"Ini uangnya delapan puluh dua juta saya serahkan sama Anda," Aku meraih amplop berwarna cokelat itu dari tangan orang yang membeli rumahku. Alhamdulillah , mungkin karena rezeki anakku hingga rumah ini terjual dengan mudah.Bahkan orang yang membeli rumahku ini sangat baik dan ramah."Terima kasih banyak, Bu. Semoga berkah. Jika ibu bukan usaha di sini saya jamin akan laku keras. Karena ini tempatnya strategis meskipun hanya ada di pinggiran kota,""Maka dari itu saya berani ambil rumah ini. Saya suka, tempatnya nyaman dan terawat. Meskipun kecil tapi saya berani beli mahal rumah ini. Cocok untuk masa tua saya nanti." Tutur Bu Rina orang yang telah membeli rumahku.Aku membenarkan ucapan Bu Rina, rumah ini memang sangat nyaman. Meski para tetangganya yang amat sangat tidak menyukai diriku. Toh tak penting, aku tidak peduli lagian aku tidak menyusahkan mereka."Andai suami saya tidak meninggal, rumah ini tidak akan pernah saya jual, Bu. Sayang banget. Ini pun terpaksa karena setelah s
sebenarnya aku belum punya tujuan akan pergi ke mana Aku masih mencari tempat yang benar-benar aman dan nyaman untuk aku dan Najma tinggali.namun meskipun demikian aku akan tetap membuat pernyataan Najwa pindah sekolah pada pihak sekolah hari ini tentunya lebih cepat itu lebih baik tiba di sekolah lupa-lubangnya Najma Tengah menunggu di depan pintu gerbang sekolah ia Tengah menungguku karena memang sebelumnya aku pernah mengatakan jika pulang sekolah aku akan menjemputnya.cuma melambaikan tangan disertai dengan senyum tulus, bahkan Najma kehendak berlari ke arahku tapi aku tahan dengan isyarat tangan. Agar Najma tetap diam di tempat.anak gadisku nurut ia memilih kembali dan diabetes tempat semula. "apa Mama lama?" tanya aku saat aku berhasil lari menyeberang dan berdiri di hadapan Najma."Enggak kok Najma baru aja bubar. Mama jemput Najma tanya ngaco mungkin ya keheranan karena kisah ku"Untuk apa mama mau ketemu bu Tina? " Tanya Najma anakku. Aku menoleh sekejap lalu kembali me
Aku memutuskan untuk pergi ke Bandung. Tanpa sepengetahuan Najma pula jauh-jauh hari aku sudah mencari kontrakan via online. Di jaman serba digital ini memang sangat memudahkan untuk melakukan segala sesuatu tanpa harus repot-repot ke sana kemari.Sekitaran empat jam perjalanan, akhirnya aku dan Najma sampai di Bandung. Lebih tepatnya di daerah Sukajadi. Kontrakan yang aku huni berada di dekat pusat perbelanjaan. Dan aku berencana akan membuka usaha kecil-kecilan di dekat sana. Untuk sementara aku memilih untuk mengontrak setelah dirasa usahanya berjalan dengan lancar, maka aku akan membeli rumah.Merencanakan memang mudah dan Aku harap saat memulai pun akan dipermudah. Dari mulai perizinan dan orang sana menerima."Najma bangun, sayang. Kita sudah sampai." Tuturku membangunkan Najma dengan sedikit menggoyahkan tubuhnya.Najma mulai terjaga, matanya mengerjap serta ia menggeliat. Najma terduduk, pandangannya ia pusatkan untuk melihat sekeliling."Kita di mana, Ma?" Tanya Najma dengan w
Aku kira karena Bandung termasuk kota, hidup bertetangga nya akan masing-masing.Namun aku salah, mereka justru begitu antusias saat tahu aku datang ke sini. Mereka senang atas kedatangan tetangga baru.Rupa-rupanya ternyata mereka bukanlah asli orang sini mereka semua sama sepertiku. Perantau. Setelah barang-barangku beres dirapikan. Lalu berpikir rencana apa yang akan aku lakukan ke depan. Langkah apa yang harus aku lakukan agar kehidupan ku jauh lebih baik. Karena aku punya Najma, masa depannya harus terjamin. Niat awal ingin berjualan, namun Aku bingung akan jualan apa? Bingung untuk memulai dari mana lebih dahulu. Memulai jualan pun perlu waktu dan tenaga. Oleh karena itu, sebelum niat berjualan terealisasikan, mungkin Untuk sementara waktu aku bisa bertahan hidup dengan uang hasil penjualan rumahku di Jakarta.Saat hendak merebahkan tubuhku, tiba-tiba Najma yang sedari tadi bermain berlari ke arahku. Aku yang merebahkan tubuh pun kembali terbangun."Ada apa? Kenapa lari-lari nan
"Maafkan mama, Nak,""Harusnya Najma yang meminta maaf. Maaf tidak mau mendengarkan kata-kata mama. Najma tahu apa yang Mama larang semata-mata demi kebaikanku," Tutur Najma dan sukses membuat aku semakin merasa menyesal. "Tidak sayang, kamu tidak salah apa-apa," aku mengurai pelukan. Lalu aku menyeka air mata Najma. "Mama yang terlalu takut, takut jika orang menyakitimu. Tapi tetap bicara dengan orang asing jangan pernah kamu lakukan ya," sambungku lagi.Najma mengangguk dan aku pun tersenyum. Tidak ada yang salah dengan laranganku, bukan? Anak berinteraksi dengan orang asing, orang yang baru ia temui itu memang tidak baik. karena kita tidak akan pernah tahu apa isi hati seseorang."kalau gitu, Najma mau kasih lagi bonekanya ke Om itu," tutur Najma.Aku diam, mana tega jika dia harus mengembalikan barang dari pria itu. Aku lihat Najma teramat suka."jangan dikembalikan, itu sudah jadi milik kamu. Tapi, lain kali jangan diterima."Najma kini tersenyum. "Baik, ma. Najma janji," ucap Na
Setelah penandatanganan berkas-berkas selesai, aku langsung saja mengusir pria itu. Enggak nyaman juga jika harus berduaan di satu ruangan yang sama dengan pria asing."Karena maksud dan tujuanmu sudah selesai, saya mohon Anda segera pergi dari sini. bukannya saya kurang ajar, saya tahu ini milik Anda tapi ini sudah saya sewa. Itu artinya ini sudah jadi hak saya dan saya keberatan jika Anda berdiam terlalu lama di sini," ucapku sebuah usiran halus."Sebentar lagi aku akan mau pulang. Tapi alangkah baiknya jika kita saling berkenalan bukan? setidaknya antara penyewa dan pemilik sewa itu harus saling kenal. Benarkan?" tanyanya dan aku langsung menolak keras. "Lah kenapa harus begitu? tidak ada aturannya meskipun kita tidak saling mengenal pun tidak masalah, karena kita tidak akan bertemu lagi," jawabku dengan nada sewot."Siapa bilang kita tidak akan bertemu lagi? aku setiap hari selalu memantau di sini. aku selalu mengunjungi setiap penyewa, mungkin di antara mereka ada yang mau berdis
POV Rendy.Hari ini adalah jadwal aku untuk berkunjung pada anak-anak di sekitaran tempat kontrakan milikku. Ya memang pekerjaanku seperti ini bukan orang kantoran atau pembisnis lainnya aku hanyalah seorang pria lajang yang memiliki kontrakan beberapa pintu. Serta memiliki beberapa unit gedung untuk aku sewakan.Mungkin orang yang belum mengenalku akan mengira aku hanyalah seorang pria pengangguran yang kerjaannya mondar-mandir tidak jelas, menghabiskan bensin dan menghabiskan uang milik orang tua. Untuk membeli bingkisan untuk anak-anak.Silakan saja nilai aku sesuka kalian. Dan dengan alasan ini pula kenapa aku masih saja melajang meskipun usia sudah cukup untuk menikah. Mencari pasangan bagiku tidaklah mudah, kadang aku sendiri bingung dengan jalan pikiranku. sebenarnya aku ingin mencari pasangan yang seperti apa? Yang baik kah? yang cantik kah? atau kaya raya? Jujur aku tidak bisa menjawabnya. Dari sekian banyak wanita yang mendekatiku, saat mereka bertanya apa pekerjaanku dan
Aku mendorongnya dengan cukup keras. Hingga aku bisa mendengar jelas suara rintihan dari mulut kedua wanita beda generasi itu.Aku yang khawatir langsung saja menghampiri mereka dan menanyakan keadaan mereka"Apa kalian tidak apa-apa? Kalau mau nyebrang hati-hati" ucapku dengan begitu cemas. Wanita itu langsung menatapku. Tapi tatapannya terlihat penuh kecurigaan. Ia bahkan langsung memegangi anak kecil di sampingnya yang aku pikir adalah anaknya. Karena aku mendengar anak kecil itu menyebutnya dengan sebutan mama.Aku bahkan melihat jika wanita itu langsung memeluk ke tasnya. Apa mungkin dia berpikir jika aku seorang penjahat? Apa iya wajahku terlihat seperti seorang penjahat? aku malah bertanya-tanya sendiri.Wanita itu langsung berdiri tak lupa Ia juga memegangi anakn"Kami tidak apa-apa, terima kasih sudah menolong kami. Lain kali kami akan jauh lebih hati-hati." tuturnya dengan ketus.Mereka langsung pergi, namun aku menahannya. Aku sudah bisa menebak jika mereka adalah pendatan
Ayu bicara seperti itu seraya tersenyum malu-malu. Sebab apa yang ia katakan memang benar adanya. Jika ia hanya mencintai Marvel dan sampai kapan pun akan Terus seperti itu. Sedangkan perasaanya pada Rendy, itu hanyalah sebatas suka karena kebaikannya dan ketulusannya pada Najma serta dirinya. Bukan suka karena perasaan cinta. Apa mungkin dia akan menyia-nyiakan orang sebaik Rendy? Terlebih saat itu posisi Najma membutuhkan sosok seperti Rendy. Rendy dan Marvel tidak jauh berbeda. mereka memiliki sifat lembut pada Najma m mereka pun sama-sama menyayangi Najma . Tidak percaya dengan ucap Ayu, membuat Marvel kembali menanyakan hal tersebut. "Apa? tadi kamu bicara apa?" tanya ulang Marvel. "Aku masih mencintaimu, dari dulu sampai sekarang." ucapan Ayu. satu fakta yang selama ini selalu ia sembunyikan. Ayu langsung menutup wajahnya saking malu. Kenapa bisa ia bilang seperti tadi? Ayu yakin Marvel langsung bertanya-tanya maksud ucapannya. mobil pun sengaja ia tepikan, ia ter
Dari sudut berbeda, sebenarnya Marvel pun melihat interaksi antara Ayu dan Rendy. Marvel terus memperhatikan Tanpa berkedip barang sedikitpun. Ia tidak ingin kehilangan pandangan interaksi Ayu dan Rendy. Marvel merasa jika Rendy sangat mencintai Ayu sampai sekarang. Cinta yang begitu tulus dan besar. ia seorang pria pun mampu untuk merasakannya. Sementara untuk Ayu, Marvel bingung arti dari tatapannya itu. Namun yang bisa ia tangkap jika pandangan ayu terlihat seperti seorang wanita yang meminta pada kekasihnya untuk melupakan semua kenangan di antara mereka. Melupakan cinta yang pernah ada dan melupakan apa pun yang berhubungan dengan keduanya. Lalu Marvel berpikir, apakah mungkin Ayu sempat menyukai Rendy? Andai ia tidak bertemu dengan Ayu mungkin selamanya ia tidak akan pernah sembuh. Dan ia tidak akan pernah bisa memiliki Ayu. Melihat ayu yang hendak berlalu, Marvel pun buru-buru pergi sebelum ia melihat dirinya dan ketahuan tengah menguping pembicaraan dengan Rendy. Ma
Setelah dua jam lamanya Ayu diintrogasi oleh keluarga Marvel, akhirnya kini ia bisa bebas. Ia senang pada akhirnya keluarga Marvel setuju dengan hubungan dirinya dengan Marvel. meskipun masih ada perasaan tidak rela di hati Maureen. Ayu tahu karena ia bisa melihat sendiri tatapan Maureen penuh ketidaksukaan. Ayu saat ini tengah berada di balkon, ia sedang menikmati kesendiriannya, sebab saat ini Marvel ingin diberi waktu untuk bicara dengan keluarganya saja. "Apa aku boleh di sini?" tiba-tiba suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Ayu tidak menjawab, ia malah mencengkeram pagar pembatas balkon. entahlah! ia masih merasa takut jika bertemu Rendy. Ia takut dituduh yang tidak-tidak. ia trauma dengan hal seperti itu. "Ayu...." panggil Rendy saat ayu tidak kunjung merespon ucapannya.. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu!" usir ayu tanpa sedikitpun melihat orangnya. Rendy tahu Ayu seperti ini karena dirinya, karena ia tidak percaya sepenuhnya. Andai waktu itu ia pe
Semua berkumpul di ruang tamu seusai acara akad pernikahan sederhana antara Rendi dan Melly. mereka saling pandang sebab dari setiap orang memiliki pertanyaan di benak mereka. Ayu yang bertanya-tanya kenapa bisa Rendy dan melly menikah, sedangkan yang ia tahu hubungan keduanya begitu sangat renggang bagaikan kucing dan tikus yang saling menjelekkan dan saling menghindari satu sama lain. Melly dan Rendy Yang bertanya-tanya kenapa Ayu bisa bersama dengan Marvel. kemudian Davin dan Mauren pun memiliki pertanyaan yang sama ditambah ke mana saja selama ini selama 8 bulan menghilang. Rendy yang sedari tadi terus saja menatap Ayu, sementara Ayu yang merasa ditatap hanya tertunduk dengan meremas jari jemarinya. hal yang tidak ingin Ia hadapi ini harus terjadi, ia harus bertemu dengan Rendy begitu cepat "Marvel bisa kamu jelaskan ke mana selama ini dan kenapa kamu bisa dengan wanita ini," ucap Maureen memecah keheningan dengan nada sedikit sinis ketika mengucapkan kata wanita ini. "Dia
ayu sudah siap, begitu juga dengan MArvel. sementara najma ia sengaja tidak membawa anak gadisnya itu, ia menitipkan najma pada bu widya, najam lebih anteng jika bersama cicit bu widya. untuk bertemu orang tua Marvel mereka memesan taksi. dikarenakan untuk saat ini marvel tidak memiliki apa-apa. harta bendanya ada di jakarta, sedangkan dompet miliknya yang berisi kartu kredit dan debit hilang saat ia di rampok. sepanjang perjalanan, ayu terus mersa cemas. dalam pikirannya terus terpikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Rendy? apa yang akan dia lakukan? meskipun benar kota cimahi itu luas barang kali orang tua marvel berada di tempat yang jauh dari Rendy. Marvel yang melihat ayu terus gelisah, berusaha untuk menenangkan, memberikan support system. Marvel meraih tangan ayu lalu menggenggamnya dengan sangat erat, "Tenang! jangan khawatir, percayalah kedua orangtuaku sangat bijak, mereka tidak akan membuat kamu merasa canggung." "Tapi,,,," "percayalah sama aku." Ayu mengang
Kini Rendy dan Melly tengah di interogasi oleh Monica. Wanita berusia 50 tahun itu teramat syok. Ia tidak menyangka anak laki-laki bisa berbuat dibatas kewajaran."Harusnya kamu bilang ke ibu, jika kamu ingin secepatnya menikah. Enggak harus kaya gini," tutur Monica dengan tenang. Ia sudah bisa mengontrol diri. "Tidak Bu! Rendy sama sekali tidak ingin secepatnya menikah. Rendy hanya....""Rendy memaksa, Bu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih malam itu Rendy mabuk. Ibu tahu sendirikan bagaimana sikap orang yang sedang mabuk? Sekeras apa pun aku menghindar tenagaku kalah kuat. Meskipun aku memang menginginkan Rendy, tapi aku tidak segila itu berani menyerahkan kehormatanku.'' Melly sengaja berkata seperti itu untuk menarik simpati dari Monica hingga Monica mendukung dirinya untuk dinikahi oleh Rendy.Kenyataannya, ia memang tidak bisa menghindari pesona Rendy. Ia terbawa suasana hingga dengan sukarela menyerahkan apa yang selama ini ia jaga."Kau mabuk, Ren?" Tanya Monica, ia tid
"Uuh,"Rendy melenguh, tak lupa ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut itu. Sepertinya efek minum minuman beralkohol membuat kepalanya sakit. Saat ia berusaha untuk bangun, ia mulai menyadari sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang menindih tubuhnya. Lalu ia arahkan pandangannya ke arah perutnya. Dan apa yang terjadi? Rendy langsung menutup mulutnya ia hampir berteriak karena terkejut. Ia tak percaya kenapa ia berada di atas ranjang yang sama bersama Melly. Terlebih melihat posisi Melly yang tidur di atas dadanya. Lebih membingungkan lagi, saat ia mendapati dirinya tak berpakaian begitu juga dengan Melly."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak ingat apapun?" Batin Rendy, ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi.Ia berusaha untuk mengingat kembali, apa yang terjadi hingga ia bisa berakhir di atas ranjang bersama Melly. Terakhir yang ia ingat adalah saat ia harus meminum sebotol minuman keras demi menyelamatkan Melly. Lalu setelah itu memorinya sekilas terputar saat dirinya
Satu botol minuman keras sudah habis ditenggak oleh Rendy. Sedangkan kedua pria mabuk itu tersenyum lepas seraya melepaskan cekalan ditangan Melly.Mereka mendorong Melly ke arah Rendy dan dengan sigap Rendy memegangi tubuh Melly agar tidak terjatuh."Nih! kami percaya.Sekarang aku kembalikan padamu dan selamat menikmati malam panas bersama," ucap salah satu dari mereka berdua.Melly Paham maksud pria itu. Karena ia tidaklah terlalu bodoh dalam urusan tersebut. Selepas kepergian mereka, Melly langsung menoleh pada Rendy yang sudah mulai kehilangan setengah kesadarannya. "Kenapa kamu lakuin ini? Padahal kamu tinggal pergi gak usah pedulikan aku. Aku gak tega melihat kamu seperti ini." Ucap Melly ia terisak-isak."Berhenti menangis! Dan jangan terlalu percaya diri, aku menolongmu bukan karena aku peduli apa lagi memaafkan kamu. Tapi karena aku sangat menghargai wanita. Jikapun wanita yang mereka ganggu bukanlah Kamu, aku pun akan melakukan hal sama," ucap Rendy, di tengah usahanya unt
Melly tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan berjuang sekali lagi untuk mengambil hati Rendy. Mungkin dulu perjuangannya kurang maksimal. Karena ia hanya bisa sebatas menatap dari kejauhan. Tapi sekarang, ia akan terus hadir dihadapan Rendy. Sampai Rendy merasa ketulusannya, merasakan cintanya dan merasakan perjuangannya untuk mengambil hatinya.Sejak kejadian di toko ayu malam itu. Melly terus saja mengikuti Rendy. Bahkan malam ini ia terkejut saat mengikuti Rendy tapi Rendy malah masuk ke klub malam. Tentunya membuat Melly takut. Karena sebelumnya Rendy tidak pernah menginjakkan kakinya ke tempat buruk itu.Untuk saat ini, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk masuk. Ia takut jika masuk seorang diri meskipun di sana ada Rendy. Selama kurang lebih satu jam lamanya ia menunggu. Rendy masih tidak terlihat, belum ada tanda-tanda Rendy akan pulang. Melly semakin khawatir, ia takut terjadi sesuatu di sana mengingat ini adalah kali pertama Rendy mengunjungi tempat terlaknat sep