demi sedikit terkuak.“Aku tinggal bersama anak buahku dan, ohya … tadi aku ingin mengenalkanmu pada Big Black” Rey mengisyaratkan jarinya pada pria yang berdiri tegak di dekat dinding.Pria itu menghampiri Rey dan menunduk karena Rey berbisik sesuatu padanya. Pria itu mengangguk kemudian berlalu dari sana.Tak lama kemudian, si pria tadi membawa seekor anak macan kumbang yang berbulu hitam mengkilat. Ia di rantai di lehernya. Matanya kuning menyeramkan. Tapi anak macan kumbang tersebut sungguh menggemaskan, bagai kucing hitam yang lucu.“Nah, kenalkan, dia Big Black” Rey menggendong Big Black kemudian mengelusnya. Hewan itu sangat penurut di tangan Rey.“I-ini piaraanmu?. Dia s
“Apa anda tidak sibuk tuan Rey?” tanya Arlin dengan keheranan yang belum sepenuhnya hilang.“Tidak, aku tidak sesibuk Vardyn” jawab Rey entang.“Anda selalu berkata seperti itu” kata Arlin sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela.Sesampainya di kediaman bu Siska. Mereka turun dari mobil. Tapi Arlin melihat rumah bu Siska sepi dan seolah sudah ditinggal beberapa hari yang lalu, terbukti dari debu yang menempel di lantai teras.Seorang tetangga sempat menghampiri Arlin, seorang ibu sedang menggendong anak bayinya melangkah mendekat kearah Arlin.“Cari bu Siska ya, Mba?” tanya si ibu sopan.“Ah, iya bu, apa bu Siska pergi ya?” Arlin juga menjawab sopan.“Iya, bu Siska sedang pulang kampung, sudah beberapa hari yang lalu” ujar si ibu tersebut.“Oh, gtu ya bu. Saya gak tau bu. Baik, terimakasih ya bu, permisi” kata Arlin sambil sedikit menundukan kepalanya.“Iya, Mba sama-sama” Arlin mendekat
Kemudian Vardyn mendekati istrinya dan mereka menikmati kebersamaan di malam itu.Hari kepergian Vardyn ke Luar Negeri sedikit berat untuk Arlin, walau suaminya hanya pergi untuk beberapa pekan, tapi tetapi ia akan menjalani hari-harinya dengan sendirian.Arlin menatap punggung Vardyn ketika pria itu sudah akan beranjak ke mobil sedannya setelah sebelumnya mencium dan mengucapkan kata-kata perpisahaan sementara diantara mereka.Dari dalam pintu mobil yang kecanya terbuka, Vardyn menyembulkan kepalanya sambil menoleh ke belakang dan memberi lambaian tangan pada Arlin, sambil memekik agak keras, “Rey akan datang siang ini, sayang. Kau tunggu saja ya. Dah! aku pergi!”“Hah?! tuan Rey akan kesini siang ini?” ekspresi terkejut Arlin tidak sempat di saksikan suaminya, karena sudah berlalu dari sana.Arlin yang masih berdiri di posisinya masih tercengang dengan kata-kata terakhir dari Vardyn. “Dia serius akan mengirim tuan Rey untuk menemaniku”
“Vardyn, aku tahu kau masih memikirkan tentang penabrak mobilmu. Bagaimana jika pelaku penabrak mobilmu ditemukan?, apa yang akan kau lakukan?” tanya Rey.“Entahlah, mungkin aku ingin pelakunya merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan sebuah harapan, merasakan sakit yang mendalam” ujar Vardyn terdengar geram.Rey hanya diam dengan pernyataan sepupunya itu.“Oya Rey, sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu, tapi aku khawatir kau tidak akan bersedia”Rey mengerutkan alisnya. “Memangnya kenapa aku harus tidak bersedia?,” tanya Rey penasaran.“Pekan ini aku harus pergi ke Luar Negeri. Ada bisnis yang harus kujalani. Aku khawatir jika meninggalkan Arlin sendirian. Maukah kau menjaganya sementara aku pergi?”“Hah?, apa kau gila Vardyn?!. Dia istrimu, mana mungkin aku menjaganya disini” tolak Rey dengan wajah heran.“Nah, kan. Aku sudah tahu jawabanmu” kata Vardyn datar.“Bukan begitu maksudku. Apa kau yakin istri
Entah darimana datangnya, aliran deras air mata yang tiba-tiba melucur jatuh membasahi selimut Arlin. Wanita itu sudah bisa menerka apa yang terjadi walau dokter belum menjelaskannya.“A-apa itu tentang bayiku dokter?” tanya Arlin, suaranya bergetar diiringi tangis yang mulai membuncah.“Maaf nyonya, iya benar, bayi anda tidak selamat, akibat guncangan hebat maka kandungan anda mengalami pendarahan, dan terpaksa kami harus mengangkat rahim anda karena beberapa resiko yang akan kami jelaskan nanti” jelas dokter yang membuat Arlin memecahkan tangisnya.Arlin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dengan segera bu Siska yang sudah mengetahui yang sebenarnya memeluk Arlin dengan erat.Tangisan Arlin tumpah dalam pelukan bu Siska, kini keduanya berduka dan menangis.“yang sabar ya sayang …” hanya itu yang mampu di ucapkan bu Siska dengan isak tangisnya dan suaranya yang bergetar hebat.Sedangkan Arlin hanya lemas dengan air mat
“Arlin!, jangan-jangan kau hamil!” Vardyn mengeraskan suaranya menandakan semangatnya.“Hamil?” ucap Arlin yang masih menahan mualnya.“Ayo bergegas, kita ke rumah sakit!” ucap Vardyn sambil melangkah cepat ke kamar untuk mengganti pakaian.“Benarkah dok?!, istriku hamil?” wajah kegembiraan Vardyn tak bisa di sembunyikan, ia sangat bahagia mendengar Arlin hamil, karena memang selama ini ia ingin sekali memiliki keturunan.“Ya pak, usia kandungan istri bapak baru berjalan satu minggu lebih, hampir dua minggu” jelas Dokter yang memeriksa Arlin.Arlin dan Vardyn saling memandang sambil tersenyum bahagia. Hari demi hari yang mereka lalui seolah semua sempurna. Arlin juga sangat beruntung karena Vardyn mencintainya sepenuh hati. Sikap pria itu kini sangat berbeda dengan ketika pertama kali ia bertemu.Usia kandungan Arlinpun semakin membesar, sudah tiga bulan wanita cantik itu mengandung benih Vardyn.“Sayang, bukankah ini terlalu cepat, pakaian bayi bisa kita beli ketika usia kandunganku
Arlin sedikit mendongak, ia menatap wajah Rey tanpa berkata apa-apa. Tanpa disadari mereka berdua mendekat.Rey memiringkan sedikit wajahnya, jemarinya memegang lembut leher belakang Arlin, mereka berdua menautkan bibir dalam sebuah rasa yang sama walau tak bisa bersatu.Arlin seolah tidak ingin saat itu berakhir, namun semua harus diakhiri.“Jaga dirimu baik-baik Arlin” Rey kembali mengecup kening Arlin dengan lembut. Karena bisa jadi setelah ini mereka tidak akan bertemu untuk waktu yang cukup lama.“Tuan Rey, aku…aku sangat mengagumimu” ucap Arlin lembut.“Aku juga … kau adalah wanita yang spesial untuk pria manapun” Rey mengelus pipi Arlin.“Apa kita akan bertemu lagi tuan Rey?” ucap Arlin lirih.“Aku harap begitu dan aku pasti selalu menginginkannya ” Rey menghela nafas.“Baiklah mari kita kembali ke dalam, mungkin Vardyn mencari kita” ujar Rey sambil berlalu dari hadapan Arlin, mungkin tak sanggup menatap lama gadis yang dicintainya itu.Arlin menatap punggung pria itu seolah ti
Vardyn yang datang dari arah belakang Arlin langsung menghampiri Rey. Mereka saling berpelukan. Rey mencoba menguatkan Vardyn dan memintanya untuk bersabar.“Bibi Rubby adalah wanita terbaik yang pernah kutemui” ujar Rey pada Vardyn sambil menepuk-nepuk punggung sepupunya.“Yah, kita semua kehilangan” ucap Vardyn.“Dia tidak bisa menghadiri pernikahan yang sangat diinginkannya, mama sangat ingin memiliki menantu Arlin, andaikata aku lebih awal mengenal Arlin”“Hey, tidak ada yang sia-sia, semua pasti sudah diatur seperti itu” ujar Rey “Jadi kapan pernikahanmu?”“Bulan depan semua sudah siap, Hey jangan bilang kau akan kembali ke luar negeri” ucap Vardyn sambil merangkul sepupunya.“Sayangnya, itu benar, aku harus kembali secepatnya” ucap Rey sambil menunduk kemudian melihat kearah Vardyn.“Ck!, kau sok sibuk!, apa tidak bisa sehari saja disini hadir di pernikahanku” decak Vardyn.“Hey, aku memang orang sibuk bun