Langkahku gontai, jujur mendengar penjelasan dokter membuat aku takut. Bagaimana jika memang takdir berkata lain? Jika keadaan mas Raka memang sekritis ini. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana Najma menghadapi kenyataan ini."Mama, mama!"Aku tersadar dari lamunanku saat indra pendengaranku mendengar Najma memanggilku. Serta menarik lenganku."Mama, mama,"lagi Najma memanggilku."Ada apa, Sayang," ucapku dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Ayah, ayah, Ma," Najma terbata-bata.Aku mencoba untuk menenangkan Najma, tebakanku sepertinya ia berlari mencari ku hingga napasnya tersengal-sengal."Tenang, ya. Bicaranya pelan-pelan. Kenapa dengan ayah?" tanyaku.Najma mulai berlinang air mata, ini sukses membuat perasaanku semakin tak karuan."Ayah, Ma, Ayah," ujarnya lagi kini ia mulai terisak."Kenapa? ayah kenapa?""Tubuh ayah kejang-kejang, Ma. Najma takut," terang Najma ia sampai memelukku..Di ruangan itu memang hanya ada Najma, sebab Ibu dan ayah mas Raka pamit pulang untuk membawa baj
Read more