Semua Bab Panglima Tempur Terbaik: Bab 571 - Bab 580

726 Bab

571 Kerja Keras

Ken baru saja memberikan beberapa masukan di pasar saham kepada Lidya, dengan berperan sebagai Master Wing. Tapi, baru saja dia hendak memberikan masukan tambahan, Burhan, sang kepala cleaning service sudah datang bersama Rudy, staf dari bagian umum untuk mengawasi kinerja Ken setiap menit.“Hah? Kenapa begini?” tanya Ken. Biasanya Ken memang hanya diawasi oleh Burhan. Itupun Ken hanya diawasi kinerjanya sekali-kali. Saat sudah mendekati makan siang ataupun mendekati jam pulang kantor, karena itu, Ken sangat bingung dengan perubahan ini.“Ini adalah perintah dari Direktur Umum, Ken. Kami berdua hanya menjalankan tugas aja,” bisik Burhan.Ken terpaksa pasrah. Tapi sekarang dia menjadi bingung cara untuk menganalisa pasar saham dan memberikan saran-saran bagi Lidya karena setelah itu, Ken betul-betul diawasi dengan ketat oleh Burhan dan Rudy. Mereka berdua hanya duduk dari dua sisi, khusus untuk mengawasi Ken dan setiap kali Ken berusaha untuk mengeluarkan handphone, maka,mereka berdua
Baca selengkapnya

572 Siasat Graham

Ken sempat panas saat melihat pemandangan itu, apalagi karena pria bule itu tampak mendekatkan wajahnya ke wajah Lidya dan tidak terlihat Lidya menghindar. Bahkan, Lidya nampak memeluk tubuh pria bule itu.Ken tidak bisa lagi melihat pemandangan itu, sehingga Ken langsung membalikkan tubuhnya dan menjauh dari posisinya sebelumnya.Ken mengambil tongkat pel-nya untuk mengepel di tempat yang berada 20 meter dari Lidya berjakan tadi.“Hmmmph … pantas saja dia tidak membalas email-ku. Padahal, aku korbankan jam makan siangku untuk berhubungan dengannya lewat email. Huft.” Ken bertindak agresif. Dia menggerakkan tongkat pel-nya dengan cepat untuk membersihkan tempat ini.Seseorang tampak memperhatikan tingkah laku Ken dari jarak 5 meter. Dia bahkan mengabadikan apa yang sedang dilakukan Ken dan juga ekspresi wajah Ken yang sedang sedih dan setengah mengamuk dalam bekerja itu dengan melakukan perekaman video.Setelah itu, orang ini tertawa licik dan mengirim video ini ke nomor WA Graham.Di
Baca selengkapnya

573 Cemburu

Bayangan Lidya memeluk tubuh pria bule tadi, masih mengganggu pikiran Ken sehingga dia tidak bisa bekerja dengan baik. Namun akhirnya Ken berusaha untuk menenangkan hatinya. “Aku tidak boleh curiga berlebihan pada Lidya. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa dijelaskan sehingga Lidya memluk pria itu.”“Tapi apa? Pemandangan tadi terlihat dengan sangat jelas. Pria bule tadi terlihat menyandarkan kepalanya ke bahu Lidya. Harusnya Lidya menolak, tapi, kenapa Lidya malah memeluknya? Penjelasan apa dengan keadaan sejelas itu?” batin Ken lagi.Ken menengadahkan wajahnya ke langit-langit ruangan. “Apakah untuk ketiga kalinya aku kembali mendapatkan situasi seperti itu, dimana gadis yang aku cintai, ternyata ada main di belakang dengan pacar mereka. Ugh … apakah pria bule itu adalah pacarnya Lidya?”Ken kembali bekerja karena Rudy terlihat melotot ke arah Ken. Hati Ken tidak tenang tapi, setelah Ken teringat akan kebersamaan dia dengan Lidya beberapa hari ini, pembelaan Lidya untuk Ken dan pener
Baca selengkapnya

574 Suara Desahan

“Apa lagi, hah?!” Romel melotot ke arah Ken.“Baiklah. Aku tidak jadi minta ijin.” Ken akhirnya mengalah. Dia belum siap untuk kehilangan tempat bagi dia untuk menguji cinta Lidya.Romel menatap Ken dan membatin. “Apapun keputusan yang kamu ambil, aku dan Graham pasti akan menemukan cara untuk memisahakan kamu dengan Lidya. Karena aku tidak sudi memiliki mantu orang miskin sepertimu!”Ken langsung mohon diri dan keluar dari ruangan HRD. Langkahnya terus diikuti oleh Burhan. Ken berusaha menyelesaikan tugasnya hari ini karena dia kembali diawasi oleh Burhan dan Rudy.Ken berusaha fokus bekerja dan memilih untuk tenang. Dia berniat untuk bertanya tentang pelukan Lidya pada pria bule itu, sesudah usai jam kerja.**Di tempat lain, seusai jam kerja, Lidya terduduk lesu. Semua keputusan yang dia buat hari ini, baik itu pembelian saham maupun penjualan saham gorenhan atau saham Blue Chip yang selalu bergerak harganya di pasar saham, ternyata semuanya merugikan bagi Lidya dan timnya.Lidya m
Baca selengkapnya

575 Tidak Percaya tapi Nyata

Ada suara desahan lelaki dan perempuan yang dari suaranya, jaraknya tampak tidak terlalu jauh dari pintu masuk ruangan presiden direktur itu.Suara desahan yang bersahutan itu, terdengar seperti ada dua orang, laki-laki dan perempuan yang sedang bercumbu, memadu kasih, tidak jauh dari pintu masuk ruangan presiden direktur ini.Ken terdiam kaku saat mendengar suara desahan panas antara dua orang di dalam sana. Ken masih sempat mendengar pembicaraan antara dua gadis tadi yang walaupun sudah meninggalkan posisi mereka sebelumnya di depan ruangan presiden direktur, tapi, posisi dua gadis itu masih berada di depan Ken beberapa meter.“Hot banget di dalam sana. Aduh. Sampai meriang aku dengarnya,” kata si gadis pertama.“Aku juga. Jadi kepengen bermesraan setelah mendengar itu. Ih,” timpal gadis kedua.“Tapi, kasihan juga sih si cleaning service.” gadis pertama menoleh ke belakang ke arah Ken.“Iya juga, sih. Tapi, mana bisa sih cleaning service bersaing dengan bos besar. Levelnya beda jauh
Baca selengkapnya

576 Kejadian yang Sebenarnya

Ken melangkah pergi dengan langkah gontai. Dia langsung menuju ke arah lift. Dia ingin pergi. Dia ingin meninggalkan semuanya.Usahanya selama setahun ini untuk mencari seorang gadis yang mencintai dia apa adanya kembali gagal. Ken kembali menemukan pengkhianatan seperti yang dilakukan Clarissa dan Vivian.Walaupun kali ini, tidak ada materi milik Ken yang hilang, tapi, kerugiannya jauh lebih lebih dalam bagi hati Ken karena Ken sangat mencintai Lidya, lebih dari yang pernah dia rasakan pada Clarissa dan Vivian dulu.Saat Ken pergi, Ken tidak tahu kalau handphone milik Ken tadi, telah diambil Heri. Heri sangat gembira atas temuannya ini. Karena handphone di tangannya ini bisa jadi sarana yang tepat untuk semakin memisahkan Ken, pria yang dia benci itu dengan Lidya.Karena itu, Heri segera melaporkan temuannya ini kepada Graham. Graham meminta Heri bersiap untuk menggunakan handphone milik Ken itu dalam rangka usaha Graham untuk memfitnah Ken. Heri langsung mengangguk-angguk dan berjan
Baca selengkapnya

577 Pamit

Tapi beda dengan sebelumnya, kali ini Graham tidak berekspresi seperti sebelumnya. Graham tidak membalas cumbuan-cumbuan yang dilakukan Felmi, malah Graham langsung menepis tangan Felmi yang hendak memegang juniornya."Kenapa?" bisik Felmi tidak puas."Tadi itu cuma sandiwara. Sekarang sandiwara sudah selesai," kata Graham sambil celingukan ke arah dalam dan dia merasa tenang karena keadaan masih sama di ujung sana, baik Lidya maupun Ivone, tidak terlihat di sana."Tapi aku masih mau, please," kata Felmi sambil terus berusaha menyentuh juniornya Graham.Graham menjadi marah, dia memegang tangan Felmy dan berkata, "di ujung ruangan itu, ada gadis yang aku sukai, jangan sampai hal ini akan membuat dia tidak menyukaiku jadi jangan berharap lebih dari diriku, yang tadi itu cuma sandiwara!" tegas Graham sambil mendelik.Felmy langsung terdiam. Sekarang dia baru mengerti kalau ajakan Graham tadi ternyata cuma sebuah sandiwara untuk membuat cemburu salah satu diantara dua wanita yang berada
Baca selengkapnya

578 Ingin Curhat

Sesaat setelah Ken duduk di mobil di samping Andreas, Andreas segera bertanya, “tuan muda, kenapa tidak menelponku? Biasanya tuan muda selalu menelpon kalau mau pulang.”Ken meraba saku bajunya. “Handphoneku tidak ada. Nampaknya jatuh.”“Jatuh dimana, tuan muda? Biar aku suruh Silvia atau Mathias mencarinya. Nampaknya mereka masih di atas.”“Tidak usah. Aku tidak memerlukan handphone itu lagi. Kamu cukup beritahu Silvia dan Mathias untuk langsung ke bandara.”“Langsung ke bandara? Buat apa, tuan muda?”“Kita ke Hongkong. Malam ini juga. Jet pribadiku masih parkir di bandara, kan?”“Iya, tuan muda. Tapi, kenapa begitu mendadak?”“Tidak mendadak karena ini seharusnya aku lakukan sejak lama. Aku harusnya sudah berada di Hongkong untuk mengamankan posisi Presiden Direktur, jangan sampai jatuh ke tangan Paman keduaku yang penjudi itu. Diamond Grup pasti akan hancur kalau dipegang paman kedua yang tidak tahu bisnis dan pasti akan membiarkan kendali Diamond Grup pada orang-orangnya yang akan
Baca selengkapnya

579 Cinta Seharga 30 Miliar

Untuk beberapa saat, tidak ada yang mengangkat panggilan telpon yang dilakukan Ken ini, hingga akhirnya, Lidya girang karena terdengar jawaban dari sana.“Halo, Ken. Kamu dimana? Aku ingin ketemu …” Lidya terdiam lagi karena tidak ada jawaban dari ujung sana. Tidak ada suara Ken di sana.Lidya bahkan sempat menjauhkan handphone dari pipinya untuk melihat ke arah layar untuk memastikan kalau kontak yang dia telpon sudah benar.Lidya kembali mendekatkan handphone-nya ke telinganya dan terdengar suara sayup-sayup seperti suara orang sedang mendesah. Lidya fokus untuk mendengar suara-suara di ujung sana dan dia semakin kaget saat mendengar suara desahan wanita.Sebelumnya hanya ada suara desahan lelaki tapi kini, ternyata ada suara wanita di ujung sana. Ini membuat Lidya langsung menutup telpon dan melangkah ke arah luar ruangan Tim Alpha ini.Saat Lidya keluar ruangan, Edmund dan wanita muda yang berada di sampingnya, langsung tertawa terbahak-bahak karena sejak tadi mereka harus menahan
Baca selengkapnya

580 Ken Tidak Mungkin Begitu

Ke lantai satu. Lidya yakin kalau Graham akan mencarinya di lantai basement karena mobil milik Lidya selalu diparkir di basement, karena itu, Lidya tidak menuju ke lantai basement seperti tujuan awalnya.Lidya memilih untuk menekan tombol satu ke lantai satu. Lidya berencana meninggalkan mobilnya di situ. Lidya lebih memilih naik taksi daripada harus bersama Graham. Walaupun hubungan Lidya dengan Ken sedang bermasalah, tapi, Lidya tidak mau menambah masalah.Bagi Lidya saat ini, menjauhi makhluk cowok itu adalah keharusan. Apalagi cowok yang sudah nyata-nyata ,menyukai dirinya seperti Graham itu.Begitu pintu lift di lantai satu terbuka, Lidya bergegas keluar dari lift untuk langsung menuju ke arah pintu keluar. Sambil berjalan cepat, Lidya berusaha memesan taksi online lewat handphone-nya.Setelah keluar dari pintu keluar utama Mulia Investment, Lidya tidak menghentikan langkahnya, Lidya tidak mau berhenti di depan pintu tapi memilih untuk berlari ke pintu kantor yang sebelah kanan,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5657585960
...
73
DMCA.com Protection Status