Beranda / Lain / Talak Aku, Mas! / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Talak Aku, Mas!: Bab 51 - Bab 60

131 Bab

Kecemburuan Sosial

POV AyuEnam bulan kemudianDalam jangka waktu enam bulan, aku mendapatkan pencapaian yang luar biasa. Aku bisa buka cabang di daerah Lembang. Sengaja memilih daerah itu karena di sana banyak kawasan wisata yang pasti banyak wisatawan lokal yang memburu oleh-oleh.Pencapaian yang aku dapat, tentunya ada campur tangan Rendy. Dialah orang yang paling berjasa di dalam perkembangan toko kue ku ini. Meski sekarang aku malah merasa canggung padanya.Dua bulan lalu, dia mengutarakan perasaannya padaku. Padahal sudah berulang kali aku bicara padanya jangan sampai kedekatan mereka dihadiri oleh sebuah perasaan. perasaan yang bernama cinta. satu Minggu lalu, ia kembali mengutarakan perasaannya. Dan apakah kalian tahu, itu pengakuan cinta ke berapa? Tanpa siapa pun yang tahu, kecuali aku, dia, malaikat dan Tuhanku yang tahu. Jika pengakuan cinta satu Minggu lalu adalah yang ke sepuluh kali. Lalu Jawabannya apa? Aku belum memberikan dia jawaban. Padahal aku tahu kurang apa dia? Baik? Iya. Perha
Baca selengkapnya

Namanya Hidup

Selepas kepergian Meli, aku hnya bisa menghela napas berat. Katanya jika kita akan sukses maka Tuhan akan menguji kita. Ibarat kata di sekolahan, jika kita ingin naik kelas Maka harus melewati terlebih dahulu yang namanya ujian.Aku ikhlas, karena sebelumnya aku pernah mengalmi ujian yang lebih berat dari pada ini. jika dulu saja aku mampu, maka kali ini pun aku pasti bisa melaluinya.di tengah rasa kegelisahanku muncullah najma dan Rendy. Aku berusaha untuk memasang wajah bahagia. kedatangan Meli ke sini jangan sampai diketahui oleh Rendy. karena aku yakin jika dia tahu maka urusannya akan semakin panjang, "Mama," panggil Najma, tak lupa a mengucapkan salam san salim padaku."Baru pulang, gimana hari ini sekolahnya?" tanyaku pada Najma.Najma yang slalu antusias saat aku tanya mengenai sekolah. Dia selalu bercerita apa saja yang ia lakukan. Aku bersyukur kali ini dia bercerita hal-hal yang baik dan membuat ia bahagia.Dulu saat di Jakarta, pulang sekolah selalu murung. tidak pernah t
Baca selengkapnya

Jadi Gimana?

Sekitar pukul satu siang, tepatnya setelah aku salat dan makan siang. Randy tiba-tiba duduk di depan ku, aku menoleh sebentar karena aku tengah membuat bahan untuk promosi.Rendy duduk di depanku dengan memasang wajah penuh harapan. Aku yang melihatnya hanya bisa mengerutkan kening."Ada apa?" tanyaku pada Rendy tanpa sedikitpun menatap Rendy. aku terlalu sibuk di depan komputer. "Jadi gimana?" tanya Rendy. sungguh pertanyaan Rendy terdengar ambigu di telinga. Jadi gimana? Gimana apanya?"apa?" tanya ulangku."Keputusanmu," jawab Rendy singkat.Terpaksa, aku menghentikan aktivitasku. Tatapanku kini tertuju pada Rendy. Aku terlalu tidak mengerti dengan perkataan Rendy. Mungkin jika aku fokus padanya, ya, bisa sedikit mengerti. Mungkin."Bisakan kalau bicara itu yang jelas? Jangan tiba-tiba bicara gimana? Gimana apanya coba?" Rendy terlihat gelisah. Sebenarnya kenapa dengan pria ini? Coba aku ingat-ingat lagi. Apa aku pernah menjanjikan sesuatu padanya? atau aku pernah bicara sesuatu.
Baca selengkapnya

Tidak Terjadi Apa-Apa

Aku menarik napas panjang, lalu aku kembali mengulang kalimat-kalimat yang menurutku begitu keramat. "Aku terima kamu, Rendy," tuturku dengan begitu cepatnya. Aku lihat ekspresi wajah Rendy. Wajahnya terlihat bahagia. Dia bahkan terus tersenyum dan tertawa. "Kau serius, Yu? Apa kamu benar-benar menerima ku?" Tanya ulang Rendy padaku. "Aku serius. Mari kita saling kenal lebih dalam lagi. Meskipun kemarin-kemarin pernyataan mu itu lebih cendrung ke lamaran. Karena kamu sampai memberi ku cincin. Untuk kali ini mari kita pacaran dulu seperti halnya anak-anak muda pada umumnya. Karena untuk ada di tahap pernikahan aku belum siap. Sekalian biar waktu yang menyembuhkan setiap luka di hati ini," terangku. Aku memang menerimanya. Tapi bukan untuk dijadikan Istri. Aku belum siap. Aku baru mampu membukanya saja, bukannya menjalani. "Tidak masalah, kamu mau menerimaku saja itu sudah dari cukup. Aku pun tidak akan terlalu terburu-buru untuk naik ke jenjang pernikahan. Aku akan memberikan kamu
Baca selengkapnya

Teror

Hari Jumat adalah hari libur toko. Di saat orang memilih hari Minggu sebagai hari libur tapi tidak dengan tokoku. Aku sengaja memilih hari Jumat. alasannya apa? enggak ada alasan hanya ingin saja. Jika toko libur maka Rendy pun akan libur berkunjung. karena itu adalah kesepakatan kami. Dia terlalu sering ke sini. Tentunya waktu bersama keluarga pun akan berkurang. Aku tidak ingin membuat Rendy dan keluarganya menjadi renggang. kala itu waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. aku tengah mengajari Najma ngaji, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan di pintu. Aku pun beranjak hendak melihat siap gerangan yang datang di malam hari seperti ini. Aku tengok dari jendela. Garden aku singkap sedikit. Di luar tidak ada siapa pun, aku pun kembali ke Najma mungkin tadi aku salah dengar. Baru beberapa langkah terdengar suara keras mengetuk pintu rumah. sontak langkahku pun langsung terhenti. keningku mengerut apa dan siapa sebenarnya orang yang iseng ini.Aku mencoba untuk tidak peduli, aku
Baca selengkapnya

Teror (2)

Bug...bug...bug...Kali ini gedoran di pintu semakin keras membuat aku dan Najma semakin ketakutan. Aku memberanikan diri untuk meneriaki siapapun itu yang ada di luar,"Siapa? tolong jangan macam-macam atau aku panggil polisi" ancamku, namun sepertinya tidak dipedulikan. "Mama, Najma takut , Najma mau ke Om Rendy," Najma menangis, dia pasti ketakutan.Lantas apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa menghubungi Rendy? Apa aku meminta bantuan padanya? Ah rasanya aku tidak bisa berpikir, aku tidak tahu harus seperti apa. hingga aku pun memutuskan untuk menghubungi Rendy.Berulang kali aku menghubunginya, tapi tidak kunjung dijawab olehnya. Krek....Aku bisa mendengaar dengan jelas suara pintu yang dibuka, aku yakin dia atau mereka atau siapa pun itu karena aku tidak tahu ada berapa orang berusaha untuk membuka pintu rumahku.Di tengah kekacauan itu aku memangku Najma lalu membawanya bersembunyi di kamar. Aku berusaha unuk menenangkan Najma, meminta padanya agar tidak menangis. SEbab j
Baca selengkapnya

Ayo Kita Nikah.

"Ayo Kita nikah," Pernyataan yang keluar dari mulut Rendy sungguh membuat aku syok . Bagaimana mungkin dia dengan mudahnya bilang seperti itu, apakah pernikahan baginya sesuatu permainan? yang mudah bilang menikah. "Kamu sehat, Ren?" tanyaku pada Rendy. "Tentu saja aku sehat, Kenapa memangnya?" tanya Rendy."Aku takut kamu sakit, terus mengigau, kamu ngajak menikah sudah seperti sedang mengajak seseorang untuk bermain.""Tapi aku serius, Aku memang ingin menikah denganmu, terlebih setelah kejadian ini, membuat aku khawatir untuk meninggalkan kalian berdua di sini,"Aku tahu kekhawatiran Rendy memang beralasan. tapi tidak harus menikah secara mendadak seperti ini kan? aku belum siap."Aku belum siap, REn. Kamu tahu sendirikan ""Tapi, aku takut kejadian seperti ini terulang kembali,"'Maka dari itu, ayo bantu aku untuk menangkap pelakunya, aku juga enggak mau terus di teror seperti ini. Aku tidak mau mengganggu psikis Najma.""Untuk masalah itu aku pasti akan mencari tahu, aku pasti
Baca selengkapnya

Menerimanya

Aku terkejut saat melihat isi rumah pak maman, di sana ada begitu banyak foto-fotoku terpasang di dinding. kenapa bisa? aku terus bertanya-tanya. mendadak tubuhku merasa merinding, Apa jangan-jangan selama ini dia menguntitku? apakah surat kaleng itu pun dari dirinya? Tapi kenapa? Kenapa? Rendy melepas paksa foto-foto itu, aku bisa melihat wajahnya penuh amarah. Jangankan dia aku saja marah dan tidak mengerti kenapa biasa dia melakukan hal senekat ini."Kurang ajar! Jadi selama ini dia mengawasi mu. Kenapa aku bisa kecolongan seperti ini?" Marah Rendy.Aku diam, aku terlalu terkejut melihat kenyataan ini. Tidak ada kata-kata yang bisa terucap selain kebingungan yang luar biasa. "Kita harus laporkan tua Bangka itu ke polisi. Tindakannya ilegal dan jika benar dia terlibat atas penyerangan di rumah mu, Aku akan kasih Dia pelajaran. Di penjara saja tidak cukup"Kenapa di manapun aku berada, selalu saja ada orang yang tidak menyakitiku? Aku merasa tidak banyak tingkah, tidak banyak bicar
Baca selengkapnya

Siap-siap

Satu Minggu setelah kejadian penyerangan ke rumah. Aku dan Rendy sepakat untuk tidak memperpanjang apalagi sampai dibawa ke ranah hukum. lagi pula tersangka utama yang tak lain adalah Pak Maman tidak tahu keberadaannya. Biarlah, toh aku dan Najma tidak kenapa-kenapa, tidak ada yang terluka. Hanya saja, Najma untuk beberapa hari dia terus murung dan diam. Ia sempat kembali menjadi Najma yang dulu. Beruntung, ada Rendy. Dia selalu berusaha membuat Najma kembali ceria. Dia melakukan berbagai cara. Dan tanpa menunggu lama, Najma bisa kembali ceria tentunya karena usaha Rendy.Satu Minggu ini pula, aku mencoba untuk lebih dekat lagi dengan Rendy. Kami sering ngobrol, jalan bertiga dan melakukan kegiatan apapun selalu bertiga. Aku benar-benar sudah merasakan aura sebuah keluarga bahagia. Ya, semoga saja.Handphone milikku berdering, tertera nama Rendy di sana. Dengan tersenyum aku pun mengangkat panggilannya."Halo, assalamualaikum, Ren," ucap salamku pada Rendy.["waalaikumsalam, Yu. Aku
Baca selengkapnya

Sikap Orang Tua Rendy

Aku dan Najma sudah siap, Najma yang kala itu sedang bermain aku paksa pulang. Beruntung anak gadisku ini tidak pernah protes apa lagi jika bersangkutan dengan Rendy. Di rumah, Najma terus saja bertanya akan pergi ke mana, sama seperti aku yang terus bertanya pada Rendy. Aku pun jawab jika mereka akan pergi menemui orang tua Rendy. yang artinya Najma akan bertemu calon nenek dan kakeknya."Ma, kita mau ke mana? tumben mendadak," tanya Najma. anakku bicara seperti itu karena aku memang biasanya suka memberi tahu rerkebj dahulu jika ingin pergi."KIta mau ke rumah Om Rendy. Ketemu orang tuanya." jawabku seraya membenarkan posisi kerudungku. entahlah aku jadi ingin terlihat sempurna di mata orang tua Rendy. Aku tidak ingin kesan pertama melihatku mereka langsung berpikiran negatif, cukup fakta aku janda saja yang sepertinya akan jadi masalah."Benarkah?" ucap Najma, namun anak gadisku itu tiba-tiba diam."Kenapa?"Najma langsung menatapku. "Najma jadi kangen nenek sama kakek. gimana kab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status