Ken melangkah pergi dengan langkah gontai. Dia langsung menuju ke arah lift. Dia ingin pergi. Dia ingin meninggalkan semuanya.Usahanya selama setahun ini untuk mencari seorang gadis yang mencintai dia apa adanya kembali gagal. Ken kembali menemukan pengkhianatan seperti yang dilakukan Clarissa dan Vivian.Walaupun kali ini, tidak ada materi milik Ken yang hilang, tapi, kerugiannya jauh lebih lebih dalam bagi hati Ken karena Ken sangat mencintai Lidya, lebih dari yang pernah dia rasakan pada Clarissa dan Vivian dulu.Saat Ken pergi, Ken tidak tahu kalau handphone milik Ken tadi, telah diambil Heri. Heri sangat gembira atas temuannya ini. Karena handphone di tangannya ini bisa jadi sarana yang tepat untuk semakin memisahkan Ken, pria yang dia benci itu dengan Lidya.Karena itu, Heri segera melaporkan temuannya ini kepada Graham. Graham meminta Heri bersiap untuk menggunakan handphone milik Ken itu dalam rangka usaha Graham untuk memfitnah Ken. Heri langsung mengangguk-angguk dan berjan
Tapi beda dengan sebelumnya, kali ini Graham tidak berekspresi seperti sebelumnya. Graham tidak membalas cumbuan-cumbuan yang dilakukan Felmi, malah Graham langsung menepis tangan Felmi yang hendak memegang juniornya."Kenapa?" bisik Felmi tidak puas."Tadi itu cuma sandiwara. Sekarang sandiwara sudah selesai," kata Graham sambil celingukan ke arah dalam dan dia merasa tenang karena keadaan masih sama di ujung sana, baik Lidya maupun Ivone, tidak terlihat di sana."Tapi aku masih mau, please," kata Felmi sambil terus berusaha menyentuh juniornya Graham.Graham menjadi marah, dia memegang tangan Felmy dan berkata, "di ujung ruangan itu, ada gadis yang aku sukai, jangan sampai hal ini akan membuat dia tidak menyukaiku jadi jangan berharap lebih dari diriku, yang tadi itu cuma sandiwara!" tegas Graham sambil mendelik.Felmy langsung terdiam. Sekarang dia baru mengerti kalau ajakan Graham tadi ternyata cuma sebuah sandiwara untuk membuat cemburu salah satu diantara dua wanita yang berada
Sesaat setelah Ken duduk di mobil di samping Andreas, Andreas segera bertanya, “tuan muda, kenapa tidak menelponku? Biasanya tuan muda selalu menelpon kalau mau pulang.”Ken meraba saku bajunya. “Handphoneku tidak ada. Nampaknya jatuh.”“Jatuh dimana, tuan muda? Biar aku suruh Silvia atau Mathias mencarinya. Nampaknya mereka masih di atas.”“Tidak usah. Aku tidak memerlukan handphone itu lagi. Kamu cukup beritahu Silvia dan Mathias untuk langsung ke bandara.”“Langsung ke bandara? Buat apa, tuan muda?”“Kita ke Hongkong. Malam ini juga. Jet pribadiku masih parkir di bandara, kan?”“Iya, tuan muda. Tapi, kenapa begitu mendadak?”“Tidak mendadak karena ini seharusnya aku lakukan sejak lama. Aku harusnya sudah berada di Hongkong untuk mengamankan posisi Presiden Direktur, jangan sampai jatuh ke tangan Paman keduaku yang penjudi itu. Diamond Grup pasti akan hancur kalau dipegang paman kedua yang tidak tahu bisnis dan pasti akan membiarkan kendali Diamond Grup pada orang-orangnya yang akan
Untuk beberapa saat, tidak ada yang mengangkat panggilan telpon yang dilakukan Ken ini, hingga akhirnya, Lidya girang karena terdengar jawaban dari sana.“Halo, Ken. Kamu dimana? Aku ingin ketemu …” Lidya terdiam lagi karena tidak ada jawaban dari ujung sana. Tidak ada suara Ken di sana.Lidya bahkan sempat menjauhkan handphone dari pipinya untuk melihat ke arah layar untuk memastikan kalau kontak yang dia telpon sudah benar.Lidya kembali mendekatkan handphone-nya ke telinganya dan terdengar suara sayup-sayup seperti suara orang sedang mendesah. Lidya fokus untuk mendengar suara-suara di ujung sana dan dia semakin kaget saat mendengar suara desahan wanita.Sebelumnya hanya ada suara desahan lelaki tapi kini, ternyata ada suara wanita di ujung sana. Ini membuat Lidya langsung menutup telpon dan melangkah ke arah luar ruangan Tim Alpha ini.Saat Lidya keluar ruangan, Edmund dan wanita muda yang berada di sampingnya, langsung tertawa terbahak-bahak karena sejak tadi mereka harus menahan
Ke lantai satu. Lidya yakin kalau Graham akan mencarinya di lantai basement karena mobil milik Lidya selalu diparkir di basement, karena itu, Lidya tidak menuju ke lantai basement seperti tujuan awalnya.Lidya memilih untuk menekan tombol satu ke lantai satu. Lidya berencana meninggalkan mobilnya di situ. Lidya lebih memilih naik taksi daripada harus bersama Graham. Walaupun hubungan Lidya dengan Ken sedang bermasalah, tapi, Lidya tidak mau menambah masalah.Bagi Lidya saat ini, menjauhi makhluk cowok itu adalah keharusan. Apalagi cowok yang sudah nyata-nyata ,menyukai dirinya seperti Graham itu.Begitu pintu lift di lantai satu terbuka, Lidya bergegas keluar dari lift untuk langsung menuju ke arah pintu keluar. Sambil berjalan cepat, Lidya berusaha memesan taksi online lewat handphone-nya.Setelah keluar dari pintu keluar utama Mulia Investment, Lidya tidak menghentikan langkahnya, Lidya tidak mau berhenti di depan pintu tapi memilih untuk berlari ke pintu kantor yang sebelah kanan,
"Ini bukan tulisannya, Ken. Cara nulisnya beda. Ini benar-benar bukan Ken." gumam Lidya saat dia memperhatikan perbedaan antara tulisan Ken sebelumnya dengan tulisan Ken pada chat-nya malam ini yang menyatakan Ken sedang berada di sebuah kelab malam."Apakah handphonenya Ken diambil orang atau jatuh dan orang yang menemukan handphone itu sengaja memfitnah Ken?" Lidya mengerutkan keningnya."Tapi kalau dia capek-capek memfitnah Ken, itu berarti dia mengenal Ken atau mengenal aku, sehingga dia memfitnah Ken. Tunggu dulu, jangan-jangan aku juga difitnah oleh mereka sehingga Ken kelihatan sedih seperti yang dibilang oleh Lukman tadi?" kali ini Lidya memegang dagunya."Duh, apa yang terjadi sih? Si Ardi kan sudah tidak ada. Kalau ada orang yang mencoba memfitnah aku dan Ken, lalu itu siapa?" batin Lidya sambil hari menghela nafas panjang seolah memikul beban yang sangat berat.Setelah itu, mungkin karena dia merasa lelah, dia berusaha untuk tidur.Lidya terbangun saat mobil yang dinaiki in
Ken sudah berada di bandara untuk menuju ke jet pribadinya ketika Andreas menyerahkan HP milik Andreas kepadanya. “Siapa yang telpon?”“Tony. Dia ingin bicara denganmu, tuan muda,” jawab Tony.Ken yang sedang sedih, tidak ingin bicara dengan siapa pun, karena itu, dia berkata, “tanya Tony, apa yang ingin dia katakan.”“Baik.” Andreas kembali mearuh HP-nya ke telinganya setelah itu, Andreas berjalan untuk mengikuti Ken yang terus berjalan menuju ke arah ruang tunggu bandara.“Tony bilang, ini soal Nona Lidya, tuan muda,” kata Tony dari belakang.Kata-kata Andreas itu membuat Ken menghentikan langkahnya. “Lidya? Kenapa dengan Lidya?”“Lidya datang ke rumah mencarimu, tuan muda. Di sana dia bertemu dengan Tony.”“Lalu?”“Lidya terlihat sedih dan menanyakan alamatmu, tuan muda.”“Untuk apa lagi dia menanyakan alamatku setelah apa yang dia lakukan.”“Aku tidak tahu, tuan muda …”“Huh! Dia pasti berpikir bisa tetap bersamaku walau dia sudah berhubungan dengan bos baru itu,” batin Ken.Ken p
“Kamu akan melakukan ini lagi, hah?” tanya Ken sambil tertawa mengejak.“Sebelumnya aku memang gagal marayumu. Tapi, itu karena kamu sedang baik-baik saja dengan pacar barumu. Tapi … sekarang beda, kan?” tanya Clarissa sambil terus membuka bajunya.“Apa maksudmu?”“Aku mendengar pembicaraan anak buahmu tadi di pesawat ini.”“Pembicaraan apa?”“Mereka memang tidak tahu akan apa yang persisnya terjadi antara kamu dan pacar barumu. Tapi, mereka membicarakan tentang keputusanmu yang tiba-tiba pulang ke Hongkong padahal sebelumnya kamu bilang baru akan membawa pacar barumu pulang ke Hongkong kalau kamu sudah selesai menguji hatinya. Iya kan?”Ken cuma terdiam mendengar kata-kata Clarissa ini.“Anak buahmu tidak berani mengambil kesimpulan, tapi aku tahu pemikiran mereka. Aku tahu apa yang terjadi. Aku tahu kalau dia sudah gagal dalam ujian yang kamu adakan itu, kan? Iya kan? Let me guess … apa dia selingkuh darimu?” tanya Clarissa sambil menatap Ken.Tapi Ken cuma membalikkan tubuhnya, tid
Posisi Lidya masih sangat jauh dari Ken tapi Ken sudah melihatnya.Lidya sudah mendatangi Ken didampingi oleh Romel yang berjalan dengan bantuan tongkatnya.Tidak ada cadar yang menutupi bagian wajah Lidya, cadar sudah diangkat ke atas sehingga wajah cantiknya terlihat dengan sangat jelas. Ken bisa melihat wajah Lidya dari jauh.Ken tersenyum. Ada rasa syukur di dalam dadanya karena sebentar lagi dia akan memiliki pujaan hatinya yang sebentar lagi akan secara resmi jadi istri, pendamping hidupnya yang nantinya akan melahirkan anak-anak untuk Ken.Ada rasa bahagia yang tidak bisa Ken ungkapkan saking besarnya dan saking dalamnya rasa yang Ken rasa dengan kenyataan kalau dia akan segera menikah dengan Lidya.Selangkah demi selangkah, dengan diiringi lagu 'Beautiful in White' Lidya berjalan melewati banyak tamu di lorong yang tadi sempat dilewati juga oleh Ken.Wajah Lidya merona dalam kebahagiaan karena sebentar lagi dia akan dipersunting oleh lelaki yang menjadi pujaan hatinya itu.Berb
Ken tahu kalau dia tidak bisa membiarkan senjata ditangan Lenny ini menyentuh tubuhnya, karena pisau itu adalah senjata terkuat bagi seorang yang yang ahli tenaga dalam seperti Ken.Karena itu, begitu melihat pergerakan Lenny yang sebelumnya menyasar anak kecil itu kini beralih kepadanya maka Ken langsung mengerahkan tenaga dalamnya untuk memukul ke arah lantaiIni adalah salah satu jurus miliknya yang jarang sekali dia pakai yaitu jurus Memukul Bumi Menembus Awan.Prinsip dari jurus ini adalah memukulkan tenaga dalam ke arah bawah untuk membuat Ken bisa mencelat naik tinggi ke atas untuk membuat tubuhnya terbang untuk beberapa saat dengan gerakan sangat cepat.Hal ini berguna untuk menghindari serangan ke arahnya yang dilakukan Lenny.Karena walaupun Lenny hanya gadis biasa yang tidak mengerti tenaga dalam, tapi, saat Lenny membeli pisau itu pada pemilik pisau itu sebelumnya, si pemilik sebelumnya itu, telah mengajari cara menyatu dengan pisau ini.Dengan menyatukan diri dengan Pisau
Saat ini, orang yang memegang Pisau Pemutus Langit sudah menunggu dengan kebencian yang meluap-luap di dalam dadanya.Dia menunggu sambil berdiri bersama orang-orang yang membentuk pagar hidup bersama para undangan di acara pernikahan Ken dan Lidya ini.Saat ini, dia langsung menundukkan kepalanya karena dia melihat Victor dan Meggie sedang berjalan dan semakin mendekati posisinya. Dia tahu kalau sampai dia mengangkat kepalanya dan saling tatap dengan Victor atau Meggie, maka mereka berdua akan mengenalinya.Orang ini menundukkan kepalanya dalam-dalam hingga akhirnya dia hanya bisa melihat kedua kaki Victor yang di depannya yang melewatinya bersama Meggie.Setelah Victor dan Meggie lewat, dia tahu kalau sedikit lagi Ken akan lewat di depannya dan saat itulah dia akan beraksi.Dia tahu kalau untuk bisa menikam Ken, maka mungkin dia hanya bisa memiliki satu kesempatan. Mungkin tidak akan ada kesempatan kedua karena begitu dia menikam Ken di kesempatan pertama, maka akan ada banyak orang
Seseorang tiba-tiba datang merangkul Ken dari belakang dan masuk di antara Ken dan orang yang mengincar Ken.“Ed Van Horn. Ternyata kamu datang juga?” sapa Ken kepada orang yang merangkulnya dari belakang ini.“Tentu saja, Ken. Kita sudah berteman baik sejak lama, tentu saja aku tidak akan mungkin melewatkan pernikahanmu ini. Aku sampai cancel perjalananku ke Amerika Selatan untuk acaramu ini. Hahaha.” Ed Van Horn berjalan cepat sehingga Ken ikut-ikutan berjalan cepat masuk ke dalam hotel.Orang yang ingin membunuh Ken, terpaksa melepaskan tangannya dari pisaunya. Dia kemudian mengikuti dari belakang. Saat di pintu masuk hotel, ada banyak orang yang kini menghalangi langkah pembunuh itu karena semuanya ingin masuk ke dalam setelah melihat Ken sudah masuk menyusul Victor dan Maggie yang sudah masuk duluan.Kini, langkah orang ini benar-benar terhenti. Dia hanya bisa memaki-maki dalam hatinya kepada orang-orang yang menghalangi langkahnya. Dia semaki marah saat dia melihat Ken dan Ed Va
Sesampainya di hotel, Ken beserta Victor dan Maggie sudah disambut oleh banyak orang di depan pintu masuk hotel. Ada dewan direksi dan dewan manager Diamond Group, ada para CEO anak perusahaan Diamond Group, juga ada para relasi dan pejabat di Hongkong dan bahkan beberapa duta besar dan partner bisnis dari berbagai negara yang khusus datang untuk mengikuti acara ini.Sebagian direksi bahkan baru kembali menjabat setelah sempat dinonaktifkan oleh Ricky di masa pemerintahan Ricky sebelumnya. Demikian juga sebagian CEO yang sempat dipecat Ricky dan bahkan anak perusahaan yang mereka pinpin itu, sempat pindah tangan setelah dijual Ricky.Tapi setelah Ken naik tahta menjadi Presiden direktur Diamond Group ditambah dengan sokongan pengaruh yang kuat dari Lidya sebagai pemegang saham terbanyak, maka, dalam waktu singkat, Ken kembali berhasil membuat Diamond Group yang sempat oleng di tangan Ricky, membaik kembali.Karena itu, hampir semua karyawan Diamond Group yang hadir di tempat ini, seng
Lidya berhasil mendapatkan puncaknya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tubuh Ken. Tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya. Ketegangan selama beberapa hari ini dari mulai memutuskan untuk berpisah dengan Ken dan berlanjut dengan penculikan yang dilakukan Jack serta percobaan perkosaan yang dua kali terjadi padanya membuat dia sangat lelah.Sebelumnya Lidya tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan Ken yang mengadakan pertemuan berbahaya dengan pimpinan dari 3 kelompok mafia besar dan bahkan Ken sempat terlihat khawatir sesaat sebelum pergi ke pertemuan itu.Akhirnya sekarang ini, setelah Lidya bertemu Ken dan sempat melewati rapat Diamond Group dan diteruskan dengan berhubungan dengan Ken dan mencapai satu kali puncak, kini, rasa kantuk yang amat hebat menyerang Lidya sehingga dia langsung merebahkan tubuhnya di atas tubuh Ken.Lidya lupa kalau Ken sempat ditusuk di dada sehingga beberapa saat kemudian, Ken langsung mengeluh sakit.Lidya terbangun dan melihat Ken memegang dadanya ya
Ken menghela nafas berat dan berkata, "bakal susah, sih. Tapi, aku suka banget." Ken menatap Lidya penuh arti."Apa bisa nunggu sampai kamu sembuh dulu?" tanya Lidya sambil menatap Ken penuh selidik.Ken kembali menghela nafas berat. "Saat dalam pertempuran, bercumbu denganmu adalah semangatku untuk menang dan lolos dari sana."Kali ini Lidya yang menghela nafas. "Baiklah tunggu disini, ya?"Setelah itu, Lidya berjalan ke arah pintu kamar tempat Ken dirawat yang sehari-hari yang memang adalah kamarnya Ken itu.Lidya menutup dan langsung mengunci pintu. Setelah itu, dia kembali mendekati Ken dan kembali menghela nafas."Kamu kenapa?" tanya Ken sambil menatap penuh selidik ke arah Lidya."Aku maunya kan kita melakukan ini kalau kita sudah resmi menikah.""Kan kamu yang duluan meminta ini. Iya kan?""Iya, sih. Tapi waktu itu, karena aku ingin kita akan segera terpisah untuk selamanya. Makanya aku ingin kenangan terakhir yang indah denganmu.""Sekarang aku sudah terlanjur ketagihan, Lidya
Saat Ricky berusaha mengarahkan senjatanya ke arah Ken, Ken sudah mengetahuinya, pendengaran tajamnya berhasil mencium pergerakan tidak wajar Ricky tanpa Ken perlu untuk melihatnya.Ditambah dengan teriakan beberapa CEO yang melihat Ricky menarik senjata sehingga Ken segera mengibaskan tangannya ke arah belakang tanpa perlu melihat ke belakang atau membalikkan tubuhnya.Hasilnya, senjata api di tangan Ricky itu terlempar ke udara dan jatuh ke atas meja. Senjata api itu langsung diamankan seorang satpam.Ken sebenarnya bisa melakukan sesuatu yang lebih pada Ricky, tapi, dia tidak melakukannya. Dia cuma meminta anak buahnya Lee Lien Chieh untuk menjaga Ricky.Lee Lien Chieh sendiri sejak tadi sudah ditangani oleh dua dokter yang sejak tadi mengikuti Alvin dan sekarang ini, Lee Lien Chieh yang sudah mendapatkan pertolongan pertama, langsung dibawa oleh beberapa satpam untuk dibawa ke rumah sakit.Acara penggantian pemimpin Diamond Group, kini kembali diteruskan. Alvin meresmikan Ken seba
Melihat Ricky mengeluarkan senjata api, Alvin langsung membentak Ricky, “mau apa kamu, hah?!”Ricky mendelik dan mengarahkan senjata apinya ke arah Alvin. Lee Lien Chieh berusaha merampas senjata api di tangan Ricky tapi tidak berhasil. Kemudian suara tembakan terdengar.Banyak orang yang berteriak saat Ricky menembak. Sebelumnya ada yang mengira Ricky hanya akan menggertak dan tidak akan berani menembak dengan senjata apinya tapi setelah Ricky benar-benar menembak, keadaan betul-betul berubah.Hampir semua orang langsung tiarap ke lantai, ada yang merangkak dan membuka pintu untuk keluar secara diam-diam dari ruang rapat ini. Yang masih duduk hanya beberapa direksi senior. Beberapa CEO yang masih berusia muda, memutuskan untuk berdiri dan melindungi Alvin, tapi, ada beberapa di antaranya yang langsung didorong oleh anak buahnya Ricky.Lee Lien Chieh tersungkur di lantai sambil memegang perutnya yang terkena timah panas hasil tembakan Ricky tadi. Lee Lien Chieh berhasil melindungi Alv