Home / Lain / Talak Aku, Mas! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Talak Aku, Mas!: Chapter 31 - Chapter 40

131 Chapters

Di Kota Baru

Aku memutuskan untuk pergi ke Bandung. Tanpa sepengetahuan Najma pula jauh-jauh hari aku sudah mencari kontrakan via online. Di jaman serba digital ini memang sangat memudahkan untuk melakukan segala sesuatu tanpa harus repot-repot ke sana kemari.Sekitaran empat jam perjalanan, akhirnya aku dan Najma sampai di Bandung. Lebih tepatnya di daerah Sukajadi. Kontrakan yang aku huni berada di dekat pusat perbelanjaan. Dan aku berencana akan membuka usaha kecil-kecilan di dekat sana. Untuk sementara aku memilih untuk mengontrak setelah dirasa usahanya berjalan dengan lancar, maka aku akan membeli rumah.Merencanakan memang mudah dan Aku harap saat memulai pun akan dipermudah. Dari mulai perizinan dan orang sana menerima."Najma bangun, sayang. Kita sudah sampai." Tuturku membangunkan Najma dengan sedikit menggoyahkan tubuhnya.Najma mulai terjaga, matanya mengerjap serta ia menggeliat. Najma terduduk, pandangannya ia pusatkan untuk melihat sekeliling."Kita di mana, Ma?" Tanya Najma dengan w
Read more

Om yang Kemarin

Aku kira karena Bandung termasuk kota, hidup bertetangga nya akan masing-masing.Namun aku salah, mereka justru begitu antusias saat tahu aku datang ke sini. Mereka senang atas kedatangan tetangga baru.Rupa-rupanya ternyata mereka bukanlah asli orang sini mereka semua sama sepertiku. Perantau. Setelah barang-barangku beres dirapikan. Lalu berpikir rencana apa yang akan aku lakukan ke depan. Langkah apa yang harus aku lakukan agar kehidupan ku jauh lebih baik. Karena aku punya Najma, masa depannya harus terjamin. Niat awal ingin berjualan, namun Aku bingung akan jualan apa? Bingung untuk memulai dari mana lebih dahulu. Memulai jualan pun perlu waktu dan tenaga. Oleh karena itu, sebelum niat berjualan terealisasikan, mungkin Untuk sementara waktu aku bisa bertahan hidup dengan uang hasil penjualan rumahku di Jakarta.Saat hendak merebahkan tubuhku, tiba-tiba Najma yang sedari tadi bermain berlari ke arahku. Aku yang merebahkan tubuh pun kembali terbangun."Ada apa? Kenapa lari-lari nan
Read more

Maafkan mama

"Maafkan mama, Nak,""Harusnya Najma yang meminta maaf. Maaf tidak mau mendengarkan kata-kata mama. Najma tahu apa yang Mama larang semata-mata demi kebaikanku," Tutur Najma dan sukses membuat aku semakin merasa menyesal. "Tidak sayang, kamu tidak salah apa-apa," aku mengurai pelukan. Lalu aku menyeka air mata Najma. "Mama yang terlalu takut, takut jika orang menyakitimu. Tapi tetap bicara dengan orang asing jangan pernah kamu lakukan ya," sambungku lagi.Najma mengangguk dan aku pun tersenyum. Tidak ada yang salah dengan laranganku, bukan? Anak berinteraksi dengan orang asing, orang yang baru ia temui itu memang tidak baik. karena kita tidak akan pernah tahu apa isi hati seseorang."kalau gitu, Najma mau kasih lagi bonekanya ke Om itu," tutur Najma.Aku diam, mana tega jika dia harus mengembalikan barang dari pria itu. Aku lihat Najma teramat suka."jangan dikembalikan, itu sudah jadi milik kamu. Tapi, lain kali jangan diterima."Najma kini tersenyum. "Baik, ma. Najma janji," ucap Na
Read more

Pria Pengganggu!

Setelah penandatanganan berkas-berkas selesai, aku langsung saja mengusir pria itu. Enggak nyaman juga jika harus berduaan di satu ruangan yang sama dengan pria asing."Karena maksud dan tujuanmu sudah selesai, saya mohon Anda segera pergi dari sini. bukannya saya kurang ajar, saya tahu ini milik Anda tapi ini sudah saya sewa. Itu artinya ini sudah jadi hak saya dan saya keberatan jika Anda berdiam terlalu lama di sini," ucapku sebuah usiran halus."Sebentar lagi aku akan mau pulang. Tapi alangkah baiknya jika kita saling berkenalan bukan? setidaknya antara penyewa dan pemilik sewa itu harus saling kenal. Benarkan?" tanyanya dan aku langsung menolak keras. "Lah kenapa harus begitu? tidak ada aturannya meskipun kita tidak saling mengenal pun tidak masalah, karena kita tidak akan bertemu lagi," jawabku dengan nada sewot."Siapa bilang kita tidak akan bertemu lagi? aku setiap hari selalu memantau di sini. aku selalu mengunjungi setiap penyewa, mungkin di antara mereka ada yang mau berdis
Read more

Kisah Rendy

POV Rendy.Hari ini adalah jadwal aku untuk berkunjung pada anak-anak di sekitaran tempat kontrakan milikku. Ya memang pekerjaanku seperti ini bukan orang kantoran atau pembisnis lainnya aku hanyalah seorang pria lajang yang memiliki kontrakan beberapa pintu. Serta memiliki beberapa unit gedung untuk aku sewakan.Mungkin orang yang belum mengenalku akan mengira aku hanyalah seorang pria pengangguran yang kerjaannya mondar-mandir tidak jelas, menghabiskan bensin dan menghabiskan uang milik orang tua. Untuk membeli bingkisan untuk anak-anak.Silakan saja nilai aku sesuka kalian. Dan dengan alasan ini pula kenapa aku masih saja melajang meskipun usia sudah cukup untuk menikah. Mencari pasangan bagiku tidaklah mudah, kadang aku sendiri bingung dengan jalan pikiranku. sebenarnya aku ingin mencari pasangan yang seperti apa? Yang baik kah? yang cantik kah? atau kaya raya? Jujur aku tidak bisa menjawabnya. Dari sekian banyak wanita yang mendekatiku, saat mereka bertanya apa pekerjaanku dan
Read more

Tapi... Aku Suka (1)

Aku mendorongnya dengan cukup keras. Hingga aku bisa mendengar jelas suara rintihan dari mulut kedua wanita beda generasi itu.Aku yang khawatir langsung saja menghampiri mereka dan menanyakan keadaan mereka"Apa kalian tidak apa-apa? Kalau mau nyebrang hati-hati" ucapku dengan begitu cemas. Wanita itu langsung menatapku. Tapi tatapannya terlihat penuh kecurigaan. Ia bahkan langsung memegangi anak kecil di sampingnya yang aku pikir adalah anaknya. Karena aku mendengar anak kecil itu menyebutnya dengan sebutan mama.Aku bahkan melihat jika wanita itu langsung memeluk ke tasnya. Apa mungkin dia berpikir jika aku seorang penjahat? Apa iya wajahku terlihat seperti seorang penjahat? aku malah bertanya-tanya sendiri.Wanita itu langsung berdiri tak lupa Ia juga memegangi anakn"Kami tidak apa-apa, terima kasih sudah menolong kami. Lain kali kami akan jauh lebih hati-hati." tuturnya dengan ketus.Mereka langsung pergi, namun aku menahannya. Aku sudah bisa menebak jika mereka adalah pendatan
Read more

Tapi ... Aku Suka (2)

Aku tersenyum saat melihat anak-anak berhasil membawa anak perempuan itu. Anak perempuan yang terlihat cantik dengan kerudung hitamnya.Aku sudah yakin, jika aku tertarik pada ibunya sejak pandangan pertama. Entah apa yang membuat aku tertarik yang pasti sebelumnya aku belum pernah merasakan perasaan ini. Untuk mengambil hati ibunya, bukankah aku harus mengambil hati anaknya dulu? Dan inilah yang akan aku lakukan."Om, kami datang." Ucap mereka kompak dengan napas yang masih terengah-engah."Kenapa kalian berlarian? " Tanyaku pada mereka. Dan dengan polosnya mereka menjawab. "Biar cepat sampai, Om. Kami udah kenalan, Lo. Najma ini om yang kita ceritain. Om nya baik Lo," ujar Denis berceloteh."Bener banget, om Rendy baik Lo. Sangat baik," kini giliran Reva yang angkat bicara.Kulihat anak perempuan yang mereka panggil Najma tersenyum, ia menatapku dengan tatapan yang membuat hati ini bergetar. Padahal, begitu banyak anak yang aku temui belum pernah perasaan seperti ini hadir. Sama h
Read more

Tenang Ada Om

aku menepuk-nepuk pundak Najma dengan pelan. entah kenapa aku seperti memiliki ikatan tersendiri, aku seperti tertarik untuk mengetahui kehidupan Najma dengan ibunya lebih dalam lagi.Kenapa sebenarnya dengan diriku?"Tolong jangan menangis! Om tidak suka jika melihat anak kecil seperti kamu menangis seperti ini. tenanglah ada om di sini, Om akan melakukan apapun sebisanya. seperti halnya teman-teman barumu om pun selalu bilang seperti ini masalah apapun yang kalian miliki Tolong ceritakan kepada Om barangkali bisa membantunya." Najma lalu sedikit menolong tubuhku meskipun tidak membuat tubuhku bergerak namun aku mengerti hingga aku pun melepas pelukanku."tapi mama selalu bilang agar Najma Tidak sembarangan bicara sama orang asing contohnya seperti om," ujar Najma.aku berekspresi seolah Tengah berpikir. lalu di detik berikutnya aku berpura-pura memiliki ide. padahal hal seperti ini sudah terpikirkan di kepalaku."kalau begitu ayo kita kenalan, biar kamu tahu Om dan Om tahu kamu, gim
Read more

Apa Aku tidak berhak Bahagia?

Sekitar satu jam lamanya aku dan Najma mengobrol. Tiba-tiba dia izin pergi. Katanya ia terlalu lama pergi. Ia ingin pulang dan membantu ibunya membereskan rumah barunya.Katanya Najma tidak ingin membuat ibunya khawatir.. Meskipun tahu dirinya pergi bersama teman-temannya yang baru . Najma tetap tidak ingin membuat ibunya terus kepikiran dirinya."Om, sepertinya aku sudah terlalu lama di luar. Aku mau pulang, kasihan Mama sendiri di rumah." tutur Najma padaku.Aku tersenyum sebelum menjawab ucapannya. "Memang tadi tidak izin dulu?" tanyaku pada Najma."Izin kok, Om. Tapi, tetap saja Najma tidak terbiasa bermain diluar lama seperti ini. Tadi, sebelum main Mama lagi beres-beres dan Najma takut Mama belum selesai." jawabannya dengan begitu polos namun terlihat menggemaskan. Kenapa baru sekarang aku melihat seorang anak yang benar-benar peduli pada orang tuanya sampai segitunya. Mungkin aku tidak akan terlalu kaget jika itu orang dewasa atau anak remaja. Karena memang orang dewasa maupun
Read more

Oh Jantung!

Aku tidak langsung pergi setelah mengantar Najma. Aku malah terdiam seraya tubuh yang aku senderkan pada badan mobil. Sedangkan mataku mengarah ke timur, tengah memikirkan rencana baru di mana aku akan kembali membangun kontrakan. Lamunanku terhenti tatkala aku mendengar suara perempuan yang sudah membuat aku jatuh cinta. Satu kali saja mendengar suaranya namun begitu membekas di telingaku."Permisi, Tuan!" ucap perempuan yang aku suka namun belum aku ketahui siapa namanya.Aku menoleh, untuk kedua kalinya aku melihat wajahnya. Meksipun raut wajahnya terlihat tidak bersahabat namun tidak masalah bagiku. Hatiku tetap untuknya."Maksud Anda apa memberi anak saya barang seperti ini? Apakah Anda termasuk orang yang suka anak kecil? Jangan-jangan Anda memang berniat jahat sama saya dan anak saya?" tuduhnya tanpa sedikitpun memberi kesempatan aku bicara."Maaf, maksud Anda apa, ya? Anda tiba-tiba marah sama saya sedangkan saya merasa tidak punya salah sama Anda," ujarku, aku berpura-pura t
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status