Ada suara desahan lelaki dan perempuan yang dari suaranya, jaraknya tampak tidak terlalu jauh dari pintu masuk ruangan presiden direktur itu.Suara desahan yang bersahutan itu, terdengar seperti ada dua orang, laki-laki dan perempuan yang sedang bercumbu, memadu kasih, tidak jauh dari pintu masuk ruangan presiden direktur ini.Ken terdiam kaku saat mendengar suara desahan panas antara dua orang di dalam sana. Ken masih sempat mendengar pembicaraan antara dua gadis tadi yang walaupun sudah meninggalkan posisi mereka sebelumnya di depan ruangan presiden direktur, tapi, posisi dua gadis itu masih berada di depan Ken beberapa meter.“Hot banget di dalam sana. Aduh. Sampai meriang aku dengarnya,” kata si gadis pertama.“Aku juga. Jadi kepengen bermesraan setelah mendengar itu. Ih,” timpal gadis kedua.“Tapi, kasihan juga sih si cleaning service.” gadis pertama menoleh ke belakang ke arah Ken.“Iya juga, sih. Tapi, mana bisa sih cleaning service bersaing dengan bos besar. Levelnya beda jauh
Ken melangkah pergi dengan langkah gontai. Dia langsung menuju ke arah lift. Dia ingin pergi. Dia ingin meninggalkan semuanya.Usahanya selama setahun ini untuk mencari seorang gadis yang mencintai dia apa adanya kembali gagal. Ken kembali menemukan pengkhianatan seperti yang dilakukan Clarissa dan Vivian.Walaupun kali ini, tidak ada materi milik Ken yang hilang, tapi, kerugiannya jauh lebih lebih dalam bagi hati Ken karena Ken sangat mencintai Lidya, lebih dari yang pernah dia rasakan pada Clarissa dan Vivian dulu.Saat Ken pergi, Ken tidak tahu kalau handphone milik Ken tadi, telah diambil Heri. Heri sangat gembira atas temuannya ini. Karena handphone di tangannya ini bisa jadi sarana yang tepat untuk semakin memisahkan Ken, pria yang dia benci itu dengan Lidya.Karena itu, Heri segera melaporkan temuannya ini kepada Graham. Graham meminta Heri bersiap untuk menggunakan handphone milik Ken itu dalam rangka usaha Graham untuk memfitnah Ken. Heri langsung mengangguk-angguk dan berjan
Tapi beda dengan sebelumnya, kali ini Graham tidak berekspresi seperti sebelumnya. Graham tidak membalas cumbuan-cumbuan yang dilakukan Felmi, malah Graham langsung menepis tangan Felmi yang hendak memegang juniornya."Kenapa?" bisik Felmi tidak puas."Tadi itu cuma sandiwara. Sekarang sandiwara sudah selesai," kata Graham sambil celingukan ke arah dalam dan dia merasa tenang karena keadaan masih sama di ujung sana, baik Lidya maupun Ivone, tidak terlihat di sana."Tapi aku masih mau, please," kata Felmi sambil terus berusaha menyentuh juniornya Graham.Graham menjadi marah, dia memegang tangan Felmy dan berkata, "di ujung ruangan itu, ada gadis yang aku sukai, jangan sampai hal ini akan membuat dia tidak menyukaiku jadi jangan berharap lebih dari diriku, yang tadi itu cuma sandiwara!" tegas Graham sambil mendelik.Felmy langsung terdiam. Sekarang dia baru mengerti kalau ajakan Graham tadi ternyata cuma sebuah sandiwara untuk membuat cemburu salah satu diantara dua wanita yang berada
Sesaat setelah Ken duduk di mobil di samping Andreas, Andreas segera bertanya, “tuan muda, kenapa tidak menelponku? Biasanya tuan muda selalu menelpon kalau mau pulang.”Ken meraba saku bajunya. “Handphoneku tidak ada. Nampaknya jatuh.”“Jatuh dimana, tuan muda? Biar aku suruh Silvia atau Mathias mencarinya. Nampaknya mereka masih di atas.”“Tidak usah. Aku tidak memerlukan handphone itu lagi. Kamu cukup beritahu Silvia dan Mathias untuk langsung ke bandara.”“Langsung ke bandara? Buat apa, tuan muda?”“Kita ke Hongkong. Malam ini juga. Jet pribadiku masih parkir di bandara, kan?”“Iya, tuan muda. Tapi, kenapa begitu mendadak?”“Tidak mendadak karena ini seharusnya aku lakukan sejak lama. Aku harusnya sudah berada di Hongkong untuk mengamankan posisi Presiden Direktur, jangan sampai jatuh ke tangan Paman keduaku yang penjudi itu. Diamond Grup pasti akan hancur kalau dipegang paman kedua yang tidak tahu bisnis dan pasti akan membiarkan kendali Diamond Grup pada orang-orangnya yang akan
Untuk beberapa saat, tidak ada yang mengangkat panggilan telpon yang dilakukan Ken ini, hingga akhirnya, Lidya girang karena terdengar jawaban dari sana.“Halo, Ken. Kamu dimana? Aku ingin ketemu …” Lidya terdiam lagi karena tidak ada jawaban dari ujung sana. Tidak ada suara Ken di sana.Lidya bahkan sempat menjauhkan handphone dari pipinya untuk melihat ke arah layar untuk memastikan kalau kontak yang dia telpon sudah benar.Lidya kembali mendekatkan handphone-nya ke telinganya dan terdengar suara sayup-sayup seperti suara orang sedang mendesah. Lidya fokus untuk mendengar suara-suara di ujung sana dan dia semakin kaget saat mendengar suara desahan wanita.Sebelumnya hanya ada suara desahan lelaki tapi kini, ternyata ada suara wanita di ujung sana. Ini membuat Lidya langsung menutup telpon dan melangkah ke arah luar ruangan Tim Alpha ini.Saat Lidya keluar ruangan, Edmund dan wanita muda yang berada di sampingnya, langsung tertawa terbahak-bahak karena sejak tadi mereka harus menahan
Ke lantai satu. Lidya yakin kalau Graham akan mencarinya di lantai basement karena mobil milik Lidya selalu diparkir di basement, karena itu, Lidya tidak menuju ke lantai basement seperti tujuan awalnya.Lidya memilih untuk menekan tombol satu ke lantai satu. Lidya berencana meninggalkan mobilnya di situ. Lidya lebih memilih naik taksi daripada harus bersama Graham. Walaupun hubungan Lidya dengan Ken sedang bermasalah, tapi, Lidya tidak mau menambah masalah.Bagi Lidya saat ini, menjauhi makhluk cowok itu adalah keharusan. Apalagi cowok yang sudah nyata-nyata ,menyukai dirinya seperti Graham itu.Begitu pintu lift di lantai satu terbuka, Lidya bergegas keluar dari lift untuk langsung menuju ke arah pintu keluar. Sambil berjalan cepat, Lidya berusaha memesan taksi online lewat handphone-nya.Setelah keluar dari pintu keluar utama Mulia Investment, Lidya tidak menghentikan langkahnya, Lidya tidak mau berhenti di depan pintu tapi memilih untuk berlari ke pintu kantor yang sebelah kanan,
"Ini bukan tulisannya, Ken. Cara nulisnya beda. Ini benar-benar bukan Ken." gumam Lidya saat dia memperhatikan perbedaan antara tulisan Ken sebelumnya dengan tulisan Ken pada chat-nya malam ini yang menyatakan Ken sedang berada di sebuah kelab malam."Apakah handphonenya Ken diambil orang atau jatuh dan orang yang menemukan handphone itu sengaja memfitnah Ken?" Lidya mengerutkan keningnya."Tapi kalau dia capek-capek memfitnah Ken, itu berarti dia mengenal Ken atau mengenal aku, sehingga dia memfitnah Ken. Tunggu dulu, jangan-jangan aku juga difitnah oleh mereka sehingga Ken kelihatan sedih seperti yang dibilang oleh Lukman tadi?" kali ini Lidya memegang dagunya."Duh, apa yang terjadi sih? Si Ardi kan sudah tidak ada. Kalau ada orang yang mencoba memfitnah aku dan Ken, lalu itu siapa?" batin Lidya sambil hari menghela nafas panjang seolah memikul beban yang sangat berat.Setelah itu, mungkin karena dia merasa lelah, dia berusaha untuk tidur.Lidya terbangun saat mobil yang dinaiki in
Ken sudah berada di bandara untuk menuju ke jet pribadinya ketika Andreas menyerahkan HP milik Andreas kepadanya. “Siapa yang telpon?”“Tony. Dia ingin bicara denganmu, tuan muda,” jawab Tony.Ken yang sedang sedih, tidak ingin bicara dengan siapa pun, karena itu, dia berkata, “tanya Tony, apa yang ingin dia katakan.”“Baik.” Andreas kembali mearuh HP-nya ke telinganya setelah itu, Andreas berjalan untuk mengikuti Ken yang terus berjalan menuju ke arah ruang tunggu bandara.“Tony bilang, ini soal Nona Lidya, tuan muda,” kata Tony dari belakang.Kata-kata Andreas itu membuat Ken menghentikan langkahnya. “Lidya? Kenapa dengan Lidya?”“Lidya datang ke rumah mencarimu, tuan muda. Di sana dia bertemu dengan Tony.”“Lalu?”“Lidya terlihat sedih dan menanyakan alamatmu, tuan muda.”“Untuk apa lagi dia menanyakan alamatku setelah apa yang dia lakukan.”“Aku tidak tahu, tuan muda …”“Huh! Dia pasti berpikir bisa tetap bersamaku walau dia sudah berhubungan dengan bos baru itu,” batin Ken.Ken p