POV Rendy.Hari ini adalah jadwal aku untuk berkunjung pada anak-anak di sekitaran tempat kontrakan milikku. Ya memang pekerjaanku seperti ini bukan orang kantoran atau pembisnis lainnya aku hanyalah seorang pria lajang yang memiliki kontrakan beberapa pintu. Serta memiliki beberapa unit gedung untuk aku sewakan.Mungkin orang yang belum mengenalku akan mengira aku hanyalah seorang pria pengangguran yang kerjaannya mondar-mandir tidak jelas, menghabiskan bensin dan menghabiskan uang milik orang tua. Untuk membeli bingkisan untuk anak-anak.Silakan saja nilai aku sesuka kalian. Dan dengan alasan ini pula kenapa aku masih saja melajang meskipun usia sudah cukup untuk menikah. Mencari pasangan bagiku tidaklah mudah, kadang aku sendiri bingung dengan jalan pikiranku. sebenarnya aku ingin mencari pasangan yang seperti apa? Yang baik kah? yang cantik kah? atau kaya raya? Jujur aku tidak bisa menjawabnya. Dari sekian banyak wanita yang mendekatiku, saat mereka bertanya apa pekerjaanku dan
Aku mendorongnya dengan cukup keras. Hingga aku bisa mendengar jelas suara rintihan dari mulut kedua wanita beda generasi itu.Aku yang khawatir langsung saja menghampiri mereka dan menanyakan keadaan mereka"Apa kalian tidak apa-apa? Kalau mau nyebrang hati-hati" ucapku dengan begitu cemas. Wanita itu langsung menatapku. Tapi tatapannya terlihat penuh kecurigaan. Ia bahkan langsung memegangi anak kecil di sampingnya yang aku pikir adalah anaknya. Karena aku mendengar anak kecil itu menyebutnya dengan sebutan mama.Aku bahkan melihat jika wanita itu langsung memeluk ke tasnya. Apa mungkin dia berpikir jika aku seorang penjahat? Apa iya wajahku terlihat seperti seorang penjahat? aku malah bertanya-tanya sendiri.Wanita itu langsung berdiri tak lupa Ia juga memegangi anakn"Kami tidak apa-apa, terima kasih sudah menolong kami. Lain kali kami akan jauh lebih hati-hati." tuturnya dengan ketus.Mereka langsung pergi, namun aku menahannya. Aku sudah bisa menebak jika mereka adalah pendatan
Aku tersenyum saat melihat anak-anak berhasil membawa anak perempuan itu. Anak perempuan yang terlihat cantik dengan kerudung hitamnya.Aku sudah yakin, jika aku tertarik pada ibunya sejak pandangan pertama. Entah apa yang membuat aku tertarik yang pasti sebelumnya aku belum pernah merasakan perasaan ini. Untuk mengambil hati ibunya, bukankah aku harus mengambil hati anaknya dulu? Dan inilah yang akan aku lakukan."Om, kami datang." Ucap mereka kompak dengan napas yang masih terengah-engah."Kenapa kalian berlarian? " Tanyaku pada mereka. Dan dengan polosnya mereka menjawab. "Biar cepat sampai, Om. Kami udah kenalan, Lo. Najma ini om yang kita ceritain. Om nya baik Lo," ujar Denis berceloteh."Bener banget, om Rendy baik Lo. Sangat baik," kini giliran Reva yang angkat bicara.Kulihat anak perempuan yang mereka panggil Najma tersenyum, ia menatapku dengan tatapan yang membuat hati ini bergetar. Padahal, begitu banyak anak yang aku temui belum pernah perasaan seperti ini hadir. Sama h
aku menepuk-nepuk pundak Najma dengan pelan. entah kenapa aku seperti memiliki ikatan tersendiri, aku seperti tertarik untuk mengetahui kehidupan Najma dengan ibunya lebih dalam lagi.Kenapa sebenarnya dengan diriku?"Tolong jangan menangis! Om tidak suka jika melihat anak kecil seperti kamu menangis seperti ini. tenanglah ada om di sini, Om akan melakukan apapun sebisanya. seperti halnya teman-teman barumu om pun selalu bilang seperti ini masalah apapun yang kalian miliki Tolong ceritakan kepada Om barangkali bisa membantunya." Najma lalu sedikit menolong tubuhku meskipun tidak membuat tubuhku bergerak namun aku mengerti hingga aku pun melepas pelukanku."tapi mama selalu bilang agar Najma Tidak sembarangan bicara sama orang asing contohnya seperti om," ujar Najma.aku berekspresi seolah Tengah berpikir. lalu di detik berikutnya aku berpura-pura memiliki ide. padahal hal seperti ini sudah terpikirkan di kepalaku."kalau begitu ayo kita kenalan, biar kamu tahu Om dan Om tahu kamu, gim
Sekitar satu jam lamanya aku dan Najma mengobrol. Tiba-tiba dia izin pergi. Katanya ia terlalu lama pergi. Ia ingin pulang dan membantu ibunya membereskan rumah barunya.Katanya Najma tidak ingin membuat ibunya khawatir.. Meskipun tahu dirinya pergi bersama teman-temannya yang baru . Najma tetap tidak ingin membuat ibunya terus kepikiran dirinya."Om, sepertinya aku sudah terlalu lama di luar. Aku mau pulang, kasihan Mama sendiri di rumah." tutur Najma padaku.Aku tersenyum sebelum menjawab ucapannya. "Memang tadi tidak izin dulu?" tanyaku pada Najma."Izin kok, Om. Tapi, tetap saja Najma tidak terbiasa bermain diluar lama seperti ini. Tadi, sebelum main Mama lagi beres-beres dan Najma takut Mama belum selesai." jawabannya dengan begitu polos namun terlihat menggemaskan. Kenapa baru sekarang aku melihat seorang anak yang benar-benar peduli pada orang tuanya sampai segitunya. Mungkin aku tidak akan terlalu kaget jika itu orang dewasa atau anak remaja. Karena memang orang dewasa maupun
Aku tidak langsung pergi setelah mengantar Najma. Aku malah terdiam seraya tubuh yang aku senderkan pada badan mobil. Sedangkan mataku mengarah ke timur, tengah memikirkan rencana baru di mana aku akan kembali membangun kontrakan. Lamunanku terhenti tatkala aku mendengar suara perempuan yang sudah membuat aku jatuh cinta. Satu kali saja mendengar suaranya namun begitu membekas di telingaku."Permisi, Tuan!" ucap perempuan yang aku suka namun belum aku ketahui siapa namanya.Aku menoleh, untuk kedua kalinya aku melihat wajahnya. Meksipun raut wajahnya terlihat tidak bersahabat namun tidak masalah bagiku. Hatiku tetap untuknya."Maksud Anda apa memberi anak saya barang seperti ini? Apakah Anda termasuk orang yang suka anak kecil? Jangan-jangan Anda memang berniat jahat sama saya dan anak saya?" tuduhnya tanpa sedikitpun memberi kesempatan aku bicara."Maaf, maksud Anda apa, ya? Anda tiba-tiba marah sama saya sedangkan saya merasa tidak punya salah sama Anda," ujarku, aku berpura-pura t
POV AyuNajma dan Rendy semakin dekat. Aku tidak menyukai kedekatan mereka. Jika dulu aku punya alibi untuk menjauhkan mereka, Sekarang aku tidak lagi memiliki sebab mereka sudah saling kenal.Selain tidak menyukai kedekatan mereka, ada hal lain yang sangat tidak aku sukai yaitu dia setiap waktu selalu datang ke toko. Jika boleh jujur memang dikala dia datang pelanggan banyak yang datang. Ia seperti magnet hingga pelanggan berdatangan dengan begitu banyak. Tapi... kehadirannya sungguh sangat menggangu. Aku tidak bisa konsentrasi kerja."Maumu apa?" tanyaku sesaat setelah ia melayani pelanggan.Dia tak acuh, ia malah terlihat menyibukkan diri. "Maumu apa?" ulangku dan kini ia merespon. .Rendy menatapku lekat, aku yang ditatapnya merasa malu sendiri. Refleks ku langsung memalingkan wajah."Jangan menatapku seperti itu!" larangku."kenapa? Apakah jantungmu berdebar-debar?" tanyanya dan sukses membuat rasa maluku berubah menjadi kesal. Sejurus kemudian aku mendorong keras tubuhnya. Tapi
"Done!"Tiba-tiba Rendy menggebrak meja. Membuat aku yang ketiduran langsung terbangun.Kesadaran aku belum kembali sepenuhnya, aku hanya mengucek kedua mataku hingga aku merasakan sesuatu yang membuat aku langsung terdiam.Rendy membenarkan kerudungku yang sudah tidak beraturan. Sontak saja membuat aku langsung menghindar"Hai jangan macam-macam, ya. Kenapa kamu seberani ini? Ingat kita harus tahu batasan!" ucapku dengan ketusnya. Bagaimana tidak ketus jika sikapnya saja membuat aku tidak suka. Dia tipe pria physical touch sedangkan aku tahu dia tidak punya hak untuk menyentuhku."Maaf, maaf. Aku bukan bermaksud lancang. cuma ini tangan refleks aja mau benerin kerudungnya," "Tapi, kamu kan tinggal bilang aja!" sewot ku lagi."Tadikan aku udah bilang ini refleks," ujarnya mencari pembelaan sendiri. "Sudahlah! Lagian kenapa pula saya bisa ketiduran. " ujarku berbicara sendiri. Aku langsung saja beranjak, namun ditahan Rendy hingga aku kembali terduduk..."Bisa enggak sih jangan mai
Ayu bicara seperti itu seraya tersenyum malu-malu. Sebab apa yang ia katakan memang benar adanya. Jika ia hanya mencintai Marvel dan sampai kapan pun akan Terus seperti itu. Sedangkan perasaanya pada Rendy, itu hanyalah sebatas suka karena kebaikannya dan ketulusannya pada Najma serta dirinya. Bukan suka karena perasaan cinta. Apa mungkin dia akan menyia-nyiakan orang sebaik Rendy? Terlebih saat itu posisi Najma membutuhkan sosok seperti Rendy. Rendy dan Marvel tidak jauh berbeda. mereka memiliki sifat lembut pada Najma m mereka pun sama-sama menyayangi Najma . Tidak percaya dengan ucap Ayu, membuat Marvel kembali menanyakan hal tersebut. "Apa? tadi kamu bicara apa?" tanya ulang Marvel. "Aku masih mencintaimu, dari dulu sampai sekarang." ucapan Ayu. satu fakta yang selama ini selalu ia sembunyikan. Ayu langsung menutup wajahnya saking malu. Kenapa bisa ia bilang seperti tadi? Ayu yakin Marvel langsung bertanya-tanya maksud ucapannya. mobil pun sengaja ia tepikan, ia ter
Dari sudut berbeda, sebenarnya Marvel pun melihat interaksi antara Ayu dan Rendy. Marvel terus memperhatikan Tanpa berkedip barang sedikitpun. Ia tidak ingin kehilangan pandangan interaksi Ayu dan Rendy. Marvel merasa jika Rendy sangat mencintai Ayu sampai sekarang. Cinta yang begitu tulus dan besar. ia seorang pria pun mampu untuk merasakannya. Sementara untuk Ayu, Marvel bingung arti dari tatapannya itu. Namun yang bisa ia tangkap jika pandangan ayu terlihat seperti seorang wanita yang meminta pada kekasihnya untuk melupakan semua kenangan di antara mereka. Melupakan cinta yang pernah ada dan melupakan apa pun yang berhubungan dengan keduanya. Lalu Marvel berpikir, apakah mungkin Ayu sempat menyukai Rendy? Andai ia tidak bertemu dengan Ayu mungkin selamanya ia tidak akan pernah sembuh. Dan ia tidak akan pernah bisa memiliki Ayu. Melihat ayu yang hendak berlalu, Marvel pun buru-buru pergi sebelum ia melihat dirinya dan ketahuan tengah menguping pembicaraan dengan Rendy. Ma
Setelah dua jam lamanya Ayu diintrogasi oleh keluarga Marvel, akhirnya kini ia bisa bebas. Ia senang pada akhirnya keluarga Marvel setuju dengan hubungan dirinya dengan Marvel. meskipun masih ada perasaan tidak rela di hati Maureen. Ayu tahu karena ia bisa melihat sendiri tatapan Maureen penuh ketidaksukaan. Ayu saat ini tengah berada di balkon, ia sedang menikmati kesendiriannya, sebab saat ini Marvel ingin diberi waktu untuk bicara dengan keluarganya saja. "Apa aku boleh di sini?" tiba-tiba suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Ayu tidak menjawab, ia malah mencengkeram pagar pembatas balkon. entahlah! ia masih merasa takut jika bertemu Rendy. Ia takut dituduh yang tidak-tidak. ia trauma dengan hal seperti itu. "Ayu...." panggil Rendy saat ayu tidak kunjung merespon ucapannya.. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu!" usir ayu tanpa sedikitpun melihat orangnya. Rendy tahu Ayu seperti ini karena dirinya, karena ia tidak percaya sepenuhnya. Andai waktu itu ia pe
Semua berkumpul di ruang tamu seusai acara akad pernikahan sederhana antara Rendi dan Melly. mereka saling pandang sebab dari setiap orang memiliki pertanyaan di benak mereka. Ayu yang bertanya-tanya kenapa bisa Rendy dan melly menikah, sedangkan yang ia tahu hubungan keduanya begitu sangat renggang bagaikan kucing dan tikus yang saling menjelekkan dan saling menghindari satu sama lain. Melly dan Rendy Yang bertanya-tanya kenapa Ayu bisa bersama dengan Marvel. kemudian Davin dan Mauren pun memiliki pertanyaan yang sama ditambah ke mana saja selama ini selama 8 bulan menghilang. Rendy yang sedari tadi terus saja menatap Ayu, sementara Ayu yang merasa ditatap hanya tertunduk dengan meremas jari jemarinya. hal yang tidak ingin Ia hadapi ini harus terjadi, ia harus bertemu dengan Rendy begitu cepat "Marvel bisa kamu jelaskan ke mana selama ini dan kenapa kamu bisa dengan wanita ini," ucap Maureen memecah keheningan dengan nada sedikit sinis ketika mengucapkan kata wanita ini. "Dia
ayu sudah siap, begitu juga dengan MArvel. sementara najma ia sengaja tidak membawa anak gadisnya itu, ia menitipkan najma pada bu widya, najam lebih anteng jika bersama cicit bu widya. untuk bertemu orang tua Marvel mereka memesan taksi. dikarenakan untuk saat ini marvel tidak memiliki apa-apa. harta bendanya ada di jakarta, sedangkan dompet miliknya yang berisi kartu kredit dan debit hilang saat ia di rampok. sepanjang perjalanan, ayu terus mersa cemas. dalam pikirannya terus terpikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Rendy? apa yang akan dia lakukan? meskipun benar kota cimahi itu luas barang kali orang tua marvel berada di tempat yang jauh dari Rendy. Marvel yang melihat ayu terus gelisah, berusaha untuk menenangkan, memberikan support system. Marvel meraih tangan ayu lalu menggenggamnya dengan sangat erat, "Tenang! jangan khawatir, percayalah kedua orangtuaku sangat bijak, mereka tidak akan membuat kamu merasa canggung." "Tapi,,,," "percayalah sama aku." Ayu mengang
Kini Rendy dan Melly tengah di interogasi oleh Monica. Wanita berusia 50 tahun itu teramat syok. Ia tidak menyangka anak laki-laki bisa berbuat dibatas kewajaran."Harusnya kamu bilang ke ibu, jika kamu ingin secepatnya menikah. Enggak harus kaya gini," tutur Monica dengan tenang. Ia sudah bisa mengontrol diri. "Tidak Bu! Rendy sama sekali tidak ingin secepatnya menikah. Rendy hanya....""Rendy memaksa, Bu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih malam itu Rendy mabuk. Ibu tahu sendirikan bagaimana sikap orang yang sedang mabuk? Sekeras apa pun aku menghindar tenagaku kalah kuat. Meskipun aku memang menginginkan Rendy, tapi aku tidak segila itu berani menyerahkan kehormatanku.'' Melly sengaja berkata seperti itu untuk menarik simpati dari Monica hingga Monica mendukung dirinya untuk dinikahi oleh Rendy.Kenyataannya, ia memang tidak bisa menghindari pesona Rendy. Ia terbawa suasana hingga dengan sukarela menyerahkan apa yang selama ini ia jaga."Kau mabuk, Ren?" Tanya Monica, ia tid
"Uuh,"Rendy melenguh, tak lupa ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut itu. Sepertinya efek minum minuman beralkohol membuat kepalanya sakit. Saat ia berusaha untuk bangun, ia mulai menyadari sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang menindih tubuhnya. Lalu ia arahkan pandangannya ke arah perutnya. Dan apa yang terjadi? Rendy langsung menutup mulutnya ia hampir berteriak karena terkejut. Ia tak percaya kenapa ia berada di atas ranjang yang sama bersama Melly. Terlebih melihat posisi Melly yang tidur di atas dadanya. Lebih membingungkan lagi, saat ia mendapati dirinya tak berpakaian begitu juga dengan Melly."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak ingat apapun?" Batin Rendy, ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi.Ia berusaha untuk mengingat kembali, apa yang terjadi hingga ia bisa berakhir di atas ranjang bersama Melly. Terakhir yang ia ingat adalah saat ia harus meminum sebotol minuman keras demi menyelamatkan Melly. Lalu setelah itu memorinya sekilas terputar saat dirinya
Satu botol minuman keras sudah habis ditenggak oleh Rendy. Sedangkan kedua pria mabuk itu tersenyum lepas seraya melepaskan cekalan ditangan Melly.Mereka mendorong Melly ke arah Rendy dan dengan sigap Rendy memegangi tubuh Melly agar tidak terjatuh."Nih! kami percaya.Sekarang aku kembalikan padamu dan selamat menikmati malam panas bersama," ucap salah satu dari mereka berdua.Melly Paham maksud pria itu. Karena ia tidaklah terlalu bodoh dalam urusan tersebut. Selepas kepergian mereka, Melly langsung menoleh pada Rendy yang sudah mulai kehilangan setengah kesadarannya. "Kenapa kamu lakuin ini? Padahal kamu tinggal pergi gak usah pedulikan aku. Aku gak tega melihat kamu seperti ini." Ucap Melly ia terisak-isak."Berhenti menangis! Dan jangan terlalu percaya diri, aku menolongmu bukan karena aku peduli apa lagi memaafkan kamu. Tapi karena aku sangat menghargai wanita. Jikapun wanita yang mereka ganggu bukanlah Kamu, aku pun akan melakukan hal sama," ucap Rendy, di tengah usahanya unt
Melly tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan berjuang sekali lagi untuk mengambil hati Rendy. Mungkin dulu perjuangannya kurang maksimal. Karena ia hanya bisa sebatas menatap dari kejauhan. Tapi sekarang, ia akan terus hadir dihadapan Rendy. Sampai Rendy merasa ketulusannya, merasakan cintanya dan merasakan perjuangannya untuk mengambil hatinya.Sejak kejadian di toko ayu malam itu. Melly terus saja mengikuti Rendy. Bahkan malam ini ia terkejut saat mengikuti Rendy tapi Rendy malah masuk ke klub malam. Tentunya membuat Melly takut. Karena sebelumnya Rendy tidak pernah menginjakkan kakinya ke tempat buruk itu.Untuk saat ini, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk masuk. Ia takut jika masuk seorang diri meskipun di sana ada Rendy. Selama kurang lebih satu jam lamanya ia menunggu. Rendy masih tidak terlihat, belum ada tanda-tanda Rendy akan pulang. Melly semakin khawatir, ia takut terjadi sesuatu di sana mengingat ini adalah kali pertama Rendy mengunjungi tempat terlaknat sep