Home / Lain / Talak Aku, Mas! / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Talak Aku, Mas!: Chapter 21 - Chapter 30

131 Chapters

Bantuan Marvel

Sekitar pukul 12.00 siang Ibu dan Ayah Mertuaku sampai, mereka pun tak kalah terkejutnya seperti aku. melihat keadaan mas Raka yang luar biasa pangling. tulang pipinya terlihat, tulang tangannya terlihat bahkan tulang selangkanya pun terlihat begitu dengan jelas. benar-benar bagaikan tulang terbungkus kulit benar adanya."Kenapa kamu bisa seperti ini? Ibu menangis tak tega melihat mas Raka dengan keadaan yang sangat tragis." Maafkan aku Bu, Pak," ucap Mas Raka dengan lirihnya"Kenapa kamu lakuin ini sama ibu sama bapak? Apa kamu sudah tidak menganggap Ibu sama bapak orang tuamu lagi, sampai kamu tega menyembunyikan penyakitmu ini? Ibu sama bapak khawatir sama kamu. satu bulan menghilang lalu tiba-tiba kamu jadi seperti ini? hati ibu sakit melihat kamu seperti ini. ibu merasa orang jadi tua yang bodoh, yang gagal yang membiarkan anaknya seorang diri melawan penyakit yang mematikan ini." terang ibu mertuaku."Ibu sama bapak Jangan menyalahkan diri sendiri , ini murni kesalahan Raka. Ra
Read more

Harapan Hidup Kecil

"Keluarga bapak Raka, keluarga bapak Raka," suara panggilan itu membuat aku langsung tetlonjak dan berdiri dari tempat dudukku. Seorang perawat dengan wajah ramahnya tiba-tiba keluar dari ruangan Mas Raka.Aku, mertua, Najma serta Marvel langsung saja mendekat."Iya, kami keluarganya," timpalku."Bapak Raka ingin bertemu dengan Nyonya Ayu. Adakah di sini," tutur perawat itu."Saya, sus," aku berucap."Silakan Masuk! Bapak Raka ingin bertemu."Tanpa banyak bicara, aku pun ikut masuk bersama perawat. Di sana aku melihat mas Raka terbaring dengan selang infus di tangan serta alat bantu pernapasan.Aku sedikit lega, setidaknya mas Raka bisa ditangani dengan tepat. Dan proses penyembuhan bisa berjalan dengan baik."Mas," panggilku seraya menarik kursi lalu duduk di samping bangsal.Mas Raka yang terlihat lemah itu menoleh padaku. "Ayu," panggilnya dengan lirih."Bagaimana keadaannya, Mas setelah ditangani dokter?" Tanyaku."Sama saja, tidak ada perubahan sedikit pun." Jawabnya aku bisa me
Read more

KEPERGIAN MAS RAKA

Langkahku gontai, jujur mendengar penjelasan dokter membuat aku takut. Bagaimana jika memang takdir berkata lain? Jika keadaan mas Raka memang sekritis ini. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana Najma menghadapi kenyataan ini."Mama, mama!"Aku tersadar dari lamunanku saat indra pendengaranku mendengar Najma memanggilku. Serta menarik lenganku."Mama, mama,"lagi Najma memanggilku."Ada apa, Sayang," ucapku dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Ayah, ayah, Ma," Najma terbata-bata.Aku mencoba untuk menenangkan Najma, tebakanku sepertinya ia berlari mencari ku hingga napasnya tersengal-sengal."Tenang, ya. Bicaranya pelan-pelan. Kenapa dengan ayah?" tanyaku.Najma mulai berlinang air mata, ini sukses membuat perasaanku semakin tak karuan."Ayah, Ma, Ayah," ujarnya lagi kini ia mulai terisak."Kenapa? ayah kenapa?""Tubuh ayah kejang-kejang, Ma. Najma takut," terang Najma ia sampai memelukku..Di ruangan itu memang hanya ada Najma, sebab Ibu dan ayah mas Raka pamit pulang untuk membawa baj
Read more

KEPERGIAN MAS RAKA (2)

Berita buruk ini sama sekali tidak ingin aku dengar, kenapa dia tega meninggalkan Najma? katanya dia mau bertahan? Lalu ini apa? Dia bahkan pergi di saat kami tidak ada di sampingnya. Setidaknya jika memang dia ingin pergi bisakan pamit? Bisakan memberikan kata-kata untuk menenangkan Najma? Bisakan menungguku sampai kembali?Oh Tuhan! Maaf. Aku tahu kematian memang tidak bisa diprediksi. Tapi kenapa dia harus Kau ambil dengan cara seperti ini? Kenapa?"Mama, mama, ayah kenapa, Ma? kenapa kalian menangis? melihat kalian menangis Najma ikut sedih," ucap Najma dengan polos.Aku tidak bisa berkata apapun selain menangis dan mengeratkan pelukanku. Sementara itu, Ibu mertuaku terus menangis histeris seraya memanggil nama Mas Raka."Raka, bangun, Nak! Ibu sama bapak sudah kembali, ayo kita makan bersama. Katanya mau ibu suapi, ayo bangun!"Ibu histeris seraya mengulang terus perkataannya. Bapak mencoba untuk menenangkan Ibu untuk kesekian kalinya. Aku tahu bagaimana perasaan ibu, ditinggal p
Read more

KEBAHAGIAAN NAJMA

usai pemakaman, Najma terus saja berada di pangkuanku, dia tidak mau lepas hingga membuat aku pun tidak bisa melakukan apapun selain duduk.mungkin merasa kasihan melihatku membuat Marvel mendekat, lalu berinisiatif untuk mengambil alih memangku Najma..Aku kira Najma akan menolak. Namun di luar dugaanku, Najma dengan senang hati pindah duduk menjadi di pangkuan Marvel.Sejak awal Najma dan Marvel memang sudah dekat, kedekatan mereka bahkan terlihat seperti seorang anak dan ayah. sehingga Najma dengan mudahnya dibujuk oleh Marvel."Kenapa peri kecilku ini murung?" tanya Marvel pada Najma l, saat anakku sudah beralih tempat duduknya menjadi di pangkuan Marvel.gadis kecilku itu melirik pada Marvel, wajahnya begitu terlihat bersedih. "Aku sedih Om, karena Najma nggak bisa ketemu ayah lagi. Padahal Najma senang banget Ayah dekat sama Najma. Tapi sekarang nggak bisa lagi deket sama ayah," terang Najma anakku dengan lemah dan polosnya.Marvel membenarkan posisi duduk Najma, yang awalnya a
Read more

KEBAHAGIAAN NAJMA (2)

Aku kembali menoleh pada ibu mas Raka, aku ingin memastikan apa yang aku dengar tidaklah salah. Jika tadi ibu membahas mengenai Marvel."Ini serius, ibu rasa dia tulus. Dia bisa menggantikan ayahnya. Apa lagi ibu tahu sewaktu Raka hidup dia tidak pernah dekat dengan Najma. Jadi, tidak salahnya bukan mencari ayah untuk Najma, untuk kebahagiaan dirinya." tutur Ibu.Aku tidak tahu arti perkataan ibu, kenapa di hari pertama pemakaman Mas Raka malah membahas masalah ini."Kenapa ibu malah bahas masalah ini? Rasanya ini tidak benar. Ini hari pemakaman....""Tapi kamu sudah bukan siapa-siapa lagi, kamu bukan lagi istri Raka. Kalian sudah resmi berpisah dua bulan lalu," sela ibu. "Tidak masalah jika ibu bahasa masalah ini. ibu tidak marah, tidak tersinggung pula. Justru ini adalah permintaan Raka. Raka ingin kamu dan Najma hidup bahagia. Kebahagiaan yang belum pernah dia berikan untuk kalian. Raka ingin kamu memiliki keluarga yang utuh dan bahagia. Dan dia melihat Marvel begitu tulus, dia me
Read more

PINDAH

Hari-hari selepas kepergian Mas Raka tidak ada yang berubah. Mungkin karena aku sudah terbiasa hidup tanpa Mas Raka membuat aku tidak merasa kehilangan Mas Raka. Namun, tidak dengan Najma. Anak gadisku itu selalu duduk melamun di dekat jendela kamarnya. Dengan tangan yang memegangi pigura foto ayahnya.Aku menghampiri Najma, aku memeluk anak gadisku dari belakang. Mungkin karena kaget ia sampai terperanjat. "Mama," ujar Najma seraya menoleh sebentar ia lalu menyenderkan kepalanya ketubuhku."Kenapa melamun, Hem?" Tanyaku seraya mencium puncak kepala Najma."Semalam Najma mimpiin ayah. Ayah pakai baju serba putih," ucap Najma ia mulai bercerita. Aku mendengarkan dengan seksama cerita dari Najma. "Lalu?" Tanyaku."Lalu ayah memeluk Najma. Ayah bilang jangan cengeng Najma sama mama harus hidup bahagia," terang lagi Najma.Kupeluk erat tubuh Najma, aku kembali menciumi puncak kepala Najma. Apa mungkin saking rindunya almarhum ayahnya sampai terbawa mimpi. Aku maklumi karena kepergian a
Read more

TAK ADA KABAR

Aku mengantar ibu dan bapak ke terminal. Mereka benar-benar yakin ingin meninggalkan ibu kota ini. Mungkin memang benar kampung halaman lebih aman untuk mereka di masa tua seperti ini. Setidaknya di kampung solidaritas dan kerukunan tetangganya masih terjaga. Tidak seperti di kota, hidup masing-masing. "Ibu sama bapak pergi, ya. Jaga diri baik-baik," ujar Ibu sebelum mereka naik ke bus."Ibu sama bapak yang harusnya jaga diri, ibu sama bapak gak boleh sakit, terus hubungi Ayu, ya," tuturku membenarkan perkataan ibu. Jika aku tidak perlu mereka khawatirkan karena aku bisa jaga diri sendiri."Jangan khawatirkan kami," balas ibu."Iya, ibu benar kami tidak perlu di khawatirkan. Yang terpenting itu kalian, tetap bahagia kami harap kebahagiaan selalu menyertai kalian," ucap bapak, ia menyentuh pipiku lalu menyentuh pipi Najma.Aku merasa tengah diperhatikan dan dikhawatirkan oleh orang tuaku sendiri. Rasanya ku tidak rela jika mereka memutuskan untuk pergi. Namun, aku tidak bisa memaksa k
Read more

Tetangga Lacnat

"Ini uangnya delapan puluh dua juta saya serahkan sama Anda," Aku meraih amplop berwarna cokelat itu dari tangan orang yang membeli rumahku. Alhamdulillah , mungkin karena rezeki anakku hingga rumah ini terjual dengan mudah.Bahkan orang yang membeli rumahku ini sangat baik dan ramah."Terima kasih banyak, Bu. Semoga berkah. Jika ibu bukan usaha di sini saya jamin akan laku keras. Karena ini tempatnya strategis meskipun hanya ada di pinggiran kota,""Maka dari itu saya berani ambil rumah ini. Saya suka, tempatnya nyaman dan terawat. Meskipun kecil tapi saya berani beli mahal rumah ini. Cocok untuk masa tua saya nanti." Tutur Bu Rina orang yang telah membeli rumahku.Aku membenarkan ucapan Bu Rina, rumah ini memang sangat nyaman. Meski para tetangganya yang amat sangat tidak menyukai diriku. Toh tak penting, aku tidak peduli lagian aku tidak menyusahkan mereka."Andai suami saya tidak meninggal, rumah ini tidak akan pernah saya jual, Bu. Sayang banget. Ini pun terpaksa karena setelah s
Read more

Pamitan

sebenarnya aku belum punya tujuan akan pergi ke mana Aku masih mencari tempat yang benar-benar aman dan nyaman untuk aku dan Najma tinggali.namun meskipun demikian aku akan tetap membuat pernyataan Najwa pindah sekolah pada pihak sekolah hari ini tentunya lebih cepat itu lebih baik tiba di sekolah lupa-lubangnya Najma Tengah menunggu di depan pintu gerbang sekolah ia Tengah menungguku karena memang sebelumnya aku pernah mengatakan jika pulang sekolah aku akan menjemputnya.cuma melambaikan tangan disertai dengan senyum tulus, bahkan Najma kehendak berlari ke arahku tapi aku tahan dengan isyarat tangan. Agar Najma tetap diam di tempat.anak gadisku nurut ia memilih kembali dan diabetes tempat semula. "apa Mama lama?" tanya aku saat aku berhasil lari menyeberang dan berdiri di hadapan Najma."Enggak kok Najma baru aja bubar. Mama jemput Najma tanya ngaco mungkin ya keheranan karena kisah ku"Untuk apa mama mau ketemu bu Tina? " Tanya Najma anakku. Aku menoleh sekejap lalu kembali me
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status